หน้าหลัก / Pendekar / Divine Power / Bab 7 – Penyelesaian Takdir

แชร์

Bab 7 – Penyelesaian Takdir

ผู้เขียน: Mineoyoo
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-01-15 20:13:17

Dengan terjatuhnya Darian dan dunia yang diselamatkan dari kegelapan, Arka merasa sebuah beban berat di pundaknya perlahan menghilang. Kemenangan itu, meskipun manis, tidak sepenuhnya memberikan ketenangan yang ia harapkan. Dunia telah berubah, dan Arka tahu bahwa meskipun satu ancaman besar telah dikalahkan, banyak bahaya lain yang masih mengintai di luar sana. Kekuatan yang ia miliki—yang ia temukan melalui perjuangannya—adalah sesuatu yang lebih besar dari apa yang bisa ia pahami sebelumnya. Namun, ia menyadari bahwa tugasnya belum selesai.

Arka kembali ke Desa Mandala, desa yang telah membesarkannya, dengan perasaan campur aduk. Orang-orang di desa menyambutnya dengan sukacita, penuh rasa terima kasih atas apa yang telah ia lakukan. Namun, Arka tidak merasa sepenuhnya seperti pahlawan. Ia merasakan bahwa meskipun dunia di sekitarnya telah diselamatkan, dirinya sendiri masih berada dalam perjalanan yang belum selesai. Takdir yang dijanjikan kepadanya—sebagai penjaga keseimbangan antara dunia manusia dan dimensi gaib—masih menunggu untuk dijalani.

Lira, yang telah setia mendampinginya sepanjang perjalanan, memilih untuk tetap bersama Arka. Setelah melalui banyak ujian dan pengorbanan, Lira tahu bahwa ia tidak bisa kembali ke kehidupan lamanya. Hatinya telah terbuka untuk tugas yang lebih besar, dan ia merasa bahwa bersama Arka adalah jalan yang benar. “Kita sudah melewati begitu banyak bersama, Arka,” kata Lira, suaranya penuh tekad. “Dunia ini masih memerlukan kita. Aku akan tetap bersamamu, menjalani perjalanan ini, apapun yang akan datang.”

Arka tersenyum dengan tulus, merasa ada kehangatan dalam kata-kata Lira. "Aku tak bisa menjalani ini sendirian," jawabnya. “Kita berdua telah berubah, Lira. Kita tak lagi hanya mencari artefak atau kekuatan. Kita mencari kedamaian—untuk dunia, dan untuk diri kita sendiri.”

Mereka memutuskan untuk melanjutkan pelatihan mereka. Arka bertekad untuk memperdalam pemahamannya tentang kekuatan ilahi yang ada dalam dirinya. Ia tidak ingin menjadi seorang penjaga yang hanya mengandalkan kekuatan fisik atau artefak. Kekuatan sejati, seperti yang ia pelajari, bukan hanya datang dari kemampuan luar biasa, tetapi dari kebijaksanaan dalam menghadapinya, serta kesadaran yang mendalam tentang dunia dan dirinya sendiri.

Di bawah bimbingan seorang guru spiritual yang bijaksana, Arka dan Lira melatih diri mereka lebih jauh lagi, menggali kedalaman spiritual yang belum mereka pahami sebelumnya. Arka mempelajari cara-cara untuk lebih mengendalikan kekuatan spiritualnya, mempelajari cara berkomunikasi dengan dimensi lain yang tak tampak, serta mengasah kemampuannya untuk menjaga keseimbangan alam semesta.

Lira, meskipun lebih berfokus pada kemampuan fisiknya, belajar untuk menyelaraskan kekuatannya dengan energi alam yang lebih tinggi. Pedangnya bukan hanya alat untuk bertarung, tetapi juga simbol dari tekad dan keberanian yang ada di dalam dirinya. Bersama-sama, mereka menjadi pasangan yang sempurna—melengkapi satu sama lain baik dalam fisik maupun dalam hati.

Waktu berlalu, dan kedamaian yang dibangun di dunia mulai terasa lebih kokoh. Namun, Arka tahu bahwa ketenangan ini tidak akan berlangsung selamanya. Dunia selalu berada dalam pergeseran, dan ancaman dari dimensi lain yang tidak tampak bisa datang kapan saja. Kejahatan selalu memiliki cara untuk muncul kembali, tetapi kini, Arka dan Lira siap menghadapinya dengan kebijaksanaan dan kekuatan yang telah mereka pelajari.

