공유

Second

작가: Raelio
last update 최신 업데이트: 2023-11-14 02:25:44

Mobil William melaju dengan kecepatan sedang menembus jalanan yang tidak terlalu ramai kendaraan, mengingat waktu yang sebentar lagi tengah malam. Tidak ada percakapan apa pun selama perjalanan. Merasa sesak karena kesunyian yang menyelimuti, tangan William bergerak menuju head unit dan menyalakan musik. Setidaknya nyanyian seseorang yang William hanya tahu nama dan wajahnya cukup mengusir kesunyian. Sesekali William melirik pada perempuan di sebelahnya yang tengah menyandarkan kepala ke jendela. Matanya menatap kosong jalanan yang dilalui empat sampai lima mobil.

Setir berbelok ke kiri, menjauh dari rumah besar milik William, menuju sebuah hotel yang tadi sempat William masukkan ke Maps. Tadinya William berencana untuk membawa perempuan itu ke rumahnya, tetapi dia berubah pikiran. Mengingat banyaknya kenangan bersama sang mantan kekasih di sana membuat William sering kali terbayang wajahnya. Dia tidak ingin membayangkan wajah itu, rambut pirang, atau mata biru milik seseorang yang pernah sangat disayanginya. Kalau bisa, wajah perempuan di sampingnya ini yang nanti akan memenuhi kepalanya. Setidaknya untuk satu malam ini saja.

Dari kejauhan William dapat melihat gedung hotel. Tinggi dan gemerlap karena cahaya lampu. Beberapa jendela lampunya tidak menyala, menandakan kalau kamar tersebut masih kosong. William mengembuskan napas lega dalam hati. Dia harus mencari hotel lain kalau tidak ada kamar kosong di sini. Tangan William bergerak memutar setir menuju jalanan menurun, tempat di mana mobil-mobil lain terparkir. Begitu selesai memarkir mobil, William segera mengajak perempuan itu masuk ke dalam hotel.

Topeng masih melekat di wajah William dan perempuan itu. William tidak berniat membukanya sampai masuk ke dalam kamar hotel. Beberapa orang yang berlalu-lalang di lobi mengenakan pakaian mewah dan topeng. Jelas sekali mereka orang-orang yang menghadiri acara lelang. Semua mata mereka tertuju pada William dan perempuan di sebelahnya, sang bintang utama di acara lelang malam ini.

“Tolong kartu identitasnya,” kata resepsionis setelah William menyampaikan maksudnya.

William mengeluarkan dompet dari saku jasnya dan memberikan kartu identitas pada si resepsionis. Dia lalu membuka topengnya sedikit, hanya agar si resepsionis dapat memastikan kalau kartu yang William berikan tidak palsu. Selepas membayar biaya hotel dan mendapatkan kunci kamar berbentuk kartu, William menuntun perempuan yang sejak tadi hanya diam ke arah lift. Kartu kamar William tempelkan di papan sensor hingga pintu lift terbuka.

Tombol dengan angka lima belas menyala begitu ditekan oleh William. LCD di atas pintu lift perlahan mengganti angkanya makin besar seiring makin tinggi lantai yang dituju. Ketika LCD menunjukkan angka tujuh, lift berdenting dan pintu lift terbuka, menampilkan dua orang berbeda jenis kelamin yang menempel satu sama lain lalu terkejut ketika lift datang. Mereka berdua masuk, masih saling merangkul dan cekikikan. Dulu William pernah mengalami hal seperti mereka. Dulu. Sebelum semuanya menjadi berantakan.

Mereka kembali melanjutkan kegiatannya setelah menekan tombol angka satu. William menatap mereka sebentar sebelum kembali memperhatikan LCD. Sekilas sudut matanya menangkap gerakan dari perempuan di sebelahnya. William menebak perempuan itu merasa tidak nyaman dengan pemandangan di depannya. Sejujurnya William juga, tetapi karena topeng yang menutupi seluruh wajahnya kecuali mata kanan, tidak akan ada yang tahu seperti apa ekspresi dirinya saat ini.

