Mei Yan dan Austin menyiapkan makanan untuk makan siang sementara Hung Mao menyiapkan meja yang sudah di berikan taplak dari plastik sehingga mudah untuk membuang sampah. Chen Fu terlihat sangat segar setelah berganti baju dan membersihkan seluruh badannya dari lumpur. Dia datang didorong oleh Felix. Hung Mao yang mengetahui menantunya datang dengan wajah yang segar terlihat sangat tampan dengan alis mata yang tebal dan hidung yang mancung walau matanya sipit tetapi dia seperti terlihat sangat gagah.Punya karisma sendiri. Pria tua yang sudah mengetahui cerita dari Mei Yan pura-pura tidak mengetahui apa yang terjadi terhadap menantunya."Aku sangat penasaran dengan yang dilakukan oleh Tuan Muda Chen Fu yang menguasai Dinasti Group apalagi sampai berani masuk ke dalam kampung padahal dia terkenal kaya raya. Pasti banyak gadis yang akan mencoba masuk ke dunia Tuan Muda ini tapi karena kecelakaan putrikulah yang menjadi istri sah dari Tuan Muda Chen Fu. Ada apa ya?" tanya Hung
Mei Yan masih kepikiran dengan Chen Fu yang bisa berlari. Hingga ketika sampai dapur dia meletakkan sayuran begitu saja kemudian berlari menemui Papanya. Padahal Austin ada di belakangnya. Dia tidak peduli. Pria tampan itu hanya menunggu di luar. "Ada apa dengan Nona Mei Yan," batin Austin. "Papa... Papa...!" teriak Mei Yan mencari Papanya di dalam rumah. Hung Mao yang sedang merapikan rumah terkejut melihat wajah anaknya sedikit panik. "Ada apa Mei? Di mana suamimu? Apa kamu tinggal di kebun?" tanya Hung Mao. "Ada, itu sama ajudannya. Papa sini deh. Tadi masak Tuan Chen Fu bisa berlari. Waktu itu aku goda dengan menakuti pakai ular. Kok dia lari ketakutan. Apakah dia bisa berjalan atau pura-pura lumpuh. Kira-kira menurut Papa bagaimana?" bisik Mei Yan. Hung Mao mengerutkan kening dan membetulkan kaca matanya."Benarkah? Nanti aku lihat apakah dia benar-benar lumpuh atau pura-pura saja," jawab Hung Mao. "Apa Papa punya rencana?" tanya Mei Yan lagi. "Aku ada rencan
Di ruang rapat perusahaan Dinasti Group, Chen Yung mengadakan rapat besar. Perusahaan lagi ribut karena mencari keberadaan Chen Fu yang menghilang tidak memberikan kabar kepada keluarganya. Menyusul setelah menikah dengan wanita asing. Bahkan sekretarisnya Maudy juga tidak tahu keberadaan bosnya. Ponsel Chen Fu serta kedua ajudan tidak aktif. Hingga banyak rekanan perusahaan yang komplain menunggu tanda tangan Chen Fu. Sudah dua hari ini Chen menghilang tanpa kabar dan tidak bisa dihubungi. Bisa-bisanya bos perusahaan besar menghilang begitu saja kayak orang biasa. Mungkin saat ini yang dinantikan Chen Fu menjelma menjadi orang biasa tanpa tekanan dari perusahaan. Di ruang rapat itu ada Nyonya Chen dan Chen Yung, adik Chen Fu. Mereka duduk berdampingan di ujung meja besar. Menatap semua karyawan penting yang hadir. Wanita tua yang sudah berusia lima puluh lima tahun itu tetap cantik dengan memakai rok pendek warna hitam serta blazer warna hitam pula. Rambutnya dipotong d
Chen Fu tidak menyangka kalau akan mendapatkan kejutan dari Mei Yan. Dia langsung berdiri dan berlari meninggalkan kebun itu.Melihat bosnya berlari dan ketakutan melihat ular, Felix dan Austin ikut bingung. Apalagi Mei Yan. Dia menutup mulutnya dengan kedua tangan. Matanya terbelalak. "Ular... ular...!"teriak Chen Fu terus berlari. Bahkan dia mengibaskan kakinya seperti geli kalau ada binatang yang merambati kakinya. "Bos, ada apa?" tanya Felix. Wajahnya merah padam mengetahui bosku lari karena takut rahasia bosnya terbongkar. Mei Yan ikut berlari mendekati suaminya. "Awas Bos!" teriak Felix seperti memberikan kode kepada Chen Fu. Pria tampan yang memakai celana pendek itu menyadari kekeliruan sehingga dia pura pura terjatuh ke tanah dan memegangi kakinya. "Hah! Apakah kamu sudah sembuh?" tanya Mei Yan tidak percaya."Oh tidak...tidak.... Aku belum sembuh. Itu hanya spontan aja. Keajaiban. Karena aku takut ular. Lihat kakiku kembali sakit," ujar Chen Fu meringis mem
Karena tidur larut Mei Yan dan Chen Fu bangunnya kesiangan. Dia keluar kamar sambil menggaruk-garuk kepalanya. Mei Yan memanggil Papanya. "Papa!" teriak Mei Yan Spontan kedua ajudan Chen Fu berlari menuju depan kamar Mei Yan. Langsung mereka siap siaga sudah rapi dengan jas kompletnya. Mei Yan hanya nyengir melihat kelakuan dua ajudan tampan dan masih muda yang ada di depannya. "Good morning. Selamat pagi Austin dan Felix," sapa Mei Yan sangat ramah. "Selamat pagi, Nyonya Muda. Apakah Tuan Muda sudah bangun?" tanya Felix. "Nggak tahu tuh. Coba kamu lihat sendiri di kamar. Oh ya tuan mudamu tidur di kursi roda. Badannya terlalu besar. Aku tidak kuat untuk membantu dia. Masuk ke kamarku bantu dia untuk gosok gigi dan ganti baju," ucap Mei Yan santai. "Oh ya sekarang musim panas. Jangan pakai jas kayak gitu. Pakai aja kaos sama celana pendek." Mei Yan pergi. Dia menuju ke kamar mandi untuk gosok gigi dan mencuci muka. Sementara itu Hung Mao sudah sibuk di dapur untuk
Bibir Mei Yan bertaut dengan bibir Chen Fu. Reflek Chen Fu melumat hingga terdengar desisan nikmat. Mei Yan juga memejamkan mata membalas lumatan bibir Chen Fu. Sementara itu dada kembar milik Mei Yan juga menempel pada dada bidang Chen Fu.Mei Yan larut dalam permainan pria itu. Seperti bertemu dengan pria kekasihnya Tanpa dia sadari benda keras menyembul dari balik celana piyama Chen Fu hingga Mei Yan terkejut dan melompat. "Apa ini? Apa yang kamu lakukan? Kamu berusaha menjebakku?" teriak Mei Yan sambil menutup matanya. Chen Fu terkekeh. Dia juga tidak tahu bisa melakukan itu. "Ayok kita melakukan malam pertama," desis Chen Fu seperti sudah tidak tahan. Senjatanya masih keras "Hah dasar! Kamu bukan hanya lumpuh tapi pikiranmu mesum," jawab Mei Yan menghadap pada ranjang.Chen Fu membuka matanya. Dia masih mengerang menahan hasrat. Jujur baru kali ini dia merasakan hasrat itu pada seorang wanita. Padahal bertahun-tahun dia tidak pernah merasakan bahkan pacarnya sendir