Share

Bab 9

Author: Xyra
last update Last Updated: 2022-03-05 10:55:11

Carlos, pria berusia 23 tahun itu merupakan anak yatim piatu yang tinggal satu panti asuhan dengan Shikha, istrinya. Kedekatan mereka bermula, ketika Carlos yang tengah duduk sendiri di bangku taman dalam kondisi menangis, Shikha yang waktu itu telah selesai membuat cake coklat bersama ibu panti pun ikut duduk di samping Carlos. Shikha memberikan cake itu pada Carlos, anak perempuan yang sangat cantik, mata bulat hazel, hidungnya yang begitu mancung, serta pipinya yang bulat seperti kue bakpao itu terasa begitu menggemaskan dimata Carlos. Ia mulai menaruh hati pada Shikha, hingga usia mereka telah beranjak remaja, rasa yang muncul dari lubuk hati Carlos semakin membuncah, getaran serta sengatan yang berbeda saat Carlos berada di samping Shikha, semakin menggebu-gebu.

Puncaknya, ketika usia Shikha genap 20 tahun. Carlos pikir itu usia yang tepat untuk melamar Shikha, waktu itu ia mengirim pesan pada Shikha untuk menemui dirinya di taman, taman yang dahulu menjadi tempat Shikha dan dirinya bertemu serta menaruh perasaan pada wanita yang usianya tiga tahun lebih muda darinya.

Ia sungguh tak sabar ingin bertemu gadis pujaannya, sorot matanya menunjukan kebahagiaan yang telah ia tata sedemikian rupa agar terus hidup bersama dengan kekasihnya kelak. 

Carlos menatap arloji gold dipergelangan tangan kirinya, jam sudah menunjukkan pukul 5.00 pm, namun kehadiran sosok gadis itu belum ada titik terang. Pesan yang sedari tadi ia kirim pun tak kunjung mendapat balasan dari gadis itu, apa yang terjadi pada dirinya? Shikha bukanlah orang yang ingkar pada janjinya sendiri. Jika ia mampu, maka ia akan berjanji, namun sebaliknya.

"Apa yang terjadi padanya, dia bukanlah gadis yang seperti itu, yang ingkar pada janjinya,"pikir Carlos penuh rasa percaya.

"Mungkin sebaiknya aku pulang saja, dan melihat kondisinya sekarang,"gumam Carlos.

Jarak antara taman dengan panti asuhan hanya beberapa KM saja, mungkin jika ditempuh dengan berjalan kaki, maka akan membutuhkan waktu sekitar 10 menit. Bangunan dengan ornamen klasik itu tampak kukuh, meskipun telah termakan usia, cat berwarna dark silver masih terlihat kilap, taman kecil didepan panti pun masih terawat. Namun, satu yang menarik perhatian Carlos, mobil-mobil mewah yang telah terparkir rapi dihalaman samping. Memang, bukan kali pertama mereka dikunjungi oleh para pengusaha kaya yang datang untuk memberikan donasi mereka kepada pihak panti. 

Saat tubuh jangkung itu menelisik kedalam, alangkah terkejutnya dirinya. Terlihat gadis pujaannya yang sedari tadi ia harapkan kehadirannya, kini terlihat cantik memakai gaun pengantin. Hati kecilnya begitu tersayat, batinnya merintih, harapannya hancur, serta mimpi yang telah ia bangun hidup bersama Shikha kini telah sirna.

Ketika tubuhnya ingin memasukki ruangan itu, tangannya lebih dulu dicekal oleh beberapa sosok berseragam hitam dengan tubuh kekarnya, mereka menyeret tubuh Carlos dan membawanya keluar.

"Lepaskan aku, sialan!"tegas Carlos.

Saat tubuhnya dilepaskan oleh pria kekar itu, datanglah sosok lain yang muncul dari belakang pria yang menahan tubuhnya tadi. Garis rahang yang tegas, bulu pada alisnya yang begitu gelap, serta sorot mata tajam menikam milik pemuda itu, semakin membuat kadar ketampanannya di atas rata-rata. Namun, pertanyaannya adalah, siapa pemuda tampan ini? Lantas ada maksud apa dirinya berada disini? Berulangkali pertanyaan akan sosok pria yang ia yakini usianya terpaut lebih muda darinya, terus menggenang dalam pikiran Carlos.

"Siapa kalian? Mengapa aku--"tanpa menunggu kalimat selanjutnya, pria tampan itu menyeret Carlos menuju salah satu mobil berwarna hitam, mobil yang kini membawanya ntah kemana, melaju menembus senja, melewati hutan lebat, dan berhenti di depan bangunan tua, namun sepertinya masih terawat dan sering dikunjungi oleh sipemilik.