Lift berdenting untuk kedua kalinya. Kali ini sampai di lantai yang William tuju. Segera dia menarik gadis di sampingnya dan berjalan dengan cepat menuju kamar 1583. Kartu kamar William tempelkan di kenop pintu hingga berbunyi ‘bip’ lalu membuka pintu. Kamar luas berisi satu ranjang ukuran paling besar yang sedikit tersembunyi, satu set sofa di tengah ruangan dengan sebuah televisi, lemari yang memenuhi satu dinding penuh, kamar mandi berada di sebelah kanan pintu masuk, dan bar yang penuh dengan minuman berbagai merek.

Begitu perempuan bergaun hitam ketat itu masuk ke dalam, William menutup pintu. Dia berjalan menuju sofa, meninggalkan si perempuan di depan pintu. Tangan William bergerak melepas kancing jas lalu menyampirkan jas itu ke lengan sofa. Dasi yang sejak tadi melekat kuat di kerah kemejanya menjadi pilihan keduanya. William mendudukkan tubuhnya di sofa panjang. Matanya terpejam selagi kepala dan tubuhnya menyender, tenggelam di dalam empuknya sofa. Beberapa detik kemudian matanya kembali terbuka dan melihat ke arah perempuan yang masih berdiri di depan pintu.

“Kemarilah,” ucapnya sembari melambaikan tangan. 

Perempuan itu dengan ragu berjalan ke arahnya. William dapat melihat tangan perempuan itu yang bergetar. Ini pertama kalinya William melihat tanda-tanda kehidupan darinya. Sejak tadi perempuan yang ikut bersamanya dari gedung di mana acara lelang digelar hingga sampai ke hotel ini hanya diam saja, berjalan mengikuti William tanpa ada kata atau gerakan apa pun darinya.

William memperhatikan perempuan itu selama beberapa detik sebelum berkata, “Buka bajumu.”

Perempuan itu diam, tidak berkata ataupun bergerak, tetapi tangannya bergetar makin hebat. Dia menggigit bibir bawahnya seiring tangannya yang terus bergetar. William menunggu dalam diam. Hingga beberapa menit kemudian perempuan itu masih saja tidak melakukan apa yang William perintahkan dan membuatnya berdiri. Melihat William yang beranjak dari sofa, perempuan itu menjatuhkan tubuhnya ke lantai, berlutut di depan lelaki yang membelinya di lelang.

“Maaf,” cicitnya, “aku—aku tidak bisa melakukannya.” Air mata meleleh membasahi wajah perempuan itu. “Bukan aku yang ingin menjual diri di acara tersebut. Aku dijebak.”

Perempuan itu mengangkat kepalanya, menatap ke arah William yang menunduk. Wajahnya berkilau ketika terkena cahaya lampu. Bibirnya sedikit berdarah karena terus-terusan digigit dengan kencang. Kedua tangan perempuan itu mencengkeram celana hitam milik William sambil terus mengucapkan kalau dirinya tidak bisa melakukan apa yang William pinta. William tidak bereaksi apa pun selama beberapa detik sebelum memutuskan untuk berjongkok di depan si perempuan.

Tangan William bergerak ke arah kepala perempuan itu, menarik tali yang mengikat topengnya. Begitu topeng terbuka, William dapat melihat jelas wajah perempuan itu. Alis hitam tebalnya, bulu mata lentik yang basah oleh air mata, iris abu-abu yang menyimpan beribu macam kesedihan, hidung kecil dengan tulang yang tinggi, dan bibir penuh yang meneteskan darah. Kini tangan William bergerak melepas topengnya.

Lagi-lagi perempuan itu menggigit bibirnya. “Kumohon ... lepaskan aku.”

“Melepaskanmu?” William bertanya. Wajahnya tidak menampakkan ekspresi apa pun. “Setelah saya mengeluarkan uang sebesar 100 miliar?”

Si perempuan menunduk. Tangannya meremas gaun hitam ketatnya hingga kusut. Apa yang dibicarakan William ada benarnya. Tidak mungkin lelaki itu akan melepaskan dirinya begitu saja setelah mengeluarkan uang sebesar 100 miliar. Bertahun-tahun kerja pun dia tidak yakin bisa membayar uang tersebut.

