Share

Bab 4

Perhiasaan langit berbentuk bulir putih bening jatuh kebumi begitu derasnya. Seperti hari biasa dimana hujan turun, burung-burung berkicau tak menampakkan diri atau hanya sekedar bersiul di pagi menyambut datangnya hari.

Aksa yang tertidur di sofa terbangun, ketika mendengar suara langit bergemuruh disertai kilat yang menyambar pohon di sebrang jalan. Untung saja ketika kejadian itu terjadi, tak ada seorang pun yang keluar dari rumah.

Ia menggeliat guna meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku karena tertidur disofa semalaman, ini semua karena ulah bodohnya sendiri. Ia yang telah memerintahkan Shikha untuk melucuti pakaiannya agar ketika Maminya datang, pikirnya telah memergoki mereka sedang melakukan aktifitas layaknya pasangan suami istri pada umumnya, memang ide Aksa berhasil. Namun di sisi lain ia juga merasa sial, harusnya ia ingat jika ia memiliki istri yang sangat mudah tertidur dimanapun ia berada dan dalam situasi apapun yang sedang terjadi.

Aksa mengerjap untuk beberapa saat kemudian bangkit dari tidurnya dan duduk bersila, dilirik jam itu tepat pukul 6:00 am, ia menyapu kembali pandanganya dan berhenti pada satu titik dimana masih terbaring tubuh sosok wanita yang telah resmi menjadi istrinya, masih tertidur dengan tergulung selimut tebal.

"Lihatlah, apakah ini yang dinamakan istri penurut? Bahkan dirinya jauh dari kata istri ideal, bagaimana bisa suaminya lebih dulu bangun daripada istrinya. Harusnya jam segini ia telah menyiapkan segala keperluan untukku, ini justru berbanding terbalik, aku yang lebih dulu terbangun dan ia masih merajut mimpi terbaring berselimut tebal. Sungguh hidupnya sangat mapan sekarang."gerutu Aksa kesal seraya mengacak rambutnya frustasi.

Ia berjalan gontai mendekati ranjangnya, dengan nyawa yang masih mengambang, Aksa menyingkap selimut tebal yang menutupi seluruh tubuh istrinya. Alangkah terkejutnya Aksa ketika mendapati tubuh polos Shikha yang hanya menggunakan bra hitam dengan renda serta CD yang berwarna senada pula, dengan respon cepat ia menutup kembali tubuh semampai istrinya, meskipun ia terlanjur melihatnya.

Tak dapat dipungkiri, tubuh istrinya begitu indah bak model papan atas. Wajah tidurnya begitu menggemaskan, ingin rasanya Aksa menelan bulat-bulat tubuh Shikha. CEO arrogant itu menggeleng, menepis kasar pikiran yang tak wajar terus tergenang dalam otaknya. 

"Tidak, tidak mungkin aku jatuh hati pada wanita gila ini."gerutunya seraya merotasikan kedua bola matanya, untuk menghilangkan pikiran buruknya ia bergegas pergi kekamar mandi dan memulai ritual mandi paginya.

Shikha memicingkan matanya sebelah, ia melirik sekitar, berusaha mengamati situasi yang cocok untuk dirinya bisa pergi dari kamar Aksa segera. Tak tau saja jika Shikha telah bangun lebih dulu dari Aksa, ia memang sengaja menutup matanya seperti sedang tidur. Namun indra pendengarannya terus menangkap kata-kata yang keluar dari bibir jelek suaminya itu, yang terus-terus saja mengoceh. Ia kira pria beku seperti Aksa tak mungkin menggerutu, namun lagi dan lagi presepsinya patah, dipatahkan oleh kenyataan.

Dirasa kondisi aman, Shikha bergegas turun langsung saja ia memunguti pakaiannya yang tergeletak diseluruh penjuru ruangan ini dan memakainya kembali.

Knop pintu kamar mandi terbuka, wangi sabun menyeruak ketika tubuh jangkung yang sedang shirtless itu muncul dari dalam pintu untuk melangkah keluar. Shikha meneguk salivanya dengan kasar, matanya tak berkedip sama sekali. Tuhan! Shikha sedang melihat ciptaanmu yang begitu indahnya engkau ciptakan.

Merasa sedang ada yang tengah memperhatikannya, Aksa membalikan tubuhnya kebelakang dan menatap tajam Shikha yang tengah memperhatikannya dengan seksama. Bahkan Shikha belum sadar jika Aksa juga balik memperhatikan wajahnya yang kini telah memerah menahan malu.