Pria yang ia yakini boss para pria kekar berseragam hitam itu, turun lebih dulu. Dan setelahnya diikuti para anak buahnya yang turut serta membawa paksa Carlos.

"Tak perlu basa-basi, aku akan memberimu sejumlah uang. Tapi, dengan syarat kau tak boleh bertemu dengan Shikha selamanya."kata pemuda itu langsung keinti masalah.

Carlos mengerang, siapa ia yang berani memerintah dirinya untuk menjauh dari gadis pujaanya? "Aku tak membutuhkan uangmu, dia gadisku. Jika kau ingin mendapatkannya, maka kau harus melangkahi mayatku!"bentak Carlos dengan rasa emosi yang menggebu.

Pria muda yang tengah duduk dikursi itu tersenyum sinis, bahkan dirinya tak gentar karena ancaman pria bodoh ini. Pria itu memberi kode/tanda kepada para anak buahnya dan setelah itu, para anak buahnya keluar dan mengunci Carlos serta bos di dalam sana.

"Ku dengar...kau adalah pria bijaksana yang ahli memanah," pemuda tampan itu melemper sebuah busur panah serta anak panah ke arah Carlos, dengan respon yang baik, Carlos berhasil menangkapnya.

"Aku ingin tahu, seberapa cepat anak panah itu melesat menusuk jantungku,"kata pemuda itu, tanpa rasa takut sedikitpun, bahkan wajahnya begitu tenang.

"Namun, aku juga akan melempar belati ini tepat pada jantungmu. Tenang saja, aku tidak akan berlaku curang padamu, kita akan saling menyerang dengan waktu dan detik yang sama."Carlos masih memperhatikan pemuda itu dengan serius.

"Bagaimana? Kau menerima tantanganku?"tanya pemuda tampan itu.

"Tentu!"jawab Carlos dengan lantang, membuat pria itu tersenyum penuh kemenangan.

Beberapa detik kemudian, panah serta belati itu sama-sama melesat dengan cepat, menuju target yang semula ditentukan itu. Sepersekian detik suara benda besar yang jatuh kelantai, mengundang rasa khawatir para pria kekar yang sedari tadi masih setia berdiri di depan ruangan itu. Meraka langsung bergegas masuk dan melihat pristiwa apa yang terjadi.

"Mengapa kalian cemas seperti itu?"tanya Aksa, ya tentu saja pria itu adalah Aksa.

"Aku hanya sedang berlatih melempar belati, kalian tahu bukan? Jika aku telah cukup lama tidak bermain-main dengan benda kesayanganku ini?"Aksa berdiri mendekat tubuh Carlos yang telah terkapar dengan belati hitam yang tertancap pada dadanya. Aksa mencabutnya perlahan, hingga membuat Carlos merintih kesakitan. 

"Aku telah menawarkanmu itu, namun kau menolak dan mengancamku. Kau pikir aku takut denganmu, huh?"tanyanya Aksa berjongkok untuk mensejajarkan tubuhnya dengan Carlos. 

Setelah lelah Carlos menahan rasa sakit itu, kini pria jangkung itu memejamkan mata. Aksa memberi kode pada para anak buahnya untuk membawa Carlos ke rumah sakit milik keluarganya yang jaraknya tidak jauh dari villa ini.

Sejak beberapa bulan silam, kejadian itu masih membekas dalam memori otak Carlos, bahkan kebenciannya semakin menjadi, ketika mendengar dari mata-matanya bahwa wanita pujaannya yang telah diper istri oleh Aksa mendapat perlakuan buruk dari CEO arrogant itu.

Kini, ia datang kembali dengan segala rencana untuk merebut kembali wanitanya itu.

[SKIP SITUATION]

"Kau sudah seperti orang yang kehilangan kewarasan, tertawa serta tersenyum aneh kepada ponsel yang telah kau tatap sejak 2 jam belakangan ini."kata Aksa berdecak kesal, bagaimana bisa ponsel mengalahkannya seperti ini, bahkan benda persegipanjang berbentuk pipih itu berhasil membuat kewarasan istrinya itu terganggu.

"Apa kau cemburu dengan benda mati ini, Tuan Aksa?"tanya Shikha dengan nada jahil. Aksa menggeleng geli, seorang pria tampan sepertinya tak mungkin kalah saing dengan benda mati jelek itu.

"Bagaimana bisa kau berpikir demikian?"tanya Aksa. Shikha meletakkan ponsel canggih itu ke atas meja berlapis cat akrilik berwarna gold, kemudian beralih menatap Aksa begitu intens.

"Karena, aku dapat membaca pikiran seseorang,"pernyataan Shikha berhasil mengundang tawa Aksa pecah, ia begitu keras tertawa sampai matanya kini telah tergenang air.