“Aku ... aku masih perawan,” lirih perempuan itu masih menunduk. Mendengarnya William mendengus.

“Kamu pikir saya peduli?”

William berdiri, mengusap rambutnya kasar sembari menghela napas. Ditatapnya perempuan yang masih setia berlutut dan menunduk itu. Perasaan tidak tega sedikit mengetuk pintu hati William, tetapi mengingat uang yang dia keluarkan, William mengeraskan hatinya.

“Siapa namamu?” tanya William beberapa detik kemudian sembari membuka kancing rompinya.

Si perempuan menjawab, “Sarah.” Kepalanya kini sudah terangkat, menatap William yang meletakkan rompi di lengan sofa, di atas jas, menyisakan kemeja putih di tubuhnya.

William diam menatap perempuan itu. Menatap mata abu-abu yang memelas belas kasihan. Selama beberapa detik mereka hanya bertatapan tanpa melakukan apa pun hingga William beranjak dari sana menuju kamar mandi.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Terpikat Pesona Tuan Presdir   Fifty-Seventh

    Cermin yang memantulkan dirinya sendiri itu membuat Sarah kagum. Sarah tidak pernah menyangka kalau dia akan mengenakan gaun putih yang bagian bawahnya mengembang. Gaun pengantinnya terbuka di bagian bahu dengan tangan yang berbentuk balon. Ada hiasan bunga-bunga kecil di bagian atas dan bawah gaunnya yang juga berwarna putih.Rambut Sarah disanggul dan dihias menggunakan tiara. Tudung transparan dijepit di sanggulnya dan jatuh ke bawah dengan lembut hingga mencapai paha. Sarah mendekatkan diri ke cermin untuk melihat riasannya. Tidak terlalu mencolok, tetapi juga bukan riasan yang sederhana. Bibirnya diberikan lipstik berwarna merah muda.Sarah menarik napas panjang untuk meredakan detak jantungnya yang menggila. Dua bulan lalu William mengumumkan perempuan pilihannya di konferensi pers dan meyakinkan Sarah begitu kembali dari kantor. Tiga hari setelahnya dihabiskan William untuk menanyakan pada Sarah seperti apa pernikahan impiannya. Awalnya Sarah ingin membiarka

  • Terpikat Pesona Tuan Presdir   Fifty-Sixth

    Kantor William dipenuhi orang dari berbagai profesi. Pagi-pagi sekali sebelum matahari terbit, William sudah menghubungi Isa dan meminta sekretarisnya itu untuk mengadakan konferensi pers. Permintaan mendadak dari William membuat seluruh kantor menjadi sibuk. Dari mencari tempat yang pas untuk melakukan konferensi pers, mengundang wartawan, menyiapkan teks yang nantinya akan digunakan oleh William. Semua hal itu dilakukan dengan terburu-buru.William sendiri langsung berangkat dari rumah setelah dia menelepon Isa, meninggalkan Sarah yang masih berada di alam mimpi. Meski begitu, William sudah menyiapkan makanan untuk Sarah dari pagi hingga malam kalau nanti dirinya akan pulang larut malam seperti sebelumnya. Radio di mobil William tidak berhenti menyiarkan berita mengenai dirinya hingga membuat William muak dan mematikan radio.William bersyukur orang-orang yang masih setia bekerja untuk dirinya tidak mengeluh dan justru menyiapkan semua yang William butuhkan denga

  • Terpikat Pesona Tuan Presdir   Fifty-Fifth

    William memijat pangkal hidung sembari memejamkan mata. Kepalanya terasa pusing karena melihat layar komputer selama beberapa jam. Seharian ini dirinya sibuk melakukan berbagai rapat dengan perusahaan-perusahaan yang sudah lama bekerja sama dengannya. William mencoba mempertahankan perusahaan yang sudah mendukung perusahaan miliknya sejak masih di bawah kepemimpinan sang ayah. Perusahaan yang baru-baru ini bekerja sama dengannya kebanyakan memutuskan kontrak karena tidak ingin kena dampak dari masalah yang William alami.Tiga jam lalu Isa sudah pamit untuk pulang dan William mengiyakan. Dia tidak ingin memberikan beban pada siapa pun yang bekerja dengannya karena masalah yang William buat sendiri. Tangan William menggebrak meja saat mengingat kembali berita tersebut, terutama konferensi pers yang dilakukan oleh Jessica. Selanjutnya William terkekeh. William merasa dirinya begitu bodoh saat mengenang kembali apa yang dirinya dan Jessica lakukan. Padahal sejak awal Jessica re

