Edgar tidak percaya ia harus mandi air dingin pada malam pertama statusnya berubah tak lagi lajang. Meredam gejolak dalam diri mengalah pada anak-anaknya.
Laki-laki berkulit putih itu membuka pintu kamar mandi dikamarnya, melangkahkan kaki keluar, di ranjang sudah ada dua sosok kesayangan yang sudah terlelap dalam tentram.
Tersenyum kecil Edgar pun segera menuju lemari pakaiannya, mengambil dalaman dan juga satu celana pendek yang nyaman untuk tidur, memakainya dengan cepat sebelum mematikan lampu utama, membiarkan lampu tidur menyala, menarik selimut agar menutup tubuh Maria dan Ares sebelum ikut bergabung merebahkan diri ke atas ranjang.
Edgar memejamkan mata sejenak sebelum menghembuskan napas panjang, setelah hari yang cukup panjang ini akhirnya ia bisa beristirahat.
Menoleh kesamping, Edgar kembali dibuat tersenyum, pemandangan ini benar-benar yang ia impikan sejak lama. Pria yang bertelanjang dada itu memiringkan badan, melihat wajah putranya yang t
Malangnya perempuan pada kehamilan awal selalu begini, wanita yang baru bangun dari tidurnya itu langsung menuju kamar mandi karena lagi-lagi merasa mual. Memuntahkan mineral dari lambung yang kosong.Maria menghembuskan napas, membasuh wajah serta mulutnya. Wanita bersurai pirang itu memandang sekilas wajahnya dicermin, sebelum beralih meraih sikat gigi dan mencuci muka memakai sabun cuci wajah.Setelah selesai, Maria keluar. Dan begitu keluar, dua manusia beda ukuran di ranjang membuatnya menghembuskan napas lagi.Edgar dan Ares masih tertidur lelap, satu kaki anak empat tahun itu bahkan menindihi pinggang sang ayah. Sedangkan Edgar tidur tengkurap tanpa terganggu sama sekali.Ibu Ares menggeleng sekilas, tak menyangka putranya bisa tidur senyenyak ini padahal mereka ada di tempat baru.Maria melangkahkan kaki telanjangnya menuju jendela, membuka tirai membiarkan cahaya pagi masuk ke kamar tidur ini.Setelah itu tanpa berniat mengganggu ke
Edgar memarkir motornya di parkiran motor. Melepas helm full face yang sudah melindunginya selama perjalanan. Menyugar rambut sekilas sebelum turun dari badan motornya.Senyum manis tak luntur dari wajah pengantin baru itu. Langkah kaki berbalut sepatu formalnya menimbulkan ritme yang bagus didengar, setidaknya di telinga Edgar yang sedang dalam mood bagus.Pria dewasa berwajah rupawan itu kemudian menurunkan resleting jaket kulit yang ia pakai, melepasnya sembari mengangguk ramah pada karyawan-karyawan yang dilewati. Membalas sapaan.Meski dengan jelas mereka menggoda laki-laki yang diketahui baru melepas status lajang itu.Beberapa mengatakan selamat, ada yang menggoda terang-terangan sembari menunjuk Edgar.Edgar sendiri hanya tersenyum meladeni itu. Ia tidak pernah menciptakan batasan berlebih antar atasan dan bawahan. Edgar lebih-lebih memilih untuk membuat rekan kerja menjadi nyaman tanpa sebuah beban karena loyalitas berdasarkan keterpaksaan
Dunia sedang berkabung. Satu badan kecil berbalut kain putih itu sudah dimandikan selayaknya, dibuatkan kubur seikhlasnya, dan tangis raungan seseorang tak juga usai terlerai. Menandakan seberapa besar rasa kehilangan timbul disudut hatinya. Menangis terisak hingga netra jernihnya memerah. Wanita bersurai pirang berbalut crop tee dan juga jeans panjang itu menghembuskan napas jengah. Ini sudah lebih dari setengah jam sejak mayat kaku itu dimakamkan, namun Ares tak usai melerai isakan. Maria melirik gundukan tanah kecil yang diusap-usap lembut oleh jemari kecil anaknya. Ia sedang berada di samping rumah, membuat kuburan kecil karena kematian yang mendadak. Benar. Dash. Si itik warna-warni. Mati. Maria tau, betapa teman bermain atau mungkin lebih tepatnya peliharaan imut yang selalu Ares kudang-kudang itu harusnya dibawa pergi bersama mereka. Ares patut menangis, Maria hanya tak yakin apa durasi menangisnya harus sepanjang ini.
