Home / Romansa / ANOTHER TOXIC STORY / Malam yang Berantakan

Share

ANOTHER TOXIC STORY
ANOTHER TOXIC STORY
Author: Wonder Icy

Malam yang Berantakan

Author: Wonder Icy
last update Last Updated: 2025-03-25 13:31:07

Isak tangis Eca tak tertahan saat ia sedang berada di taksi online. Ia masih ingat dengan jelas saat jantungnya berdebar kencang ketika ia melihat dengan mata kepalanya sendiri kekasihnya sedang berselingkuh dengan pelayan Cafe miliknya, di ruang kerja.

Saat itu, Eca bergegas menuju Cafe yang merupakan hasil dari kerja sama ia dan kekasihnya, Felix, untuk mengambil dompet yang tertinggal di ruang kerja sang kekasih saat istirahat siang dari kantor tempatnya kerja. 

Eca sudah menelepon Felix, namun tidak ada jawaban. Dia hanya berfikir mungkin kekasihnya itu sedang sibuk atau istirahat karena Cafe cukup ramai hari itu.

Beberapa karyawan menyapa Eca ramah, semuanya berada di meja kasir.

"Mba Eca ada keperluan apa?" tanya kasir, yang bernama Nita.

Eca terhenti sejenak, merasa aneh karena tidak biasanya dia ditanyai seperti itu di Cafe miliknya sendiri. 

"Pak Felix ada di dalam, 'kan?" ujar Eca diiringi senyumnya.

"Sepertinya Pak Felix sedang istirahat, Mba. Ruangannya dikunci," imbuh Nita.

Eca hanya senyum, sama sekali tidak menghiraukan kalimat Nita karena dia membutuhkan dompetnya segera.

Namun diluar dugaan Eca, rupanya kekasihnya sedang beristirahat dengan melakukan hal yang membuat Eca kehilangan akal sehat. Eca mendapati Felix sedang bermain-main dengan Rena, di atas meja di ruang kerjanya.

Samar Eca mendengar namanya disebut sebagai 'partner bisnis' terbaik.

Eca berteriak nyaring hingga terdengar hingga bagian depan, membuat sebagian pengunjung terkejut.

Kekacauan yang tak tertahan membuat Eca menampar kekasihnya dan mencengkeram leher karyawannya hingga wanita itu mendelik hampir kehabisan napasnya.

Tidak ada yang berani melerai, karyawan lain hanya memastikan kalau kegaduhan itu tidak mengganggu kenyamanan pelanggan dengan menyalakan lagu yang sedang hits.

Bukan memberikan penjelasan yang menenangkan, Felix justru memarahi Eca karena dianggap melanggar privasinya. Felix juga marah karena Eca hampir membunuh wanita yang sedang bersamanya.

Kalimat kotor terlontar dari mulut Eca berkali-kali. Hingga dia pergi setelah kembali menampar Felix dengan sisa kekuatannya.

Seluruh tubuh Eca gemetar, napasnya naik turun, mendadak dia merasa sakit dan memutuskan untuk tidak kembali ke kantor.

***

Taksi online berhenti tepat di depan kelab kecil di sudut kota. Sebelum memutuskan untuk turun dan masuk, Eca menarik napas panjang lalu menyeka sisa air mata yang masih membasahi sudut matanya.

"Terimakasih, Pak." Dia turun dari mobil.

Pertama kali baginya pergi ke tempat ini, hanya mendengar dari beberapa teman, Eca sama sekali tidak pernah membayangkan dia akan melenyapkan amarah dan kesedihannya di tempat yang dipenuhi kebisingan.

"Privasi anj!ng! Sembilan tahun bersama, dia bilang privasi?" gerutu Eca yang telah dihadapkan dengan gelas berisi alkohol.

Eca kembali marah karena baru pekan lalu ia berbicara dengan Felix dan meminta untuk dinikahi karena mereka sudah bersama selama sembilan tahun dan sudah memiliki usaha bersama. Felix adalah satu-satunya orang kepercayaan Eca selama lima tahun terakhir karena dia sudah menjadi yatim piatu sejak kecil, dan ditinggal menikah kakaknya lima tahun lalu yang mengaruskan mereka hidup berjauhan karena sang kakak mengikuti suaminya tinggal di luar pulau.

Eca meneguk minumannya berkali-kali, tanpa menghiraukan pandangannya yang sudah mulai kabur dan tubuh yang semakin lemah.

