Fahira tak kuasa membendung air matanya. Setelah semua yang ia lalui, akhirnya hari ini adalah hari yang bersejarah. Beberapa tahun lalu, ia hanyalah Fahira wanita yang hanya tamatan SMA. Tapi, hari ini dia berada di sini. Dan hari ini adalah hari wisudanya. Bahkan mertuanya pun datang dari Yogya di hari bahagia ini. Dengan bangganya ia memakai Toga.
Semua tampak bahagia hari itu. Setelah upacara wisuda selesai dan foto bersama, mereka pun memutuskan untuk makan bersama. The Tempat Makan hari itu tidak terlalu ramai. Jadi, Surya bisa duduk menemani mereka, sambil menggendong si kecil Arjuna.
"Sudah pantas sepertinya kamu menjadi seorang ayah, Sur," komentar Arya yang disambut gelak tawa Surya.
"Loh, Arjuna dan Kamania kan anakku juga, Yah." Jawabnya.
"Maksud ayah, kapan kau akan mulai memikirkan diri sendiri. Usahamu sudah maju. Kehidupanmu sudah mapan, masa tidak ada wanita yang menarik hatimu?"
Surya hanya te
Pagi itu suasana rumah Gilang sudah tampak sibuk. Meja makan sudah dirapikan. Makanan sudah siap di atas meja. Ada opor ayam, ketupat, rendang , sambal goreng hati ,pepes ikan mas. Ikan gurami goreng dan makanan lain. Tania sendiri tampak begitu cantik dengan gamis dan hijabnya. Sejak 5 tahun yang lalu, Tania memang memutuskan untuk berhijab. Dan, keputusannya tentu didukung penuh oleh Gilang."Jam berapa Hesti dan Fahira akan datang bersama anak- anak?" tanya Gilang."Teh Fahira, tadi sudah di tol. Mbak Hesti sama Mas Rivaldo juga sudah di jalan. Tadi, ada chat katanya sudah sampai Rancaekek. Paling sekitar satu jam lagi sampai sini," jawab Tania."Aku sudah kangen pada Kamania dan si kembar." Kata Gilang. Tania hanya tersenyum melihat tingkah suaminya itu. Setiap bulan, mereka memang selalu berkumpul,kadang di rumah Gilang, kadang di Jakarta, kadang di Tasik. Tujuannya satu, silaturahmi. Mereka sepakat, untuk selalu
Kamania sedang berada di kantin, siang itu seharusnya ia bertemu dosen pembimbing. Kamania sudah mulai menyusun skripsinya. Tapi, karena sang dosen berhalangan, terpaksa jadwal pertemuan mereka diundur. Dan, siang itu ia malas sekali untuk pulang ke rumah. Yoga pasti sedang berada di rumah sakit. Sementara Fahira pasti ada di butiknya. Dan Arjuna, adiknya itu selalu asik dengan game dan buku. Arjuna itu pecinta buku. Hampir setiap bulan, ia akan mengajak orang tua mereka ke toko buku. Kamania juga suka membaca, tapi tidak se'gila' Arjuna. Terkadang, Kamania ingin sekali memiliki saudara perempuan. Yang bisa diajak ke mall, hangout. Adik- adik perempuannya berada jauh. Itulah sebabnya ia paling senang jika keluarga besarnya sudah berkumpul seperti minggu lalu. Ia senang ngobrol- ngobrol dengan Kinanti dan Davina. Sekalipun Davina tidak memiliki hubungan darah dengannya, namun Kamania sudah menganggapny
Yoga dan Fahira baru saja pulang, saat Kamania sampai dengan diantar Ivan. Dan keduanya tampak gembira. Fahira dan Yoga pun saling melemparkan pandangan."Assalamualaikum, Tante, Om. Baru pulang ya?" sapa Ivan dengan ramah lalu menghampiri Yoga dan Fahira dan mencium punggung tangan mereka. Kamania tertegun, pantas saja kedua orang tuanya begitu menerima Ivan. Ivan pandai mengambil hati orang tua dan juga sopan."Iya,kami baru saja pulang. Kalian bisa sama- sama? Hmmm,tumben." Kata Fahira bingung."Iya Tante, tadi saya culik sebentar. Saya ajak nonton, tapi sumpah saya nggak pegang- pegang loh,"jawab Ivan dengan ekspresi yang lucu. Membuat Yoga tertawa lepas."Kamu ini, ayo kita masuk. Tante sudah belanja bahan makanan. Malam ini kita mau pesta barbeque dan shabu- shabu. Ayo, kamu ikut makan. Sambil tunggu, kamu bisa main catur sama om. Tempo hari om masih penasaran kamu kalahin," kata Yoga sambil meran
Malam itu, akhirnya mereka makan malam bersama. Suasana sedikit berbeda karena ada Ivan. Ivan memang pandai menghidupkan suasana. Arjuna juga sangat menyukainya. Kamania yang duduk di samping Fahira sesekali tertawa kecil mendengar celotehan Ivan. Begitu pula dengan Arjuna. Dia begitu antusias mendengar cerita- cerita Ivan. "Besok- besok kalau mas Ivan ajak kak Nia nonton, aku mau juga dong. Masa aku nggak di ajakin,padahal aku tu dari kemarin kepengen banget nonton film Spiderman," protes Arjuna."Yang jelas, filmnya bagus. Spider Man nya ada tiga,trus dokter Strange -"“Stop!Jangan spoiler dong kak, curang ah," Arjuna kembali protes. Fahira dan Yoga hanya tertawa melihat kelakuan anak- anak mereka."Ya udah, gimana kalau besok mas Ivan ajak nonton, mau?""Serius mas? Boleh nggak Ma, Yah?""Ayah sih boleh-boleh aja kok kalau kamu pergi sama mas Ivan. Ajak kakakmu sekalian," kata Yoga.