"Kau lihat apa?"Tanya Aksa garang seraya menyetil kening Shikha dengan keras. Wanita itu mengadu kesakitan saat mendapat serangan tiba-tiba dari suaminya itu.

"Tidak, aku hanya ingin keluar dari kamarmu."jawab Shikha gugup, tanpa menunggu respon Aksa. Shikha telah berjalan satu langkah, dan langkahnya terhenti ketika tangan kekar Aksa mencekalnya.

"Aku ingin memberitahu tentang sesuatu padamu."ucap Aksa dingin, Shikha masih terdiam di tempat, menunggu kalimat selanjutnya.

"Lusa ayahmu akan pulang bersama Papi, Mami berpesan padaku agar menjaga hubungan kita tetap harmonis."katanya dengan nada yang tak enak di dengar, tentu saja. Aksa saja sangat membenci Shikha, bagaimana bisa pria itu memperlakukan Shikha secara lemah lembut. Bahkan rasanya Shikha sudah mati rasa jika diperlakukan lembut oleh seseorang, dirinya kini telah terbiasa mendapati tubuhnya dipenuhi luka yang disebabkan karena ulah suaminya itu.

Pria seperti Aksa pasti telah mempunyai rencana untuk menggagalkan kedatangan ayahnya. Cepat atau lambat, Shikha akan mengetahui rencana apa yang telah dibuat oleh suaminya. Bagaimana pun caranya, ia harus bertemu dengan ayahnya segara dan memberitahukan segalanya kepada Harsa. 

Tak bisa dipungkiri, dirinya begitu lelah dengan semua perlakuan kasar suaminya. Ia hanya ingin Harsa tau, bahwa dirinya tidaklah baik-baik saja selama menikah dengan Aksa, permintaan Harsa kali ini telah benar-benar salah. Harsa sendiri telah mengantar putri tunggalnya menikah dengan pria iblis seperti Aksa, niat hati ingin membuat Shikha bahagia bersama sang suami kelak, kini justru Shikha harus menelan pil pahit kerasnya hidup bersama pria temperamental seperti Aksa.

Namun nasi telah menjadi bubur, ia telah mengalami semuanya sekarang. Waktu tak mungkin berjalan mundur, pilihan Shikha antara terus bersama dengan Aksa dan menerima semua perlakuan kasarnya atau berjuang untuk lepas dari kungkungan Aksa. Ntahlah, yang jelas Shikha akan terus berusaha melakukan hal yang menurut pria itu benar saja tujuannya ketika lusa datang, ayahnya tak semakin sedih karena melihat putri tunggalnya dipenuhi luka disekujur tubuhnya.

"Siapkan pakaianku, aku hari ini akan meeting dengan klien penting. Aku harap kau mengerti apa yang seharusnya aku kenakan hari ini."perintah Aksa tak terbantahkan.

Shikha bergerak cepat, ia membuka lemari besar, meraih sebuah jas berwarna hitam dengan kemeja berwarna gold milik pria itu, dasi berwarna rose serta sabuk kulit yang tergantung. Tentu, jika berbicara mengenai harga, seluruh outfit yang Aksa punya selalu keluaran terbaru, dan tentunya dengan harga yang diatas rata-rata.

Aksa adalah seorang pria yang selalu ingin terlihat sempurna, dari segi penampilan maupun hal lainnya. Tapi jika berbicara soal sifat pria itu, sungguh sangat minus. Pria kasar itu begitu temperamental, arrogant serta dingin. 

Semuanya ia letakkan diatas ranjang king size milik Aksa, pria itu mulai meneliti pekerjaan istrinya. Seulas senyum tipis terbit dari bibir merahnya yang begitu menggoda, ketika Shikha mendangak untuk melihat wajah dingin Aksa. Senyum itu pun menghilang, berganti wajah datar seperti biasanya.

"Kau boleh pergi, siapkan sarapanku. Aku ingin mencoba masakanmu pagi ini, buat aku terkesan mungkin dengan cara itu aku sedikit lebih tidak kasar kepadamu. Mungkin."ucapnya kemudian, membuang arah membelakangi Shikha. Shikha mengerang kesal, masih pagi. Lagi dan lagi kesabarannya terus diuji. Jika rasa kemanusiaan dalam diri Shikha hilang, sungguh pria ini akan dibunuhnya. Tak ingin terus mendengar ocehan Aksa, Shikha bergegas melangkah dan mulai menyiapkan sarapan untuk CEO arrogant itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status