"Selain bodoh, istriku ini juga pengkhayal yang handal,"kata Aksa kembali tertawa.

Shikha terdiam memberenggut, bibir mungilnya maju beberapa senti, pipinya semakin menggembung layaknya balon. Ini membuat wanita berusia 20 tahun itu begitu menggemaskan, Aksa mendekat kearah Shikha kemudian memegang rahang Shikha. Wajahnya semakin mendekat, jantung Shikha seakan ingin copot ketika ditatap Aksa begitu dekat, mungkin ini bukan kali pertama Shikha merasa getaran ini, namun kali ini rasanya semakin menjadi.

Mata Shikha membulat sempurna, ia merasakan benda menyal menyentuh bibirnya. Aksa melumat habis bibir Shikha dengan mata terpejam. Perutnya kini terasa seperti ada kupu-kupu yang berterbangan, aliran darahnya berdesir. First kiss nya yang telah susah payah ia jaga untuk lelaki yang mencintainya kelak, kini telah direnggut oleh pria arrogant yang telah menyakitinya ini tanpa rasa bersalah. Aksa seakan tersihir oleh rasa manis bibir Shikha, ia begitu terlena akan pesona mata Shikha yang terpejam menikmati lumatan yang diberikan Aksa pada bibirnya.

Setelah hampir 15 menit melumat bibir Shikha, kini Shikha mendorong dada bidang Aksa, membuat pangutan bibir mereka terlepas. Dada mereka naik turun, mengambil pasokan oksigen yang terkuras karena bercumbu tadi. Wajah teduh Shikha memerah, Aksa yakin wanitanya ini begitu malu akan kejadian barusan, jangan salahkan Aksa jika lepas kendali. Aksa hanyalah pria biasa yang mempunyai birahi pada wanita, terlebih pada istrinya yang begitu sexy kali ini.

"K-kau sudah tidak waras, Tuan Aksa."kata Shikha dengan terbata-bata, wanita itu kemudian berlari menuju kamarnya.

Aksa memegang bibirnya, senyum smirk tercetak begitu jelas. "Kau telah berhasil membuatku candu, akan manisnya bibirmu."gumam Aksa.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Circle Ular

    Sejak kepulangan Tuan Leo, Shikha masih terdiam dan bungkam setelah mengetahui banyak rahasia yang tersimpan begitu rapi tentang suaminya. Dari kecil hingga beranjak dewasa, semua telah di ceritakan secara detail oleh Leo yang tak lain adalah sahabat kecil Aksa. "Shikha, papi ingin menanyakan sesuatu kepadamu?" Suara Ganendra berhasil membuyarkan lamunan Shikha yang tengah duduk di kursi kebesaran milik suaminya. Wanita itu membenarkan posisi duduknya, kemudian tersenyum menyambut kedatangan Ganendra di ruangan itu. "Tentu saja papi, Shikha akan menjawabnya." Ucap Shikha. Pria paruh baya itu menarik kursi yang berada di hadapan Shikha, jadi kini mertua dengan menantu duduk dengan posisi berhadapan. "Papi mengecek CCTV beberapa jam yang lalu, melihat bahwa gadis itu datang disaat tuan Achilleo datang. Apa yang gadis itu katakan kepadamu?" Tanya Ganendra, wajah pria itu begitu khas dengan rahang yang bersih dari rambut-rambut halus, mata tajam, hingga bentuk wajah yang nyaris sempu

  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Tuan Achilleo

    "Bagaimana jika kesepakatan ini kita bicarakan sembari makan siang?" Tawar pria itu pada Shikha, Shikha mengangguk Samar. Ia tak yakin akan sefokus itu jika membicarakan hal penting di luar ruangannya terlebih di luar kantor, ia rasa itu bukanlah hal yang tepat. Melihat raut wajah Shikha yang menampilkan raut wajah bimbang, Leo yang peka akan hal itu kemudian menawarkan untuk rapat dengan memesan ruangan VVIP yang berada di restaurant yang akan mereka tuju. Akhirnya setelah beberapa saat merundingkan hal tersebut, Shikha menyetujuinya. Leo menyetir mobil untuk Shikha, alasannya agar Shikha merasa nyaman jika tidak banyak yang ikut dengan mereka. "Terimakasih," ucap Shikha saat Leo menjamunya dengan segelas orange juice yang telah disiapkan waiters itu. "Mengapa tuan sangat tertarik dengan project ini? Masih banyak project-project perusahaan lain, yang masih jauh lebih menguntungkan daripada project ini yang bersifat sosial." Tanya Shikha seraya membuka laptop bergambar apel itu, n