Arka memahami bahwa takdirnya sebagai penjaga keseimbangan bukan hanya tugas yang diberikan oleh entitas misterius di malam yang penuh cahaya itu. Takdirnya adalah pilihan—pilihan untuk tidak hanya melindungi dunia dari ancaman luar, tetapi juga untuk menjaga kedamaian dalam dirinya sendiri. Seperti dua sisi mata uang, kekuatan dan kebijaksanaan saling melengkapi. Kekuatan yang tanpa kebijaksanaan akan menjadi kekejaman, dan kebijaksanaan yang tanpa kekuatan akan menjadi kelemahan.

Di bawah langit yang cerah, Arka berdiri di puncak bukit yang menghadap ke desa Mandala, tempat di mana semuanya dimulai. Di sampingnya, Lira berdiri tegak, memandang dunia yang luas dan penuh kemungkinan. Meskipun mereka telah mengalahkan musuh terbesar mereka, mereka tahu bahwa perjalanan mereka belum berakhir. Dunia ini, meskipun aman untuk saat ini, selalu membutuhkan penjaga yang menjaga keseimbangan—antara terang dan gelap, antara kehidupan dan kematian.

Dengan penuh keyakinan, Arka melangkah maju, dan Lira mengikuti di belakangnya. Takdir mereka, kini lebih jelas dari sebelumnya, adalah untuk menjaga keseimbangan dunia ini—bukan sebagai pahlawan yang dipuji, tetapi sebagai penjaga yang menjaga agar dunia tetap berada di jalur yang benar.

Cerita Arka berakhir bukan dengan akhir, tetapi dengan awal baru. Dengan pemahaman yang mendalam bahwa kekuatan sejati bukan hanya berasal dari kekuatan luar, tetapi dari kebijaksanaan, pengorbanan, dan hati yang tulus dalam menjalani takdir. Mereka siap untuk menghadapi apapun yang akan datang, karena mereka tahu bahwa bersama-sama, mereka tidak akan pernah kalah.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Divine Power   Bab 111 - Penjaga Baru

    Lira menelan ludah. “Ya. Aku tidak akan membiarkanmu keluar dari sini.”Asvaros tertawa kecil—suara yang terdengar seperti derai bayangan yang retak. “Lucu sekali. Kau pikir kau bisa menghentikanku? Kau pikir kau bisa memahami kekuatan yang kau miliki sekarang?”Seketika, Asvaros mengangkat tangannya, dan bayangan di sekeliling mereka menggeliat liar. Dari tanah, muncul sosok-sosok berbentuk humanoid yang terbuat dari kegelapan, mata mereka bersinar merah layaknya majikan mereka.“Kalau begitu, mari kita lihat apakah kau benar-benar layak menyebut dirimu penjaga.”Dengan satu gerakan tangan, Asvaros melepaskan gelombang energi hitam yang melesat ke arah mereka.Arka bergerak lebih dulu, melompat ke depan dan menebas energi itu dengan pedangnya. Cahaya dari bilahnya meledak dalam kilatan emas, menahan serangan Asvaros sementara Lira dan Daren mundur mencari posisi.Daren melemparkan

  • Divine Power   Bab 110 - Sang Kegelapan Yang Terasing

    Arka mengepalkan tangannya. “Apa artinya itu? Apakah dia akan tetap bersama kami?”Zaroth menggeleng. “Itu tergantung padanya.”Lira menunduk, merasakan getaran kekuatan di dalam tubuhnya. Ia bisa merasakan batas antara dunia fisik dan energi yang tersembunyi di dalamnya. Dengan satu langkah, ia bisa melintasi dunia yang tidak terlihat oleh mata manusia biasa. Tetapi apakah itu berarti ia harus meninggalkan teman-temannya?Ia mengangkat kepalanya, menatap Arka dan Daren. “Aku tidak akan meninggalkan kalian.”Arka menghela napas lega, tetapi sorot khawatir tetap ada di matanya. “Lalu, apa langkah kita selanjutnya?”Sebelum Lira sempat menjawab, seluruh ruangan mulai bergetar. Gerbang yang baru saja disegel kembali berdenyut dengan energi yang tidak stabil. Simbol-simbol di dinding menyala dengan intensitas yang tidak wajar.Zaroth memicingkan mata. “Ini tidak seharusnya terjadi…”

