Sebelum Hujan Membasahi

Sebelum Hujan Membasahi

last updateLast Updated : 2021-11-28
By:  Muhammad Syahrul AliOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 rating. 1 review
18Chapters
2.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Fuad, adalah sosok pemuda yang mengaitkan segala sesuatu dengan perasaan. Bagaimana tidak? Apa yang menjadi perkataan orang, pasti menjadi sebuah pikiran. Menepis segala apa yang ada dalam pemikiran orang, terlebih dari kedua orang tuanya. Hal demikian pula yang menjadi alasan dia mencari pekerjaan hingga keluar jauh dari kampung halamannya. Hingga dari itu pula, dia dapat mengenal beberapa perempuan yang berhasil merebut hatinya. Kondisi demikian yang menimbulkan sebuah konflik tersendiri dalam jalan menuju penggapaian impian yang Fuad inginkan. Memikirkan pekerjaan saja, terkadang membuat pikiran Fuad terperanjat. Ditambah lagi, perihal perasaan yang terkadang berampas kehampaan. Bagaimana kisah Fuad dalam menyelesaikan permasalahan kehidupuan berlatarkan pekerjaan serta perasaan?

View More

Chapter 1

Mendung

    Namanya juga mendung. Tak selamanya ia mampu mengundang hujan. Hadirnya hanya memberi isyarat kepada makhluk bumi agar lebih siap ketika hujan turun kembali membasahi. Sedia payung sebelum hujan, mungkin suatu selogan yang tidak asing lagi terdengar pada sepasang telinga kita. Perihal mendung dan hubungan, seakan menjadi sebuah kalimat yang berbeda, namun hampir mirip dalam pemberian makna. Bagaimana tidak? Ketika mendung mampu hadir tanpa memberi hujan, begitupula sebuah hubungan. Ia mampu hadir memberi kenyamanan, datang dengan sebongkah kata kepalsuan. I love you, I Miss You, dan lain sebagainya. Namun tanpa berdasarkan sebuah rasa sayang yang timbul dari perasaan.

   Aku menamainya sebagai sebuah tabir dari kepalsuan. Dan hal demikian adalah salah satu hal yang paling aku takutkan dalam sebuah hubungan. Bagaimana tidak? Ketika kita sudah merasa nyaman dengan suatu hubungan, kita hanyut dalam asmara perasaan, terlebih kita mendengar kata I Love You, ataupun berupa tulisan dari dirinya yang ditunjukkan untuk kita. Kita bahagia, tentu saja. Karena dia yang mengatakan atau menuliskan adalah orang yang kita anggap istimewa dalam hidup, dan ternyata dia datang dan mengatakan hal demikian tanpa didasari dengan sebuah rasa sayang. Sakit, tapi tak berdarah kawan.

   Panggil saja aku Fuad, seorang laki laki yang sedang merasakan sakit karena seorang wanita. Wanita yang aku anggap istimewa, wanita yang aku anggap mampu menjadi alasanku bahagia. Dan ternyata seperti yang aku takutkan sebelumnya, dia datang dengan sebongkah cinta, lalu pergi meninggalkan sebuah luka.

   Tepat hari ini, hari dimana memasuki tahun ke 2 hubungan asmara yang telah dirajut bersama. Dan kandas dengan begitu indahnya. Ada laki-laki lain yang datang, dan berhasil merebut hatinya. Pedih, tragis, mengenaskan jika boleh aku katakan. Rencana hubungan melangkah sampai jenjang pernikahan, namun kenyataan harus kandas ditengah jalan.

"Beb, ada waktu libur Minggu ini?" Aku teringat dia memberi pesan singkat, dan begitu indah terlihat pada layar gadget-ku.

"Ada, Beb, besok malam Minggu." Balasku singkat.

"Kita jalan ya, ada sesuatu hal serius yang harus aku katakan." Chelsi kembali membalas tak berselang lama.

   Chelsi, itulah nama wanita yang pernah menjadi kekasihku kala itu. Wanita dengan paras yang sangat luar biasa. Dari ujung rambut dikepalanya, sampai ujung kaki jarinya. Rasa-rasanya dia adalah bidadari dari surga yang sudah Tuhan ciptakan dan hadirkan di dunia. Sempurna, aku menilai dirinya. Dari fisik yang dimiliki olehnya, adalah salah satu alasanku mengagumi dirinya. Terlebih sifat yang dimiliki, ketika dia melontarkan sebuah kalimat dari mulutnya, seakan itu adalah musik simponi yang begitu indah aku dengar. Menentramkan, seakan duka seketika sirna ketika mendengar suara darinya. Jika suaranya saja mampu memberi efek demikian, apalagi senyum yang terpancar. Luar biasa, salah satu alasan aku menyempatkan namanya disetiap doa yang aku pinta.

   Malam Minggu, malam yang sebelumnya tak pernah aku pikirkan akan menjadi seperti ini jadinya. Malam yang aku anggap menjadi sebuah kebahagiaan seperti malam-malam sebelumnya, nyatanya berbalik dengan ekspektasi yang ada dalam pikiran serta hati.

"Hay, Beb, bagaimana kuliahmu?" Aku membuka percakapan diantara kami.

