Share

Bab 3

"Mungkin...mungkin saja aku akan melakukan hal itu. Tapi, sesuatu yang perlu kau ketahui Tuan muda Aksareyd, aku bukanlah seperti mantan kekasihmu. Yang ketika patah hatinya, juga mematahkan seluruh impiannya dan lebih memilih mengakhiri hidupnya."Damn! Aksa dibuat bungkam oleh perkataan wanita muda itu, yang benar adanya. Shikha tertawa renyah, saat melihat wajah dingin pria itu berubah memucat.

Merasa telah dihina, Aksa menampar pipi mulus Shikha, hingga membuat wanita muda itu kembali tersungkur akibat kerasnya tamparan Aksa.

"Itu adalah bentuk cinta dirinya kepadaku."Kata Aksa geram, pria tampan itu begitu amat sangat marah sekarang. Jangan salahkan jika dirinya kelepasan, dan semakin menyakiti Shikha.

Wanita itu kembali bangkit, menatap rendah Aksa.

"Itu pembodohan namanya, wanita itu sungguh amat sangat bodoh karena telah menaruh perasaan pada seorang pria dingin, kasar serta arrogant seperti dirimu ini, Aksa! Bahkan kau sama sekali tak mempunyai rasa empati untuk istrimu dan memperlakukan istrimu layaknya binatang!"Teriak Shikha penuh penekanan, biarlah malam ini tubuhnya menjadi samsak untuk Aksa. Ia tidak ingin terlihat seperti wanita yang lemah dihadapan seorang CEO arrogant seperti Aksa.

Aksa mengerang emosi, ia mencengkram rahang Shikha hingga membuat wanita itu meringis sakit.

"Berani sekali kau berteriak di depan wajahku, huh? Nampaknya semakin aku menyiksamu, semakin berani pula kau menentang diriku!"pekik Aksa dengan nafas memburu, wanita itu memejamkan mata, sungguh dirinya berusaha keras menahan rasa sakit di seluruh wajahnya yang telah mendapat perbuatan kasar Aksa kepada dirinya.

Aksa mengguncang rahang Shikha dengan kuat. "Tatap wajahku, Wanita jalang! Atau sekalian saja aku mencongkel kedua bola matamu agar kau tak lagi dapat melihat dunia?!"dengan perlahan-lahan Shikha membuka kedua matanya yang kini dipenuhi beribu rasa sakit yang ia terima selama ini.

"Sekarang, katakan padaku bahwa kau akan berjanji untuk tidak berteriak, membantah bahkan membentakku mulai sekarang."Perintah Aksa yang bahkan sangat sulit untuk dibantah terpaksa harus ia terima mulai dari sekarang.

Shikha menggeleng samar, Aksa yang melihat itu kembali mencengkram rahang Shikha dengan kuat. Membuat wanita itu tidak mampu untuk menolak perintah Aksa.

"Good, My wife. Mengapa aku harus memperlakukanmu dengan cara kasar dulu, baru kau akan menjadi wanita yang penurut? Kau ini memang sukanya diperlakukan kasar, huh?"Ucap Aksa berseringai dalam. Shikha diam. Lidahnya keluh, sungguh diam adalah cara terbaik untuk situasi saat ini. Aksa bukanlah orang yang akan diam saja jika dilawan, pria berusia 21 tahun itu selalu mempunyai cara untuk melemahkan musuhnya.

Suara bel pintu, membuat Aksa kalang kabut. Itu suara Maminya.

"Areyd! Buka pintunya, Sayang. Mami ingin masuk."Teriak Aruna dari luar kamar.

Pria itu tiba-tiba saja membuka kaos oblong yang ia kenakan dan membuangnya kesembarang arah, Shikha sontak menatap kearah lain, meskipun rasanya tak berguna. Ia sudah melihat tubuh polos Aksa yang begitu proposional bak modal papan atas. Dadanya yang bidang serta perutnya yang six-pack menambah kesan sexy pada pria itu.

"Bukalah pakaianmu dan buanglah kesegala arah."Perintah Aksa tanpa menatap Shikha, posisi mereka saat ini adalah saling memunggungi. Mata Shikha membulat, ia sungguh tak mengerti apa yang akan direncanakan pria arrogant ini sekarang. Untung saja ruangan itu kedap suara, jadi teriakan sekeras apapun tak terdengar hingga keluar.

Suara bel dari luar semakin keras terdengar, semakin panik pula mereka.

"Bukalah cepat! Dan bersembunyilah di balik selimut, kau tak perlu khawatir. Aku tak punya nafsu atas tubuhmu yang buruk itu."perintahnya penuh penekanan. Tanpa pikir panjang, wanita muda itu menuruti perintah Aksa.