  • Divine Power   Bab 109 - Penjaga Keseimbangan

    Arka mengernyit. “Apa maksudmu?”Zaroth melangkah maju, dan dengan satu gerakan tangannya, bayangan-bayangan itu mundur. “Makhluk-makhluk ini bukanlah ancaman yang harus kalian hancurkan. Mereka adalah bagian dari segel, bagian dari keseimbangan.”Lira terkejut. “Jadi… mereka adalah penjaga segel?”Zaroth mengangguk. “Mereka adalah serpihan dari kekuatan yang tersegel di balik gerbang ini. Jika kalian menyerang mereka, kalian hanya akan mempercepat kehancuran segel.”Varian yang sejak tadi diam, akhirnya bersuara. “Lalu bagaimana kita menghentikan segel ini dari runtuh?”Zaroth menatap gerbang raksasa yang terus bergetar. “Segel ini membutuhkan sesuatu untuk menyeimbangkannya kembali. Cahaya dan kegelapan harus kembali menjadi satu.”Lira menggigit bibirnya, berpikir. “Jadi kita harus menggunakan energi kita untuk menstabilkannya?”Zaroth menatapnya dalam-dalam. “Tidak

  • Divine Power   Bab 108 - Zaroth

    Varian menatapnya tajam. “Kalian adalah orang-orang yang telah menyeberangi batas cahaya dan kegelapan. Kalian telah menerima bayangan dalam diri kalian tanpa kehilangan cahaya. Tidak ada orang lain yang bisa menghadapi ini kecuali kalian.”Lira menelan ludah, hatinya berdebar. Ia tahu sejak awal bahwa perjalanan ini tidak akan mudah, tapi kini ia merasa seakan-akan mereka sedang berjalan menuju sesuatu yang jauh lebih besar dari yang pernah ia bayangkan.Tanpa membuang waktu, mereka menaiki tangga katedral yang berdebu dan mendorong pintu kayu yang berat. Suara deritnya bergema di aula kosong.Bagian dalam katedral terasa lebih dingin dari luar. Patung-patung malaikat di sisi ruangan tampak rusak, beberapa bahkan kehilangan wajah mereka, seolah-olah terkikis oleh waktu atau sesuatu yang lebih jahat. Di ujung aula, altar utama berdiri tegak, tetapi lantai di depannya memiliki simbol yang bersinar redup—lingkaran sihi

  • Divine Power   Bab 107 - Bayangan di Rivelle

    Mereka melanjutkan perjalanan hingga akhirnya mencapai pintu gerbang kota. Biasanya, pada jam seperti ini, gerbang masih terbuka dengan para penjaga berjaga di posnya. Namun, malam itu, gerbang tertutup rapat, dan tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana.Daren melangkah maju, mengetuk pintu gerbang kayu yang besar. “Ada orang di dalam?”Hening.Lira merapatkan mantel di tubuhnya. “Ini tidak normal…”Arka melirik pria tua itu. “Kau punya cara untuk masuk?”Senyuman kecil muncul di wajahnya. “Tentu saja.”Dengan satu ketukan tongkatnya ke tanah, simbol sihir bercahaya muncul di sekitar mereka. Udara bergetar, dan tiba-tiba, mereka tidak lagi berdiri di luar gerbang. Dalam sekejap mata, mereka telah berada di dalam kota.Namun, yang mereka lihat membuat mereka terdiam.Rivelle yang mereka kenal sebagai kota yang ramai dan penuh kehidupan kini tampak seperti kot

  • Divine Power   Bab 106 - Para Penjaga Keseimbangan

    Arka mengepalkan pedangnya, yang kini juga bersinar dengan aura yang berbeda. “Jadi, apa yang terjadi sekarang?”Penjaga itu tersenyum kecil, kemudian mengangkat tangannya. Seketika, di hadapan mereka, terbentuk sebuah lingkaran besar, mirip dengan gerbang yang mereka temui sebelumnya. Namun, kali ini, di dalam lingkaran itu, mereka bisa melihat berbagai pemandangan—kerajaan yang mereka kenal, hutan-hutan lebat, lautan luas, dan kota-kota yang masih berjuang melawan bayangan kegelapan.“Dunia tidak berhenti bergerak hanya karena kalian telah sampai di sini,” lanjut penjaga itu. “Keseimbangan tidak hanya dicapai dengan pemahaman, tetapi juga dengan tindakan. Sekarang, kalian adalah bagian dari keseimbangan itu. Dan dengan itu… kalian memiliki tugas.”Lira menatap lingkaran tersebut dengan perasaan bercampur aduk. Ia melihat wajah-wajah yang dikenalnya—orang-orang yang pernah mereka temui dalam perjalanan mereka, beber

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status