Seorang pemuda berpakaian rapi, kemeja putih lengkap dengan jas hitamnya menghampiri Eca yang sudah sangat lemah tergeletak di meja bar.

Pemuda itu berusia sekitar 20-25 tahun, telihat muda namun juga terlihat mapan karena stelan pakaiannya. Dia menyibak poni yang menutup wajah Eca, dipandanginya wajah perempuan yang memerah itu.

Masih dengan gumam amarahnya, namun tak jelas, Eca sesekali memanggil nama Felix namun lirih.

Pemuda itu memesan minum, dia memutuskan untuk menemani wanita itu sambil menghabiskan sebotol minumannya.

"Bro, ini akan beresiko. Kamu lupa pesan ayahmu?" seorang pemuda lain, berambut botak tipis, mencoba menahan tangan pemuda yang menggendong tubuh Eca.

"Kalau sampai ayah tahu, berarti itu info darimu!" tanpa menggubris temannya, ia terus berjalan.

"Adra!" pemuda botak geram. "Jangan membuatku terlibat di masalah keluargamu lagi!" ujarnya nyaring, namun masih kalah nyaring dari musik yang sedang dimainkan.

Adra membawa Eca ke sebuah kamar. Diletakkannya dengan pelan, tanpa membuat wanita berambut ikal se bahu itu bangun.

Lagi-lagi Eca mengoceh dan menangis, namun sangat lirih lalu kembali tertidur.

Adra melepas jas, meminum minuman yang ia bawa, lalu merebahkan tubuh di tempat tidur dengan masih menatap sosok perempuan yang tidak ia kenal itu dengan seksama.

"Bisakah kau membuatku lupa dengan kesedihanku?" ucap Adra sambil kembali menyingkirkan poni di wajah Eca.

Perlahan, Adra mengusap pelan wajah merah Eca. Dia kemudian bangun dan meminum minumannya hingga habis hanya dalam hitungan detik.

Selanjutnya, Adra bahkan tidak mengingat betul apa yang ia lakukan dengan perempuan itu. Dia hanya mengingat senyum tipis perempuan itu saat Adra hendak mengecupnya.

Sialnya. Keduanya terbangun bersamaan ketika ponsel milik Adra terus berdering tanpa henti, sebuah panggilan darurat dari teman-temannya.

Eca dan Adra saling pandang dan mematung untuk beberapa saat.

Eca mengumpat dan menyesali kebodohannya saat ia sadari ia terbangun dalam keadaan berantakan.

Adra acuh, dia mengangkat telepon temannya dan pergi. Namun pemuda itu sempat kembali untuk memberikan beberapa lembar uang kepada Eca.

"Tagih kekurangannya jika kita bertemu lagi," ujarnya ketus seolah tidak terjadi apapun diantara mereka.

Eca semakin kesal, dia mengumpat berkali-kali, namun hal itu tidak akan dapat mengambalikan keadaan.'

Diambilnya uang itu lalu dihitungnya. Walau dia merasa sangat terluka dengan uang itu, namun dia juga membutuhkannya untuk ongkos pulang.

Terselip sebuah kartu nama diantara lembaran uang, Eca membacanya dengan pelan karena pandangannya masih belum sepenuhnya terang.

"Adra Budhitama, Komisi Tiga." 

Eca mengedipkan matanya berkali-kali, memastikan kalau dirinya tidak salah membaca.

"Dewan Perwakilan Masyarakat Kota Lidei? Sial! Apa benar dia orang penting?" Eca menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.

Eca berharap kalau dirinya hanya salah membaca tulisan pada kartu nama itu, dia lalu membuka browser untuk mencari tahu. Dia ingat betul wajah pemuda yang sama persis dengan yang ada di internet. Lagi-lagi Eca mengumpat mengutuki kebodohannya.

"AH dia kurang ajar!"

Kalimat yang selalu dia ucapkan mulai dia keluar dari tempat itu, hingga ia tiba di rumah, bahkan saat ia pergi ke kantor.

"Sial!"

Eca tidak dapat lagi berfikir jernih, namun dia tidak dapat lagi membolos kerja karena ada pekerjaan penting bersama klien hari ini.

