Anggun menghampiri Rico, dan tak sengaja mata Rico membelalak melihat puncak dada Anggun yang tercetak dengan jelas di daster yang sedang dikenakan oleh istrinya itu.
Plak! Tiba-tiba pipi Rico terasa perih oleh tamparan Anggun.
“Kenapa kamu menaparku?” tanya Rico heran.
***
“Ups, ada nyamuk hinggap di pipimu, Suamiku,” tutur Anggun sembari mendelikkan matanya.
Anggun pun pergi ke dapur untuk menyimpan dan mencuci piring kotor yang telah mereka gunakan. Namun, sembari membersihkan piring tersebut dia berkeluh kesah karena kesal.
“Anggun, masakanmu bau busuk takut aku sakit perut jika memakannya, tahu-tahu satu piring penuh habis. Sudah gitu, matanya nakal harus di colok pakai koas. Berani sekali dia melihat aset kembar berharga milikku. Kenapa juga aku harus lupa tidak menggunakan bra? Rugi aku!” tutur Anggun bermonolog pada dirinya sendiri.
Di sisi lain, masih berada di meja makan, Rico mengusap-ngusap pipinya yang di tampar oleh Anggun. ‘Tenaga wanita bar-bar ini besar juga. Dulu sewaktu aku ketahuan nakal oleh Nisa, tamparannya tidak terasa. Kenapa istriku yang satu ini seperti preman, Ya Tuhan!’ ucapnya dalam hati.
Rico pun beranjak dari duduknya dan pergi ke kamar untuk membersihkan diri. Tak berapa lama dia sudah selesai dan pergi ke ruang tamu untuk menunggu berkas-berkas perjanjian antara Anggun dengannya.
Anggun pun turun dengan stelan casual tetapi feminim. Tubuhnya berbalut dress selutut tanpa lengan berwarna peach kemudian dia padukan dengan jacket jeans berwarna putih dan mengenakan sepatu sneaker berwarna senada dengan jaket yang dikenakan oleh Anggun.
Di mata Rico Anggun benar-benar sangat manis. Perpaduan make up natural dan rambut curly menambah kesan girly pada wajahnya yang cantik. Rico pun tak berhenti menatap Anggun.
“Apa liat-liat, mau aku colok matamu pakai ballpoint, hah!” ketus Anggun kepada Rico.
“Stylemu aneh, kamu telihat sangat norak. Tidak pantas wanita yang sudah memiliki suami berpakaian seperti itu,” tutur Rico dengan nada datar.
“Benarkah?” Anggun pun pergi ke depan cermin raksasa yang berada di ruang tamu. “Julid sekali kamu sama aku, Mas. Hanya kamu yang bilang aku norak padahal di kampus, aku itu primadona loch. Owh iya, ini berkas-berkas yang sudah aku print dan juga sudah ditempel materai tinggal kamu tanda tangani saja, Mas.”
“Hahaha, primadona seperti ini. Mata mereka benar-benar rabun, dan harus segera diperiksa ke dokter. Ganti dulu pakaianmu, baru aku akan menandatangani surat perjanjian ini.”
“Mas, apa hubungannya tanda tangan dengan pakaianku?”
“Pakaianmu terbuka, seorang istri tidak boleh berpakaian terbuka seperti itu.”
“Apanya yang terbuka, Mas?”
“Ya sudah, mau tidak aku tanda tangani perjanjian ini?”
“Iya-iya, aku ganti baju dulu,” tutur Anggun dengan wajah cemberut.
“Tunggu!” titah Rico.
“Apa lagi sih?” tanya Anggun dengan sebal.
“Biar aku yang pilihkan pakaian untukmu,” ujar Rico sembari melangkahkan kakinya menuju kamar.
“Ya Tuhan, kenapa dia jadi posesif seperti ini,” ucap Anggun berbisik sembari menepuk dahinya dengan telapak tangan.
“Pakailah pakaian yang aku pilihkan! Aku akan tanda tangan setelah melihatmu memakainya dan kamu akan aku antarkan ke kampus. Tidak ada penolakan, aku tidak suka dibantah. Aku tunggu di ruang kerjaku!” tutur Rico pelan tapi tegas.
“What?” Anggun tampak kesal sembari menginjak-nginjakan kakinya dilantai secara bergantian seperti jalan di tempat.