  • Terpikat Pesona Tuan Presdir   Fifty-Fourth

    Rasa puas menyelimuti hati Remi sejak pertama kali berita tentang William dan Jessica tersebar. Uang yang dirinya keluarkan seakan tidak berarti apa-apa saat melihat kesuksesan berita tersebut. Remi yakin sekali William akan sulit untuk mengelak berita tersebut, apalagi foto yang diambil dari orang suruhan yang terlihat amat jelas. Remi bahkan sampai berdecak kagum saat melihat hasil foto itu.Wajah William dan Jessica terlihat jelas. Interaksi mereka pun tidak akan membuat orang lain salah mengenali. Remi terkekeh mengingat saluran televisi yang semuanya menayangkan berita yang sama. Hati Remi makin diselimuti rasa senang karena belum adanya tanggapan dari William. Hanya undangan rapat yang dikirimkan Isa ke Thena. Remi menolak undangan tersebut. Bisa dibilang Remi adalah salah satu tokoh utama di berita panas tersebut, jadi wajar saja kalau dirinya menolak undangan rapat William. Akan aneh kalau dirinya justru menerima undangan tersebut.Dari pagi hingga sore tid

  • Terpikat Pesona Tuan Presdir   Fifty-Thrid

    Sarah melangkahkan kaki turun dari tangga menuju dapur. Dia baru saja bangun dari tidur panjangnya. Sejak mengetahui kalau Sarah tengah mengandung, William tidak pernah membangunkan Sarah pagi-pagi untuk membuat sarapan. Kadang William sendiri yang memasak sarapan untuk Sarah, atau kalau tidak sempat, William akan memesan makanan untuk Sarah begitu Sarah mengirimkan pesan kalau dirinya sudah bangun.Kali ini tidak ada sarapan yang tersedia di tempat pemanas, tetapi Sarah yakin makanan akan datang beberapa menit lagi. Untuk mengisi perut kosongnya yang sedikit membuncit, Sarah mengambil buah dari dalam kulkas yang semalam dia kupas. Sarah duduk di kitchen island sembari bermain permainan yang baru diunduh di ponselnya. Mata Sarah melirik ke jam yang berada di layar atas ponselnya, sudah hampir tengah hari, tetapi tidak ada makanan apa pun yang datang. William bahkan tidak membalas pesan Sarah.Sarah memutuskan untuk memasak makanannya sendiri karena berpikir kalau W

  • Terpikat Pesona Tuan Presdir   Fifty-Second

    William sudah mengirimkan pesan pada Isa setelah tiba di rumah kemarin kalau hari ini dia tidak akan datang ke kantor. Semua dokumen yang belum sempat dibawa William minta untuk dikirimkan ke rumahnya. Setelah mengetahui fakta kalau Sarah tengah mengandung dan melihat sendiri gejala tersebut pada Sarah, William memutuskan untuk tetap di rumah dan menemani Sarah.William tidak tahu sudah berapa menit berlalu sejak dirinya membuka mata. Yang jelas cukup lama hingga cahaya matahari sudah menembus tirai jendelanya. Selama itu yang dilakukan William hanyalah tidur menyamping dan memperhatikan wajah damai Sarah. Sesekali tangan William terulur untuk mengusap lembut pipi Sarah.Mata William yang sejak tadi menatap wajah Sarah beralih ke perut Sarah saat perempuan itu bergerak dalam tidurnya dan mendorong selimut. Kaus yang dikenakan Sarah sedikit terangkat, memperlihatkan perutnya yang masih rata. William lagi-lagi mengulurkan tangan, tetapi kali ini untuk mengusap perut

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status