"Baik, Beb, ya ... beginilah. Sibuk terus ngejar skripsi." Tutur Chelsi sembari menyerutup teh tarik kurma kesukaan yang pasti dia pesan ketika kami bersama.

   Dari sini aku sudah merasa aneh, tidak seperti biasanya. Sikap Chelsi, sungguh tidak seperti biasanya yang aku kenal sebagai wanita yang periang.

"Kamu baik-baik saja, 'kan?" tanyaku.

   Dia hanya diam, sembari sesekali menatapku dengan wajah penuh kesedihan.

Pikirku semakin penasaran saja dibuat olehnya. Ada apa? Batinku. Padahal rasanya tidak ada masalah antara hubungan kita. Ditengah-tengah kalimat tanya yang aku rasakan, Chelsi akhirnya membuka percakapan.

"Kamu cinta beneran sama aku?" tanya Chelsi, sebuah pertanyaan yang seakan tidak pantas diucapkan.

"Kau benar-benar menanyakan hal itu?" balik aku bertanya.

   Chelsi hanya menghela napas panjang. Dia menengok kekanan kekiri mengisyaratkan sebuah kegelisahan.

Aku seakan dibuat bingung atas sikapnya seketika.

"Beb, tak pantas rasanya kau menanyakan hal demikian. Padahal sedang aku usahakan untuk segera menjalankan pernikahan denganmu setelah kelulusan." Ucapku.

Chelsi hanya diam, tak berucap.

"Aku sisihkan uang dari sedikit untuk biaya pernikahan seperti yang pernah kita janjikan. Bagaimana pantas kau menanyakan hal demikian?" kembali aku berucap dengan pertanyaan memojokkan.

Chelsi kembali menyerutup teh tanpa menikmatinya.

   

   Segera dia mengeluarkan sesuatu dari tas miliknya. Ia menyodorkan kertas diatas meja, sembari berkata lirih.

"M-mmaf," itulah kata lirih yang terlontar dari bibir manisnya.

"Apa ini?" Segera aku raih sesuatu berupa kertas yang telah disodorkan oleh Chelsi.

Happy Wedding

Ali & Chlesi

Aku tidak melanjutkan membukanya.

"Beb, apa ini?" tanyaku masih tak percaya, dan tidak tahu maksutnya.

Chelsi hanya memalingkan wajah, dan kulihat pipinya basah oleh air mata.

"Beb!" Dia sama sekali tak mengubris panggilanku. Dia hanya tersedu sedu menahan tangis, tanpa berucap sepatah kata.

    Aku lanjutkan saja membuka kertas itu. Dan boom, rasa seperti tersayat seribu pedang tumpul, bagai tersambar petir yang menggelegar menyambar. Aku terdiam, gemetar tak karuan. Demikian pula dengan Chelsi, sesekali tatapan matanya kepadaku menambah duka yang tak terencana.

"Ali? Kau mau menikah dengan Ali? Yang kau katakan laki-laki yang pernah datang dengan janji, dan pergi menancapkan duri?" aku masih dibuat tidak percaya dengan kenyataan yang ada. 

    Seperti awal perkenalanku dengan Chelsi di cafe yang sedang kami tempati. Aku mengenal dia dari saling tatap, dan aku beranikan diri untuk berkenalan, hingga sampai saat ini sukses menjalin sebuah hubungan.

   Ali adalah laki-laki yang pernah menjadi alasan Chelsi patah hati. Dan meninggalkan Chelsi 2 tahun lalu tanpa alasan. Begitulah yang aku ketahui sedikit cerita dari mereka. Aku tak pernah mengungkit masa lalu milik mereka, hingga aku tersadar bahwa Chelsi, wanita yang sudah aku jadikan komitmen sampai pernikahan, ternyata masih memendam perasaan terhadap mantannya.

"Tolong, jelaskan ini,Beb," aku meminta penjelasan kepada Chelsi dengan nada lirih.

  Chelsi sama sekali tidak mengeluarkan sepatah kata kecuali maaf tadi yang seperti yang aku dengar. Ia hanya menangis, meneteskan air mata. Lalu bergegas pergi meninggalkanku sendiri dengan undangan pernikahan miliknya.

   Aku terdiam, mengeluarkan bungkus rokok dalam saku jaket. Menghisapnya perlahan, meremas undangan yang telah diberikan. Aku masih tetap terdiam dengan seribu satu tanda tanya yang belum aku temukan jawabannya.

Dia tidak mencintaimu, dia hanya kesepian dan kebetulan ada kamu.

Satu quotes dari Wira Nagara yang begitu pas jika aku rasa.

   Tidak menutup sebuah kemungkinan, bahwa hadirku dalam hatinya, hanyalah suatu pelampiasan semata. Pelarian atau apalah istilahnya. Sungguh, hal demikian begitu sakit sesak jika dirasakan.

   Untuk sesaat, dengan kopi aku mampu melupakanmu, kekasih. Kini tinggal mencari cara untuk berhenti merindukanmu.

Ujar temanku yang pernah mengatakan hal itu.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Adny Ummi
Lanjut, Thor
2021-10-26 12:01:26
1
18 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status