Rico duduk menunggu Anggun di ruang kerjanya dengan kertas perjanjian antara mereka. Kemudian datanglah Anggun dengan mengenakan pakaian yang dipilihkan oleh Rico.
“Mas, aku ini mau ke kampus loch bukan mau ke pengajian. Masa aku pakai gamis,” ucap Anggun dengan wajah memelas.
Namun, di mata Rico, Anggun terlihat sangat cantik mengenakan pakaian tertutup seperti itu. Dia melihat Anggun dengan perasaan kagum, karena apapun yang dikenakan oleh istri syahnya itu selalu terlihat sangat cocok di tubuhnya. Sesuai janjinya Rico pun menandatangani surat perjanjian di antara mereka berdua.
Wajah Anggun terlihat berbinar ketika goresan ballpoint itu menari cantik di secarik kertas bertuliskan perjanjian.
“Selesai, tapi jika kamu menginginkanku atau pun mau menyentuhku, aku tidak akan memperhitungkan. Kamu boleh menyentuhku semaumu karena aku suamimu,” tutur Rico sembari melihat wajah Anggun yang tersenyum.
‘Semoga kamu peka, Anggun. Dengan perkataanku barusan,’ tuturnya dalam hati.
“Tenang aku tidak akan menyentuhmu. Tubuhmu milik Nisa dan aku tidak suka menggunakan sesuatu yang telah dimiliki oleh orang lain,” sindir Anggun kepada Rico.
“Kamu, sok suci. Aku yakin kamu sudah pernah tidur dengan pria lain.”
“Silakan buktikan ucapanmu, Mas. Aku belum pernah dekat dengan pria manapun bahkan ciuman saja aku belum pernah merasakannya. Jadi, setelah kamu mendapatkan harta warisan yang tidak habis tujuh turunan. Aku harap kamu segera menceraikanku. Izinkan aku bahagia dengan pria yang mencintaiku dan aku cintai, Mas.”
Entah mengapa mendengar penuturan Anggun, hatinya terasa sakit dan napasnya terasa sesak. ‘Rasa apa ini? kenapa perkataannya membuatku tidak nyaman?’ tanya dalam hati.
“Hahaha, diperjanjian tidak tertulis jika aku harus menceraikanmu. Baca ulang, di sana kamu tulis jika aku ingin tetap bersamamu maka aku harus melakukan apa yang ada dipersyaratan itu.”
Anggun mengernyitkan dahinya, dia membaca ulang dan ternyata benar apa yang dikatakan oleh Rico. “Oke, tidak masalah selagi kamu tidak menyentuhku. Aku harap kamu menepati janjimu, Mas.”
“Baiklah, aku seorang pria. Aku akan memegang teguh perkataanku terkecuali jika kamu yang menginginkannya, aku selalu bersedia dan ikhlas memberikan tubuhku untukmu, istriku,” tutur Rico dengan ekspresi menyebalkan.
“Ikh apaan sih, otakmu itu pikirannya selangkangan terus, Mas. Mas, mau mengantarkanku ke kampus? Berangkat sekarang yuk!” ajaknya kepada suami.
“Ini masih pukul 07.30 WIB, Anggun,” sahutnya dengan heran.
“Ini mata kuliah dosen killer, tidak ada ampun bagi yang terlambat. Padahal dia itu tampan, masih muda, pintar dan juga katanya pemilik kampus tersebut tapi mau-maunya jadi dosen. Padahal dia tinggal ongkang-ongkang kaki saja, enggak usah repot-repot masuk kelas dan menghadapi mahasiswa dengan macam-macam karakter. Walaupun begitu, heran kenapa mahasiswi di kampusku pada mengidolakannya.”
“Termasuk kamu?”
“Enggaklah, walaupun aku menyembunyikan statusku tapi aku tahu diri. Aku adalah seorang istri yang tidak diinginkan oleh suaminya, hikshiks,” tutur Anggun sembari berpura-pura sedih. “Yuk kita berangkat!”
~Kampus~
Sesampai di kampus Anggun mencium tangan suaminya dan keluar dari mobil. Kemudian, tak sengaja dia berpapasan dengan dosen killer. Anggun menyapanya dengan hormat dan kemudian segera pergi menghindar dari dosen tersebut. Akan tetapi sang dosen tampan itu melakukan hal sebaliknya dia malah tersenyum sambil melihat punggung Anggun yang semakin lama semakin tak terlihat.
“Dia selalu tampak cantik,” tutur sang dosen kepada Anggun.