"Masak apa?"Bersama dengan pertanyaan singkat itu Maria merasakan sepasang tangan perlahan melingkari pinggangnya dari belakang.Wanita besurai pirang yang rambutnya dicepol tinggi itu memejam mata sejenak, menetralkan keterkejutan, kepalanya perlahan miring ketika Edgar menumpu dagu atas pundaknya. Maria memukul pelan tangan Edgar yang ada di depan perutnya.“Nggak usah kayak kuyang bisa? Tiba-tiba dateng nemplok nggak pake permisi,” omel Maria sembari mencoba melepas pelukan Edgar dari tubuhnya.Bukannya melepas Edgar malah terkekeh dan mengencangkan pelukan yang ia buat, tak membiarkan Maria lepas, mengusap permukaan perut wanita cantik ini dan mengecup lembut ceruk lehernya.“Masak apa, mom?” ulang Edgar kemudian, suara laki-laki itu amat lembut membuat Maria meremang sekilas.Maria tak mencoba berontak, sudah menyerah, wanita yang menggunakan dress sederhana itu pun menghela napas pelan, membiarkan Edgar m
Usia memang tidak bisa bohong.Setelah perjalanan panjang menggunakan pesawat setelah sekian lama itu Maria tak bisa menyembunyikan betapa pegal tubuhnya karena harus terkung-kung ditempat yang sempit. Terakhir kali Maria pergi jauh itu satu tahun lalu saat menghadiri pernikahan Kamal di Jepang, ia membawa Ares juga kala itu.Namun sepertiya hanya Maria yang merasa jetlag dan pening tak karuan.Terbukti dengan keadaan anaknya yang tetap cool meski habis terbang jauh, masih mampu bercanda dengan sang ayah yang memang sudah biasa pergi menggunakan pesawat, hanya mengeluh bosan karena durasi perjalanan yang panjang, selebihnya Ares terlelap tanpa beban bersama Edgar yang memang sama-sama suka tidur.Maria menjadi satu-satunya yang menderita.Sudah pening, pegal, mual pula.Dan karena itu lah begitu mendarat dan menaiki mobil jemputan Maria tidak menunda untuk menutup mata, tidur, saat membuka mata, ia sudah berada di hamparan kasur empuk berpem
Dari pagi menjelang siang pada hari pertama mereka di Hawai itu Maria mengajak Ares pergi jalan-jalan berdua, mengitari jalanan dan juga toko-toko souvenir disekitar, meninggalkan Edgar sendirian dirumah karena lelaki itu bilang harus bertemu Laras untuk mendengar laporan pekerjaan.Maria tidak masalah, berjalan-jalan dengan Ares lebih dari sekedar menyenangkan, Maria bahkan sampai menenteng lima kantong belanjaan dari toko yang berbeda saking kalapnya.Big iland punya banyak hal indah, dan Ares sangat menikmati panas dan juga indahnya tempat ini, ditambah dengan satu ice cream ditangan sudah lengkap kebahagiaan.Acara shoping Maria selesai ketika Edgar menelfonya, bertanya Maria ada dimana dan tak butuh waktu lama lelaki itu sampai untuk menjemputnya, membawa istri dan anaknya untuk makan siang bersama.Maria tau sekali, kepergian yang Edgar sebut dengan liburan ini praktis sebagai kunjungan dinas lelaki itu. Terbukti, Egdar menjemput Maria dengan kemeja
Satu ruangan tampak remang-remang, damar utama tak dinyalakan dan hanya ada satu lampu tidur yang berpendar.Edgar memasuki rumah dengan langkah berat, lelah, laki-laki yang menggunakan kemeja putih itu melirik pada jam di dinding, sudah pukul setengah dua belas namun ia baru sampai dirumah dan melepas sepatu. Janjinya akan bermain pasir dengan Ares sore hari ini diingkari, Edgar akan bersiap didiami oleh anaknya itu besok.Pria tampan yang baru selesai menegak air putih itu pun segera melangkahkan kaki menuju kamar tidur, membuka pintu dan melihat dua orang yang kesayangannya berbaring berdampingan diatas ranjang, sudah bersua mimpi, meninggalkannya yang terlambat pulang.Edgar tersenyum kecil, masuk kedalam kamar dan menutup pintu, setelah itu Edgar mendekati ranjang, menarik selimut agar menutupi sebagian tubuh Ares yang sudah terlelap dengan mulut terbuka, membuktikan seberapa lelapnya tidur anak empat tahun itu.Lalu dua manik mata Edgar beralih mena
Satu bulan telah berlalu.Pernikahan yang dijalani Maria dan Edgar berjalan dengan biasa, cekcok kecil dan juga selak garang khas Maria dalam menghadapi suami jahilnya.Liburan satu pekan mereka di Hawai tak seindah itu hingga harus dielu-elukan seperti liburan keluarga kecil kebanyakan para manusia diluar sana. Maria hanya bermain dengan Ares seperti biasa, pantai, jalan-jalan, dan Edgar sibuk dengan pekerjaannya. Setelah pekerjaan lelaki itu selesai Maria tak menunda untuk memaksa minta pulang.Dan Edgar juga cukup tau diri akan kemarahan istrinya, jadi lelaki tiga puluh tahun itu hanya mengangguk mengiyakan permintaan Maria. Pulang setelah satu minggu menetap disana.Maria dan Edgar juga sudah pisah rumah dengan Ardila seperti yang Edgar rencanakan dari awal. Hidup terpisah dari Ibu dan Mama, meninggali sebuah rumah bergaya modern di kawasan elit, rumah yang cukup besar dengan dua lantai, ada taman kecil dibelakang rumah dan bunga-bunga untuk Maria raw