แชร์

Part 2. Masalah Awal

ผู้เขียน: Loyce
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-01-10 21:18:59

“Selamat siang, Nona Aurora.” Pijar berdiri dengan sikap siap di hadapan wanita cantik bergestur angkuh yang sekarang berdiri di hadapannya. Perintah Elang yang aneh untuk hari ini adalah dia yang harus menjemput kekasih pria itu di bandara. “Saya Pijar, sekretaris pribadi Pak Elang. Saya datang menjemput Anda.”

Tidak lupa, dia menyodorkan bunga lili yang dibawanya itu kepada Aurora dengan sopan. Alih-alih diterima, kekasih bosnya itu justru menatap sengit ke arah Pijar.

“Aku menyukai bunga mawar. Kamu tidak tahu itu?”

Pijar terkejut ketika mendengar ucapan Aurora. Dia yakin tidak salah dengar kalimat perintah yang diucapkan Elang sebelum dirinya berangkat ke bandara. Lelaki itu jelas-jelas mengatakan kalau dia harus membawa bunga lili untuk Aurora, bukan bunga mawar.

Menekan kekesalannya, Pijar menyadari sesuatu. ‘Sial! Dia mengerjaiku!’ Elang sengaja melakukannya agar dia mendapatkan masalah. Namun, tentu saja dia tidak bisa menyalahkan Elang di hadapan kekasihnya. Untuk itu, Pijar hanya bisa menyalahkan dirinya dan mencari alibi lain yang masuk akal.

“Maafkan saya, Nona. Tapi, saya sudah mendatangi beberapa toko bunga. Dan mereka kehabisan bunga mawar.”

“Aku tidak peduli.” Perempuan itu merebut bunga lili tersebut, lalu melemparkannya ke dalam tempat sampah yang berada tak jauh darinya. “Kamu sungguh tidak berguna!” tambahnya, sebelum dia dan manajernya meninggalkan Pijar.

Sesaat, Pijar terpaku. Dia tahu, Aurora merupakan sosok model papan atas yang meniti karier di luar negeri yang kabarnya kini menjadi teman dekat Elang. Hanya saja, dia begitu kesal. Bagaimana bisa lelaki angkuh itu mencari pasangan yang begitu mirip dirinya dalam segi keangkuhan?

Bahkan manajer perempuan itu tidak peduli dengan tindakan Aurora yang menyebalkan.

Sadar jika ada satu lagi pekerjaan yang harus dia lakukan, Pijar pun bergerak cepat. Dia memasuki sebuah coffee shop untuk mendapatkan dua Americano, untuk Aurora dan manajernya. Setelah itu, Pijar menyusul sang model yang tengah berdiri dengan wajah kesalnya.

“Kenapa kerjamu lambat sekali?” protes gadis itu ketika Pijar sudah berada di depannya. “Aku sudah menunggumu selama lima menit.” Jari-jari panjangnya itu melambai di depan Pijar untuk memberikan penegasan. “Kamu tidak tahu betapa berharganya lima menit itu buatku!”

“Maaf, Nona.” Pijar mengulurkan dua Americano ke arah Aurora dan berujar, “Bos bilang, Nona Aurora menyukai Americano. Saya–”

“Kamu ingin aku mati?” Ekspresi Aurora menggelap seketika. Tanpa berpikir dua kali, perempuan itu mengambil Americano dari tangan Pijar, kemudian melemparkan dua cup Americano itu ke dalam sampah. “Aku memiliki penyakit lambung yang akut!” Teriakan di depan wajah Pijar itu membuat Pijar mundur seketika. Terkejut luar biasa.

“T-tapi, saya–”

“Dan kamu bilang apa tadi? Elang yang menyuruhmu?” Aurora berdecih, kemudian menatap tajam Pijar dengan pandangan jijik. “Tunggu saja, kamu akan mendapatkan ganjarannya!”

**

“Sudah sepantasnya kamu memecat dia, Elang!”

Begitu sampai di ruang kerja Elang, Aurora–yang diikuti Pijar, segera mengadu kepada sang kekasih. Perempuan cantik itu murka ketika menatap Pijar. Sedangkan, reaksi yang ditunjukkan oleh Elang tampak begitu tenang.

Lelaki itu berdiri di samping Aurora dan mengelus pundak gadis itu, seraya menatap lurus pada Pijar yang tengah berdiri dengan kepala menunduk. “Apa yang terjadi?” tanyanya kepada Aurora. “Apa yang dia lakukan kepadamu?”