Di hari Sabtu biasanya Fahira tidak ke butik. Dan Yoga pun sedapat mungkin pulang cepat. Setiap sabtu dan Minggu adalah waktu untuk keluarga. Namun, siang itu Kamania harus ke kampus karena ada jadwal kuliah yang sangat penting. Dan, kebetulan dosennya adalah bu Talita. Kamania harus mengatur ulang jadwal pertemuan untuk skripsinya nanti."Sampai jam berapa kuliahmu? Inget loh, ada janji sama Ivan dan Arjuna.""Paling jam lima sore Nia udah di rumah Ma. Ayah pulang jam berapa hari ini? Mama mau masak apa?""Hari ini ayahmu ada jadwal operasi. Tapi, setelah itu langsung pulang. Mama mau masak sop buntut kesukaan ayahmu sama pepes gurame buat Arjuna. Kamu mau apa?""Pepes ikan aja. Ya udah, Nia kuliah dulu.""Bawalah mobil sana, Nia. Ayahmu beli kamu mobil itu untuk kamu pakai. Biar nggak repot pake taksi online.""Males Ma, cape. Mending naik taksi online, Nia bisa sambil baca buku. Kalau bawa mobil sendiri sampe kamp
Ivan pulang dengan hati yang berbunga-bunga. Ia senang akhirnya ia bisa memiliki Kamania. Ya,meski gaya pacaran mereka unik. Setidaknya, dia pacar aku sekarang,pikir Ivan."Hmm, kencan terus ya, gimana udah bisa emang bikin dia luluh?"sapa Arini sang ibu. Ivan tersenyum lebar dan menghampiri ibunya."Mama belum tidur? Papa mana?""Kamu pikir ini jam berapa? Papa mu ya sudah terlelap di alam mimpilah. Mama sengaja tunggu kamu pulang. Mama pengen denger cerita kamu." Ivan langsung duduk di samping Arini. "Akhirnya, gadis bermata biru itu, mau jadi pacar aku Ma. Malah aku udah bilang, kalau aku mau lamar dia di depan orang tuanya." Arini memukul kepala Ivan pelan, ia gemas sekali dengan kelakuan putranya yang ngeyel itu."Kamu ngelamar dia? Depan orang tuanya? Ngelamar tu yang sopan. Masa nggak bawa orang tua. Bikin malu,nggak tau sopan santun," omel Arini."Hahahah ... Mama ini, ya ngg
Pagi itu, dengan wajah ceria Ivan turun untuk bergabung dengan kedua orang tuanya di meja makan. Arini sedang mengoles roti dengan selai coklat. Sementara Barata sedang asik menikmati kopinya."Pagi, semua. Wah, Mama udah cantik aja ni, wangi lagi.""Alaah, pagi- pagi udah gombalin mamanya, liat tu anak mu, Pa. Kelakuannya makin jadi aja. Sekarang, bukan cuma mamanya yang digombalin. Anak orang digombalin juga," sungut Arini."Ah, paling anak orangnya aja yang kegeeran, Ma," ujar Andrea ketus. Ivan menoleh dengan cepat, begitu juga Arini langsung menghentikan pekerjaannya mengoles roti."Kamu ini ngomong apa sih. Mama tau sekali siapa Kamania. Dia bukan gadis yang nakal atau gampang baper. Kalau dia mau, sudah dari dulu dia terima kakak kamu." Arini berkata tajam."Eh, jadi kalian udah jadian? Pake jurus apa kamu, Van? Luluh juga akhirnya. Ayo, ajak makan malam di sini. Jangan kamu aja yang n
Andrea sama sekali tidak menyangka, jika Ivan tau bahwa ia dekat dengan Kanaya.Ya, dia merasa kagum pada Kanaya dan teman- temannya. Kanaya itu satu angkatan dengan Kamania. Hanya berbeda jurusan saja. Andrea tau, Kanaya dulu sempat menyukai Ivan juga. Tapi, belakangan karena ia lelah dengan sikap cuek Ivan. Kanaya mengalihkan cinta dan perhatiannya pada Damian. Damian salah satu dari mahasiswa tajir yang tampan dan digilai banyak wanita. Sementara Kanaya selalu terobsesi menjadi ratu kampus. Dan, dengan segala macam cara akhirnya ia pun berhasil menjadi kekasih Damian. Dan, mereka pun dijuluki pasangan paling hot di kampus. Dan, Andrea merasa jika ia ingin terkenal dia harua bergaul dengan orang-orang yang terkenal juga di kampus. Dengan modal wajah yang cantik, dan adik dari seorang calon dokter ganteng pujaan banyak wanita, Andrea pun berhasil masuk ke dalam gank famous kampus itu.&nb