Masih dengan pencariannya di internet, Eca mendapati kalau Adra sangat populer dan merupakan anak dari seseorang yang sangat berpengaruh. Dia juga ingat kalau dia bahkan pernah mengidolakan pemuda itu saat pemuda itu masih bocah, karena ketampanan dan prestasinya yang pernah mendapat perak saat PON.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ANOTHER TOXIC STORY   Pernikahan Paksa

    Eca duduk, dia membiarkan Adra masih berdiri dengan cicin di tangannya. Eca merasa semakin pusing karena kedatangan pria muda itu.“Kamu enggak mau ninggalin pacarmu?” kata Adra. “Aku bisa pastikan aku seribu kali lebih baik dari dia.”Eca mengangkat tangannya, memberikan isyarat kepada Adra untuk berhenti bicara. Tubuh Eca mulai kembali berpeluh dingin.“Apapun yang mau kamu katakan. Aku mau kita tetap menikah,” Adra benar-benar batu kali ini. Dia tidak menghiraukan Eca yang menjadi semakin lemah dengan penyakitnya.“Pergi! Kamu membuatku semakin sakit!” usir Eca. Suaranya masih sangat lemah. Dia berusaha untuk berdiri, namun tubuhnya yang masih lemah terjatuh nyaris tak sadarkan diri.Beruntung Adra sigap sehingga dia sempat menahan tubuh Eca dengan kedua tangannya. Dilihatnya Eca yang masih hendak bicara, Adra menggeleng. Adra tidak mengijinkan perempuan itu untuk mengatakan apapun.Adra membaringkan tubuh Eca pada sofa, dia segera pergi ke dapur untuk mengambil air hangat di gelas

  • ANOTHER TOXIC STORY   Dilamar saat Sakit

    Baru saja Adra selesai membasuh wajahnya di kamar mandi. Ponselnya kembali berdering, sebuah panggilan dari sang ayah yang sangat jarang terjadi di jam kerja.Fiuuhhh. Adra mencoba menenangkan dirinya sendiri.“Iya, Ayah?”“Siapa perempuan itu, Nak?”Fiuhh. Ayah benar-benar tidak mengenal istilah basa basi. Adra tahu kemana arah pertanyaan sang ayah.“Bukan siapa-siapa. Cuma teman,” jawab Adra sambil menyandarkan kepalanya pada dinding kamar mandi.“Nikahi dia!”“Hah?” Adra merasa ada yang salah dengan pendengarannya.“Ayah sudah menelepon wartawan yang tempo hari memberitahu mengenai lamaranmu itu dan memintanya untuk menarik berita itu, tapi berita ini bukan dari wartawan manapun. Ini dari netizen antah barantah yang membuatnya heboh hanya dalam sekejap. Kamu pikir kamu bisa menutup semua akun itu?”“Kenapa ayah panik? Itu bukan berita buruk,” ujar Adra.“Ayah panik karena khawatir dengan keamananmu di luar sana! Akan semakin banyak orang yang penasaran dengan kehidupanmu, maka aka

  • ANOTHER TOXIC STORY   Hot News

    VIRAL!Anggota Dewan Perwakilan Masyarakat, Adra Buditama, tertangkap kamera netizen sedang bersama seorang perempuan di kelab malam!Belum diketahui siapa perempuan yang tengah digendongnya itu, namun sebelumnya Adra juga sempat tertangkap kamera sedang membeli sebuah cincin berlian pada sebuah toko perhiasan ternama.Kurang lebihnya begitu artikel yang sedang ramai bertebaran di media sosial. Tidak hanya narasi yang menarik, mereka juga mencantumkan beberapa foto dari kamera amatir yang menunjukkan Adra sedang menggendong seorang perempuan di sebuah kelab, beserta klip pendek yang hanya berdurasi sekitar lima detik.Klip lain menunjukkan saat Adra sedang berbincang dengan seorang penjaga toko perhiasan, ditemani dengan seorang teman yang berambut tipis alias botak.Beberapa komentar juga menyebutkan tentang ‘Pertunangan’ dan ‘Lamaran’ yang diduga dilakukan oleh putra tunggal Gubernur itu secara tertutup.Lantas apakah perempuan di kelab adalah tunangan Adra?---“Argh sial!” Eca nya