Rico melihat hal itu dan membaca gerakan bibir pria tersebut. “Sialan,” tutur Rico sembari memukul stir mobil. ‘Kenapa aku harus marah melihat Anggun disukai oleh pria lain. Lebih baik aku segera ke kantor dan bertemu dengan Nisa,’ pikir Rico sembari melajukan mobilnya.
Setiba di kantor, Nisa sudah menyambutnya dengan senyuman manis yang menentramkan kalbu. Rico pun membalas senyuman itu sembari mengecup kening Nisa dengan penuh cinta dan kasih sayang.“Selamat pagi, Sayang. Bagaimana persoalanmu dengan Anggun?” tanya Nisa dengan tatapan nanar dan penuh ke khawatiran.“Semua sudah selesai, aman!” sahut Rico sembari memeluk Nisa.“Syukurlah, aku semalaman tidak bisa tidur. Aku teringat kepadamu dan Anggun. Kita juga tidak bisa menyalahkan dia, karena dia tidak tahu apa-apa. Dan wajar saja apabila dia kecewa atau marah kepada kita,” papar Nisa menjelaskan.“Tidak, dia tidak marah. Dia mengerti bahkan kamu mulai hari ini bisa tinggal di rumahku. Dan apabila ada teman-temannya datang ke rumah, kita harus berpura-pura menjadi kakak dan kakak iparnya. Dia tidak mau kita berdua berpisah, untuk sementara waktu dia masih bisa bermain
“Anggun!” panggil seseorang dari kejauhan.Anggun menolehkan kepala ke sumber suara dan ternyata Rico sudah datang ke kampusnya. Semua mahasiswi berteriak melihat Rico yang keluar dari mobil dengan menggunakan kaca mata hitam.Sengaja sebelum menemui Anggun, dia merapikan diri di dalam mobil agar terlihat lebih tampan daripada pria yang sedang berbincang dengan Anggun. Rico pun melangkahkan kaki ke arah Anggun sembari membuka kaca mata hitamnya.“Anggun, kamu sedang berbicara dengan siapa?” tanya Rico dengan posesif.“Perkenalkan ini—”Belum selesai Anggun melanjutkan perkataannya dosen killer itu sudah mengulurkan tangannya kepada Rico untuk berjabat tangan.“Saya Vino Dosennya Anggun. Anda?” tanya Vino dengan tegas.Deg! Tiba-tiba jantung Anggun berdegup kencang pasalnya dia takut Ri
"Siapa anda berani-beraninya melarang saya? Maaf Anggun adalah kekasih saya, jadi saya berhak membawanya dari kalian berdua," tutur pria asing tersebut."Kamu hanya kekasihnya sedangkan saya—”Belum menyelesaikan ucapannya, Anggun memotong perkataan Rico."Dia adalah kakakku, jadi Mas Rico lebih berhak terhadapku. Ayo, Mas!" ajak Anggun sembari memegang tangan Rico dengan posesif.Rico pun melambaikan tangannya dan tersenyum mengejek kepada dua orang pria yang sedari tadi ingin mencuri perhatian Anggun.Pada saat tangan Rico dipegang sangat erat oleh Anggun, bibirnya tak berhenti tersenyum. Dia tidak menyangka bahwa Anggun akan memilihnya. Jiwa yang sedang diselimuti amarah perlahan berangsur mereda.Anggun membawa Rico masuk ke dalam mobil. "Mas dengankan aku! demi Tuhan aku tidak memiliki hubungan apapun dengan pria barusan maupun dengan pria la
“Aduh!” teriak Anggun dari dalam mobil. Anggun mengerem mendadak dan kemudian menolehkan kepalanya ke arah Rico. “Kamu apa-apaan sih, Mas? Kepalaku difitrahin tahu. Enak saja main toyor kepala orang sembarangan.” Anggun tidak terima diperlakukan seperti itu oleh Rico, dia pun keluar dari mobil dengan mata yang berkaca-kaca.***“Mau kemana kamu?” tanya Rico menyusul Anggun keluar dari mobil.Anggun tidak meghiraukan perkataan Rico, dia terus melangkahkan kakinya dengan cepat. Dia sangat kesal dan sakit hati dengan tingkah laku Rico yang memperlakukannya sangat kasar. Dari kecil dia sangat di manja oleh kedua orang tuanya sedangkan oleh seorang Rico dia diperlakukan semena-mena.“Berhenti!” bentak Rico.Anggun pun menghentikan langkahnya dengan berderai air mata. Dan, Rico berjalan dengan cepat untuk menghampiri Anggun. Dia membalikk
Anggun hanya tersenyum sinis mendengar pernyataan Rico. Perkataan Rico memang benar tetapi terdengar konyol olehnya. Dia beranjak dari kursinya dan pergi ke dapur sembari membawa piring kotor. Setelah mencuci piring, Anggun tidak melihat keberadaan pria yang sangat menyebalkan itu di meja makan. Dia lantas masuk ke dalam kamarnya dan betapa terkejutnya ketika Rico sudah berada di tempat tidurnya.“Sayang, sini! Ini aku sedang video call dengan mamah,” ujar Rico kepada Anggun.***Anggun mendekat ke arah Rico dan kemudian duduk di tempat tidur di samping suaminya. Awalnya dia tidak percaya bahwa Rico sedang melakukan video call dengan mertuanya. Namun, setelah dia lihat ternyata perkataan Rico benar.“Hai, Ma!” sapa Anggun ramah kepada mertuanya.“Sayang, bagaimana keadaanmu? Apakah sudah ada tanda-tanda kehadiran cucu Mamah di rahimmu?” tanya sang mertua.