"Kau ini! Ingin membuat Mami semakin tua, karena terlalu lama menunggu putra nakalnya ini membukakan pintu, huh?"kesal Aruna setelah pintu kamar Aksa terbuka. Aksa yang dicecar kalimat kesal dari Maminya hanya dapat menghela nafas, seraya menampilkan wajah malasnya.

Aruna menyapu pandangannya keseluruh penjuru ruangan bernuansa hitam itu, hingga pandangannya terhenti tepat pada satu titik dimana sebuah dress berwarna gold tergeletak dilantai samping sofa kamar Aksa.

Pikir Aruna nakal, hingga sebuah senyum jahil terbit dari bibir mungilnya. Ia menggeleng, kemudian melanjutkan untuk melirik sekitar ruangan Aksa yang begitu luas, hingga sorot matanya terhenti kembali pada selimut yang bergelombang di atas ranjang king size milik putranya itu.

"Tega sekali kau menutup seluruh tubuh hingga wajah istrimu dengan selimut, apa kau pikir dirinya dapat bernafas dengan lega saat kau menutupinya seperti itu?"tanya Aruna sewot, ia menatap tajam putranya. Sebelum akhirnya ide liar yang keluar dari otaknya muncul.

"Oh yayaya, aku mengerti. Kau memang sengaja melakukan ini pada menantu cantikku, agar satu ketika Shikha kehabisan nafas, kau memberikan nafas buatan untuknya, bukan?"lirik Aruna yang dibalas pelototan oleh Aksa. Bagaimana bisa Aruna berpikir demikian, sungguh! Bahkan tak terlintas sedikitpun untuk memperlakukan Shikha dengan cara itu.

"Sebenarnya apa tujuan Mami datang ditengah malam begini?"Tanya Aksa berusaha mengalihkan pembicaraan sebelumnya, ia tahu jika tidak dialihkan. Maminya akan terus mengatakan ide-ide liar yang bersarang dipikiran wanita paruh baya itu.

"Mami ingin memberitahu sesuatu kepadamu dan terutama kepada istrimu tentang kepulangan Papi mu dengan ayah mertuamu lusa."Aksa tak bergeming, ia masih ingin mendengar lebih banyak informasi yang akan disampaikan Aruna.

"Kata Papimu kejiwaan Tuan Harsa telah pulih, ia telah diizinkan pulang oleh dokter."lanjut Aruna.

"Ini sungguh kabar baik bukan?"

'Iya tentu, bagi wanita gila itu. Tapi tidak denganku, Mi'Batin Aksa kesal. Sungguh, ini kabar buruk bagi Aksa. Ia sama sekali belum siap untuk ditinggal oleh wanita itu, jika sewaktu-waktu Shikha mengadu pada ayahnya tentang semua perlakuan kasarnya selama ini. Ia bukanlah orang yang takut kepada orang lain, ia hanya merasa belum puas untuk lebih menyakiti Shikha. Ntahlah, mungkin Aksa telah terbiasa menjadikan Shikha boneka pelampiasan ketika ia tersulut emosi.

Daripada ia membuang uang, hanya untuk menyewa orang agar menjadi samsak bagi dirinya, lalu apalah guna tubuh istrinya itu. Bahkan dengan sukarela, wanita itu bersedia menerima meskipun sebelumnya ia harus berdebat, telinganya harus panas terlebih dahulu karena mendengar semua celoteh dari bibir wanita itu. Namun pada akhirnya ia mendapatkan kepuasannya juga.

"Tolong beritahu Shikha tentang kabar ini, ya? Mami yakin ia begitu senang menyambut kepulangan ayahnya yang selama ini ia nantikan."pesan Aruna sebelum pamit pergi dari kamar Aksa.

Ini ancaman bagi Aksa, bagaimana pun caranya ia harus berpikir keras agar dapat menghentikan kepulangan Tuan Harsa. Ia belum ingin melepas Shikha begitu saja, sungguh! Tak ada boneka yang sepertinya lagi di dunia.

Pria itu mengunci pintu, kemudian melangkah mendekati ranjangnya. Ia menyingkap selimut yang menutupi tubuh Shikha yang hanya menyisahkan bra serta CD saja, respon Aksa menutup matanya meskipun ia terlanjur melihatnya. Aksa kembali menutup selimut itu, namun tidak sampai kewajah Shikha yang tertidur.

"Sungguh wanita bodoh ini benar-benar keterlaluan. Bagaimana bisa ia tertidur begitu pulas, setelah tadi aku menyiksanya dengan kejam."decak Aksa seraya meremat bad cover miliknya.

"Aku akan membuatmu tidak akan bisa tidur pulas lagi setelah ini."janji Aksa, seraya berseringai licik. 

Tangan kekar milik pria tampan itu terangkat. Ia mengerang geram kepada Shikha, rasanya ia ingin mencekik leher Shikha sekarang. Namun rasanya tidak mungkin jika ia melakukan hal demikian, semakin sering disiksa maka semakin dekat pula ia pada kematiannya, pikir Aksa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status