  • ANOTHER TOXIC STORY   Hubungan yang Beracun

    “Ngapain sih! Sudah bagus kalian bersikap profesional seperti tadi!”“Ah sial! Aku awalnya cuma mau bercanda, tapi dia terlalu serius!” ujar Adra kesal.“Kamu mengancam dia?” tanya Dino lagi.Adra tidak menjawab, dia hanya segera duduk setelah meraih kertas yang dilempar oleh Eca tadi.“Bro, enggak semua perempuan merasa tidur dengan pria itu hal biasa. Bisa saja itu hal yang menakutkan bagi dia. Mana bisa kamu bercanda sembarangan seperti itu!” Dino agak meninggikan suaranya.“Tidur?” Radit yang sejak tadi menyimak, baru menemukan titik pencerahan.“Hey! Jangan seolah aku sering melakukan itu ya!” suara Adra tak kalah tinggi. “Aku beneran cuma bercanda! Lagian, tadi malam ...,” kalimat Adra terjeda.Dino dan Radit menyimak.“Arh enggak! Aku enggak sejauh itu!” ujar Adra.“Emm yang tahu cuma dirimu sendiri,” sahut

  • ANOTHER TOXIC STORY   Penyedia Jasa

    Adra baru saja tiba dari kegiatannya sebagai seorang anggota dewan yang berkecimpung dalam bidang ekonomi kreatif. Masih dengan pakaian batiknya, sangat formal, ia mengambil motor trail yang cukup lama tersimpan di gudang.Sejak dilantik beberapa bulan lalu, pemuda itu disibukkan dengan kegiatan kemasyarakatan yang mengharusnya dia menomorduakan hobinya menaiki motor trailnya. Kini dia hanya sesekali lari sore di lingkungan rumahnya sendiri.“Mau touring, bos?” ujar pria muda botak, yang baru saja memarkirkan mobil. Dia adalah Dino, teman baik Adra, seorang pemilik WO yang sesekali mendampingi Adra menjadi supir pribadinya.“Enggak. Sayang banget lama enggak dipanasin,” sahut Adra mencoba untuk menyalakan.Satat kedua pria muda itu disibukkan dengan motor trail Adra, seorang temannya yang lain menelepon memberitahukan sebuah info yang dibutuhkan oleh Adra.Adra sudah mulai memikirkan untuk melakukan renovasi rumah sejak bula

  • ANOTHER TOXIC STORY   Pertemuan Profesionalitas

    Eca menghabiskan waktu lebih dari tiga puluh menit di dapur kantor hanya untuk meminum banyak air putih. Dia merasa sangat dehidrasi karena kehilangan fokus sejak pagi. Ia duduk sembari memakan snack yang distok di lemari makanan.Jemarinya masih sibuk scroll sosial media membaca hampir seluruh berita mengenai sosok pemuda yang telah membuatnya hampir jantungan.Adra Buditama.Eca kembali memijat pelan kepalanya, entah sudah berapa kali dia menuang air pada gelas yang terus diminum olehnya.“Permisi, Bu Eca.”Ratna, seorang staf menghampirinya di dapur. Eca cukup terkejut, ia bahkan hampir menyembur saat hendak meneguk minumannya.Ratna sempat terdiam, merasa bersalah karena telah mengejutkan atasannya. “Apa ibu baik-baik saja?” tanyanya.Eca mengangguk, “Ada apa?”“Maaf, Bu. Ini ... klien kita, pak Radit, dia mau ibu langsung yang ke tempat mereka untuk survei lapangan. Dia bilang, mau sekalian ada yang dibicarakan mengenai harga dan pajak, begitu.”“Saya?” tanya Eca yang dijawab ang

  • ANOTHER TOXIC STORY   Malam yang Berantakan

    Isak tangis Eca tak tertahan saat ia sedang berada di taksi online. Ia masih ingat dengan jelas saat jantungnya berdebar kencang ketika ia melihat dengan mata kepalanya sendiri kekasihnya sedang berselingkuh dengan pelayan Cafe miliknya, di ruang kerja.Saat itu, Eca bergegas menuju Cafe yang merupakan hasil dari kerja sama ia dan kekasihnya, Felix, untuk mengambil dompet yang tertinggal di ruang kerja sang kekasih saat istirahat siang dari kantor tempatnya kerja. Eca sudah menelepon Felix, namun tidak ada jawaban. Dia hanya berfikir mungkin kekasihnya itu sedang sibuk atau istirahat karena Cafe cukup ramai hari itu.Beberapa karyawan menyapa Eca ramah, semuanya berada di meja kasir."Mba Eca ada keperluan apa?" tanya kasir, yang bernama Nita.Eca terhenti sejenak, merasa aneh karena tidak biasanya dia ditanyai seperti itu di Cafe miliknya sendiri. "Pak Felix ada di dalam, 'kan?" ujar Eca diiringi senyumnya."Sepertinya Pak Felix sedang istirahat, Mba. Ruangannya dikunci," imbuh Nit

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status