“Dia membawakanku bunga lili, bukan mawar!” ucap Aurora dengan bola mata memutar. “Dan kamu tahu yang lebih fatal lagi? Dia membawakanku Americano dan mengatakan kamu yang memintanya membawakan itu untukku. Bukankah dia ingin mengadu domba kita?”

Pijar mendengarkan dengan seksama. Namun kali ini dia menatap Elang dan Aurora dengan tatapan datar miliknya. Dia tahu sekarang jika lelaki itu ingin menunjukkan betapa bodoh Pijar di depan semua orang.

“Kamu bisa membalasnya.” Wajah Aurora yang tadinya penuh dengan tumpukan amarah itu kini tampak berbinar. “Aku juga ingin melihat bagaimana kamu bisa membalasnya.”

Senyum Aurora melebar. Wanita itu memeluk lengan Elang dengan mesra. “Kamu memang yang terbaik,” katanya dengan wajah puas, kemudian mendaratkan kecupan di pipi Elang.

Setelahnya, Aurora mendekat dan berdiri di depan Pijar. Wanita itu mengamati tampilan Pijar dari atas sampai bawah dan tersenyum mengejek.

“Itu yang pantas kamu dapatkan!” Bersamaan dengan itu, sebuah minuman kaleng berwarna hitam ditumpahkan ke tubuh Pijar.

Pijar merasakan tubuhnya membeku. Perasaan emosi yang dipendam seolah menyembul keluar. Dia menoleh ke arah Elang dengan menatap lelaki itu dingin. Elang tampak membisu menatap datar ke arah sekretaris pribadinya. Tidak ada pembelaan yang diberikan, atau justru dia tampak puas melihat pemandangan di depannya. Lelaki itu bahkan menunjukkan gestur angkuh dengan melipat kedua tangannya di depan dada, menikmati tontonan di depannya.

“Sudah puas, Nona?” Pijar berujar dengan lembut, berbanding dengan bibirnya yang menyeringai. “Kalau sudah, saya akan pergi untuk membersihkan pakaian saya.”

Gelegak kemarahan tampak nyata di mata Pijar. Tapi dia memiliki cara lain untuk membalasnya, suatu hari nanti.

“Siapa bilang kamu boleh pergi? Itu masih belum apa-apa.” Aurora ternyata belum puas membalasnya. Terlebih lagi, ketika melihat Pijar menanggapinya dengan dingin. “Berlutut, dan minta maaflah kepadaku.”

Pijar tidak bergerak. Dia menatap semakin tajam kepada Aurora alih-alih melakukan apa pun yang diinginkan perempuan itu. Berlutut katanya? Jangan harap!

“Kamu berani melototiku?!” Perempuan itu berteriak keras di depan Pijar.

“Permisi.”

Pijar berbalik tanpa merespon ucapan Aurora. Sayangnya, tangan Pijar dicekal oleh sang model sebelum wanita itu memberikan satu tamparan di pipi Pijar. Rasa panas yang menjalar itu terasa membuat kepala Pijar begitu pusing. Dia bahkan harus mengedipkan matanya berkali-kali untuk menghalau serbuan kegelapan di matanya.

“Aku sudah bilang. Berlutut dan meminta maaflah!” Aurora kembali berteriak tepat di depan wajah Pijar, membuat Pijar tidak bisa menahan lagi kesabarannya.

“Aku sudah menahannya sedari tadi, sialan!” gumam Pijar lirih, sebelum akhirnya membalas perempuan itu dengan menjambak rambut Aurora. Mencengkram erat rambut curly itu dengan sekuat tenaga.

“Aww! Apa yang kamu lakukan?!” Teriakan itu seketika memenuhi ruangan besar Elang. “Wanita gila! Argh, Elang….”

Elang yang tadinya hanya menonton itu pun segera mendekat untuk memisahkan Pijar dan Aurora. “Lepaskan Pijar, lepaskan!”

Laki-laki itu kemudian mendorong Pijar sampai gadis itu terhuyung ke belakang. Beruntung, Pijar bisa berpegangan pada sofa sehingga tidak terjerembab jatuh. Napasnya tersengal efek dari kemarahan yang menggelung hatinya.

“Apa yang kamu lakukan!” Elang memicing menatap Pijar usai menarik Aurora ke pelukannya. “Kamu benar-benar menunjukkan kelasmu yang bahkan lebih rendah dari pada hewan peliharaan!”