~Keesokan harinya~Rico dan Nisa sudah berada di meja makan sedang menikmati sarapan pagi. Anggun datang dengan membawa koper dan berpakaian casual style menggunakan celana dan jaket jeans dipadukan dengan kaos, topi dan sepatu sneaker berwarna putih. Rambut yang dikuncir seperti ekor kuda dan make up natural menambah kesan fresh pada wajah cantik Anggun.Rico tidak berkedip saat melihat Anggun. Nisa mengetahui hal itu dan kemudian mengambil perhatian Rico.“Sayang, lihatlah aku!” titah Nisa kepada Rico.Rico pun melihat ke arah Nisa kemudian tanpa aba-aba Nisa lantas mencumbu bibir Rico. Sejujurnya Rico tidak enak kepada Anggun hanya saja dia tidak mungkin menolak ciuman Nisa yang membuat darahnya berdesir.“Heuh,” tutur Anggun bergidik melihat adegan mereka. Akan tetapi, dia sama sekali tidak menghiraukan apa yang sedang pasangan suami istri siri itu lak
“Ikh dengarkan dulu, pria yang semalam terlintas di pikiranku itu adalah kamu, Mas!” jawabnya polos.Wajah yang muram durja mendadak berubah menjadi berbinar, bisa terlihat aura bahagia di wajah Rico. Pipinya merah merona sembari dihiasi senyuman manis di bibir merah jambu itu.“Kamu, pasti lapar. Aku ambilkan makan dulu, ya!” tutur Rico sembari senyum-senyum dan kemudian keluar dari kamar.‘Itu Mas Rico kenapa, ya? senyum-senyum sendiri. Aku kan memikirkan dia karena aku sangat kesal padanya sebab dia telah menciumku tanpa izin dariku?’***Tak lama Rico masuk kembali ke dalam kamar. Ada perubahan drastis dari sikap Rico kepada Anggun. Dia menjadi lebih perhatian dan bersikap sangat lembut kepada istrinya yang sedang sakit.“Sayang, makan dulu!” titah Rico sembari menyuapi bubur ke mulut Anggun.
“Ma, sakit sekali. Bagaimana jika aku tidak bisa memberi Mama cucu gara-gara, Anggun!” tutur Rico mengadu kepada mamanya.“Sayang, aku obati, Ya! Apanya yang sakit?” tanya Anggun pura-pura perhatian, dia tidak mau kena marah sang mama mertua.“Ma, sepertinya ini harus di cek dulu oleh Anggun, apakah masih berfungsi atau tidak?” ujar Rico dengan sengaja membuat Anggun serba salah.“Heuh,” Anggun melongo mendengar perkataan Rico.“Anggun, sepertinya kamu harus memastikan keadaan Rico. Mamah keluar kamar dulu,” tutur Risa sembari meninggalkan Anggun dan Rico di dalam kamar.Rico pun mendekati Anggun sembari menggigit bibirnya. “Sayang, cepatlah! tunggu apa lagi.”“Eh … eh … sana pergi, kamu jangan macam-macam, Mas.”Wajah Anggun tampak pucat kar