  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Nenek sihir

    "Aish, lihatlah bagaimana gadis itu berhasil membuatku telat untuk menghadiri pertemuan klien dari Italy pagi ini." Shikha berjalan tergesa-gesa seraya merutuki tindakan gadis itu tadi pagi, sebenarnya dirinya juga salah. Harusnya dirinya tak meladeni omong kosong gadis payah itu pagi-pagi, namun karena sikap bar-bar gadis itu yang menggedor brutal pintu kamarnya dirinya mau tak mau menghadapi segala resiko yang akan terjadi. "Nona, Tuan Achilleo telah tiba setengah jam yang lalu, beliau terus bertanya kapan Nona tiba di kantor untuk menemuinya. Tadinya Saya ingin menghubungi Nona, namun Nona telah tiba di kantor, apakah telah terjadi sesuatu kepada, Nona?" Seorang wanita langsung mencecar dirinya dengan seribu pertanyaan saat dirinya baru saja tiba di dalam ruang kerjanya. Shikha menggeleng, "Tidak, Saya baik-baik saja." "Oh, ya, terimakasih telah memberitahuku. Tolong persiapkan ruang meeting dan segera menghubungi Tuan Ganendra, Saya akan mengurus persiapan lainnya." perintah Sh

  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Mengikuti permainannya

    Setelah berpikir panjang, Shikha merasa bahwa idenya itu begitu kejam. Namun setelah ia mengingat-ingat kembali bagaimana wanita itu menghancurkan rumah tangga mertuanya, ia kini semakin yakin bahwa idenya itu pantas diterapkan oleh kedua wanita jalang itu. Shikha baru saja keluar dari kamar mandi sebelum bersiap-siap tidur, namun ia dikagetkan dengan suara benda yang baru saja mengenai kaca jendela kamarnya, namun tak sampai membuat kaca jendela itu pecah. Dengan rasa penasaran, wanita itu membuka jendelanya dan menemukan batu yang berukuran kepalan tangannya. Ada hal yang mengganjal dari batu itu, batu itu terbungkus oleh secarik kertas, mungkin ini berisi pesan sesuatu. Ia menunduk untuk meraih batu yang terselimuti kertas, kemudian membukanya perlahan. Shikha meremat kertas itu, kemudian membuangnya ke tempat sampah. Setelahnya ia kembali masuk ke kamar untuk bersiap-siap tidur, siapa yang mengirim surat ancaman itu. Itu begitu tidak efesien, harusnya jika ingin mengancamnya set

  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Untuk sementara waktu

    "Papi akan menjelaskan tentang segalanya kepadamu." Kata Ganendra setelah ia mengambil posisi duduk di hadapan Shikha. Menantu perempuannya itu masih terlihat begitu kesal dengan menampilkan raut wajah ditekuk layaknya kertas origami, bagaimana tak kesal? Dirinya dihina dan dituduh sebagai wanita perebut suami orang?! Ah, yang benar saja, batin Shikha kesal. "Tolong jelaskan, Pi." pinta Shikha sedikit tak sabar karena pria tua itu hanya diam setelah beberapa saat lalu mengatakan akan memberitahu tentang segalanya kepada dirinya. Ganendra menghela nafas gusar, ia dilanda rasa cemas yang kian membelenggu sekarang. Rahasia yang selama ini disembunyikan keluarganya dan juga Aksa kini harus ia katakan kepada istri dari putra tunggalnya itu, mau tak mau ia harus segera mengatakan ini kepada Shikha. "Dia adalah adik Aksa_Suamimu, Nak." Damn! Bak tersambar petir, Shikha tertegun dengan mata yang membola dengan sempurna atas pernyataan tentang kenyataan siapa wanita itu sebenarnya, dilai

  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Hal Baru

    Ganendra kini tengah menjadi pusat perhatian karena mengamit jemari mungil milik seorang wanita. Langkahnya mantap, hingga membuat banyak pasang mata kagum akan kharisma pria berumur itu.Tak ada senyum yang tercetak dari bibir ranum pria itu, melainkan terganti dengan kerutan di dahi yang disebabkan oleh faktor usia atau mungkin memang pria itu kini tengah memiliki sebuah masalah.Mereka kini telah masuk ke ruangan private milik Ganendra."Saya akan mengadakan pertemuan dengan rekan bisnis Saya sebentar lagi, dan untuk itu Saya minta anda jangan keluar dari ruangan ini sebelum Saya datang." Peringat Ganendra seraya melonggarkan dasinya.Wanita itu mengangguk. "Bagaimana jika aku kehausan?" tanyanya sedikit ragu.Ganendra membuang pandangan ke arah lain, kemudian ia berdecih pelan namun mungkin masih terdengar oleh wanita itu. "Saya akan mengirim seseorang untuk menemani anda di sini, katakan saja apa yang anda inginkan. Dia akan menuruti perintah anda." jawab Ganendra, garis rahang p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status