Mata Pijar memerah mendengar ucapan menyakitkan Elang. Namun, dia menahan mati-matian air matanya untuk tumpah di hadapan pria angkuh yang tengah menenangkan Aurora yang tengah menangis itu.

Pijar sadar, ucapan Elang tidak sepenuhnya salah. Dia dan Aurora memang gadis yang berbeda kelas. Namun, meskipun begitu, ucapan Elang benar-benar melukai harga dirinya begitu dalam.

Tidak ingin lebih lama memandangi bagaimana dua pasangan angkuh tersebut saling berpelukan, Pijar pun berdiri tegak dan menatap Elang dengan berani. “Kalau kamu ingin membalasku karena masa lalu, lakukanlah sendiri, Elang! Jangan menjadi pengecut!”

*** 

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
ความคิดเห็น (1)
goodnovel comment avatar
iinfadilah415
mampus kau ekang, cemen sehhh wkwkwk
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทล่าสุด

  • Sekretaris Sang Presdir   S2. Part 26. Final

    Pernikahan itu tidak mewah seperti yang diinginkan oleh Ruby sebelumnya. Namun, bisa dirasakan begitu khidmatnya acara akad nikah tersebut. Tamu yang datang benar-benar hanya teman dekat dari dua belah keluarga sehingga acara itu sungguh begitu nyaman.Sepanjang acara, Orion tidak melepaskan Ruby sama sekali. Entah itu dengan menggenggam tangannya, memeluk pinggangnya, atau hanya menempelkan bahunya dengan bahu Ruby. Lelaki itu seolah tidak ingin ditinggalkan oleh Ruby. Acara itu hanya berjalan dua jam, tetapi Orion merasa dia lelah luar biasa.“Pa, Ma, aku pamit.” Ruby berdiri di depan anggota keluarganya untuk pergi dari rumah dan tinggal berdua dengan Orion. Mereka bahkan tidak ingin seharipun menginap di rumah orang tua Ruby.“Kamu baik-baik, ya. Sekarang kamu sudah menjadi istri. Yang nurut sama suami. Kalau ada sesuatu yang dirundingkan dan jangan asal ambil keputusan sendiri,” pesan ibunya dengan mata berkaca-kaca.“Iya, Ma. Aku ngerti.” Ruby mengangguk dan tidak lagi banyak bic

  • Sekretaris Sang Presdir   S2. Part 25. Cincin Berlian

    Ruby tampak anggun dengan dress navy di bawah lutut. Rambutnya diurai dengan model curly, make up tipis menghiasi wajahnya. Keseluruhan penampilannya begitu cantik luar biasa. Sebelumnya dia tak pernah berpenampilan seperti ini. Tentu saja hal itu membuat Orion tampak terpesona. Senyum tipis penuh makna itu terlihat di bibirnya. Dua keluarga itu duduk berhadapan untuk membicarakan masalah pernikahan. Pada akhirnya, hubungan yang dianggap tidak akan bertahan lama itu ternyata akan berakhir di pelaminan. “Untuk mengikat keduanya, kami sudah menyiapkan cincin pertunangan untuk mereka. Maaf kalau sebelumnya kami tidak mengatakan apa pun terkait ini, tapi, akan lebih baik kalau mereka tunangan lebih dulu.” Pijar meletakkan kotak cincin di atas meja dengan keadaan terbuka. Dua cincin berkilauan itu terlihat. Satu cincin bertahtakan berlian itu tampak begitu mewah dan indah. Cincin itu diperuntukkan untuk Ruby dan satu cincin polos tentu saja untuk Orion. “Bu Pijar, bukankah ini terlalu

  • Sekretaris Sang Presdir   S2. Part 4. Si Penguasa

    “Pasti ada hal penting yang ingin dr. Daniel katakan kepada kami sehingga jauh-jauh datang ke kantor kami.” Elang menyambut dengan baik kedatangan Daniel. Setelah mengetahui jika Elang adalah seorang CEO, lelaki itu tampaknya mengubah pandanganya tentang Orion. Dia belum tahu mendalam tentang Orion dan keluarganya dan hanya dengan semua ini saja dia sudah terkejut luar biasa. Daniel mengangguk sebelum berbicara. “Ruby menerima tawaran Orion. Dia mau menikah dengan Orion dan saya diminta Papa untuk menemui Pak Elang untuk membicarakan tentang ini. Kapan keluarga kami bisa datang ke kediaman Pak Elang untuk membahas pernikahan?” Elang menatap Orion yang juga tengah menatapnya dengan serius. Dia tak memiliki apa pun untuk dikatakan. Lelaki itu hanya diam seolah masih mencerna setiap kejadian yang terjadi hari ini. “Kalau memang ingin membicarakan pernikahan, kami saja yang akan datang. Sekalian melamar secara resmi.” Elang menjawab dengan lugas dan tegas. “Tidak, Pak. Bapak dan kelu

  • Sekretaris Sang Presdir   S2. Part 23. Kenyataan yang Baru Diketahui

    “Aku sudah memutuskan untuk menikah. Nggak peduli kalau hanya menjadi ibu rumah tangga.” Setelah memikirkan selama berhari-hari, akhirnya Ruby mengambil keputusan dan mengatakan kepada keluarganya. setelah makan malam, dia mengumpulkan empat anggota keluarganya untuk diajak berbicara serius. Baginya semua akan sama saja. Dia sekarang terkurung di rumah besar orang tuanya tanpa melakukan apa pun. Semua yang dia mau sudah tersedia dan sekedar menginginkan es krim saja sudah tersedia. Ruby sudah merasa lelah dengan semua yang terjadi sekarang. Biarlah dia menikah dan menjadi istri Orion. Dia tidak pernah apa keputusannya menikah muda adalah keputusan yang tepat, tetapi baginya ini lebih baik. “Aku sudah memikirkan secara matang dan mendalam. Aku akan menikah dengan lelaki yang bisa memberikan aku banyak cinta dan Orion adalah orang itu.” Ruby menatap satu per satu keluarganya. Bisa dilihat bagaimana mereka tampak terkejut yang berusaha ditutupi. Rahang sang ayah tampak mengerat, pun d

  • Sekretaris Sang Presdir   S2. Part 22. Tiba-tiba Dilamar

    Seluruh anggota keluarga Ruby dibuat terkejut dengan kemunculan Orion di rumah mereka. Orion tidak datang sendiri melainkan bersama dengan kedua orang tuanya. Lelaki itu seolah ingin menunjukkan keseriusannya kepada Ruby atas hubungannya dengan gadis itu. Ayah Ruby tentu saja menerima kedatangan mereka dengan santun selayaknya tuan rumah menerima tamu. “Maafkan kami, Pak, kalau kedatangan kami mengejutkan Bapak dan keluarga.” Elang mengawali. “Tujuan kami ke sini tak lain adalah untuk itikad baik kami dalam hubungan Orion dan Ruby.” Ruby yang juga berada di sana pun terlihat terdiam tak mengatakan apa pun. Elang adalah bos besar dan dia bahkan tidak pernah berhadapan langsung dengan lelaki itu sejauh dia bekerja di Infinity. Namun, sekarang lelaki itu tiba-tiba datang dan membicarakan masalah hubungan putranya dengan mantan karyawannya. Sungguh, dalam bayangan Ruby pun dia tak pernah menyangka hari ini akan tiba. “Orion mengatakan jika dia sangat mencintai Ruby dan tidak siap jika

  • Sekretaris Sang Presdir   S2. Part 21. Terlalu Singkat

    Total sudah dua bulan Orion tidak bertemu dengan Ruby. Jangan tanyakan bagaimana rindunya lelaki itu kepada sang pujaan hati. Setelah dia mendapatkan alamat rumah orang tua Ruby, alih-alih segera mendatangi rumah gadis itu, dia justru terus memutar ucapan sang ayah di dalam kepalanya. Dia selama ini tidak pernah mendapatkan penolakan dalam hal apa pun. Tentu saja ada sebuah ketakutan yang muncul di dalam hatinya jika orang tua Ruby akan menolaknya mentah-mentah. Oleh karena itu, dia belum berani ambil resiko. Namun, semakin dia merasakan rindu itu menggebu, semakin tidak bisa dia mengendalikan emosinya. Hampir setiap hari dia marah kepada orang-orang di sekitarnya. “Silakan, Mas.” Orion terhenyak ketika seorang pelayan datang membawa pesanan makan siangnya. Dia mengangguk dan berterima kasih kepada pelayan tersebut sebelum memulai makan. Merasa ada yang memperhatikan, Orion mendongak dan seperti ada tamparan di wajahnya, tepat di depannya ada Ruby yang menatap ke arahnya. Orion den

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status