Share

BAB 8

Author: LANGIT JINGGA
last update Last Updated: 2022-03-23 20:40:28

Helsa memandang jalanan rumahnya dari atas balkon kamar, ditemani segelas coklat hangat gadis itu menikmati dinginnya hujan malam ini.

Satu bulan sudah Akmal pindah ke SMA Diaksa, dan selama itu juga Akmal tidak pernah menjemputnya. Akmal juga hanya membalas sangat singkat chat darinya.

Apa mungkin Akmal sedang sakit?

Helsa mendengus pelan, dia merindukan kekasihnya. Bahkan untuk berbicara via ponsel saja susah. Memang selama satu bulan ini pemuda itu disibukkan dengan latihan futsal karena September nanti akan ada pertandingan antar sekolah Menengah Atas.

Entah bagaimana bisa kekasihnya sudah tergabung dalam team futsal sekolah barunya.

Saat hendak masuk kembali ke kamarnya, suara klakson motor yang sangat dikenali menyeruak ke telinganya. Helsa memandang ke arah gerbang rumah, dan benar saja pemuda itu disana.

Akmal basah-basahan diluar sana. Apa dia tidak memiliki mantel hujan?

Terlihat pemuda itu melambaikan tangan pada Helsa. Dengan cepat Helsa masuk, tidak lupa menutup pintu balkon kamarnya.

Helsa turun kebawah, membuka pintu utama rumahnya. Betapa terkejutnya ketika Akmal sudah berada di hadapannya sekarang.

"Akmal," sebutnya lirih.

"Sayang, mandi hujan yuk!" kata Akmal.

Helsa terkesiap, "kamu kesini cuma mau ngajak aku  mandi hujan?"

"Aku kangen, mumpung besok libur."

Helsa tersenyum tipis, kemudian dengan sedikit berjinjit gadis itu mengecup pipi kekasihnya.

"Bawah aku," bisiknya tepat di wajah Akmal. Akmal terkekeh, membalas ciumannya pada kening Helsa.

Sebelum keluar, Helsa memberitahu mbak Ana terlebih dahulu. Dia juga mengganti piyamanya dengan pakaian santai, tidak lupa ponsel dan slingbag waterproofnya.

Akmal tersenyum sumringah melihat Helsa datang padanya, digenggam tangan mungil itu dan berlari keluar rumah. Sebelumnya Helsa sudah mengunci pintu tersebut dan tidak lupa membawa kunci serep.

"Siap basah-basahan diatas motor, tuan putri?"

Helsa mengangguk antusias. Wajahnya yang sudah basah membuatnya terlihat menggemaskan.

Diatas motor dengan guyuran hujan yang sangat besar itu keduanya terlihat bahagia. Apalagi Helsa, gadis itu seperti anak kecil yang diizinkan orang tuanya untuk mandi hujan.

Malam ini Akmal memang ingin menghàbiskan malam minggu bersama Helsa, sudah lama mereka tidak bertemu.  Akmal merindukan Helsa, satu bulan rasanya setahun.

"Akmal, kamu lupa besok hari apa?" tanya Helsa sedikit berteriak. Derasnya hujan mengharuskan dia sedikit berteriak, meskipun Akmal tidak mengenakan helm

"Apa? Aku nggak dengar!" Akmal terkekeh pelan, dari spion dia  mendapati wajah kekasihnya yang tekuk.

"Sa... Mau makan nggak?" tanya Akmal, motornya perlahan berhenti tepat di gerobak tukang  lontong sate ayam.

"Boleh, tapi kita dilayani basah kayak gini?"

Tanpa menjawab pertanyaannya, Akmal mendekat ke gerobak tersebut dan memesan dua porsi lontong. Hujan masih sangat awet bahkan semakin deras, mereka akhirnya berteduh dibawah tenda sembari menunggu sate yang dipesan.

"Seruh nggak mandi hujan malam gini?" tanya Akmal, dia melepaskan jepitan rambut Helsa dan  menggeraikan surai panjang basah gadis itu.

"Seruh banget, tapi dingin," jawabnya dengan bibir yang bergetar akibat dingin.

"Hujannya makin deras," ujar Akmal. Dia memeluk Helsa, memberikan sedikit kehangatan walaupun dia sendiri juga dingin.

Setelah menunggu beberapa menit, dua porsi lontong sudah tersedia. Dengan lahap keduanya makan bersama, terkadang Helsa mengambil punya Akmal karena pikirnya sate punya cowok itu lebih nikmat.

Ah, ada-ada saja gadis ini.

"Rakus banget. Belum makan?" tanya Akmal, mengusap saus kacang yang tertinggal pada sudut bibir Helsa.

"Mungkin karena dingin jadi aku lapar lagi," jawab Helsa, "kamu cepat banget makannya."

Akmal terkekeh, "aku bukan kayak kamu yang makannya berabad-abad."

Kebiasaan itu masih melekat dalam diri masing-masing. Akmal yang selalu makan dengan cepat, dan Helsa yang makan sangat pelan dan lama.

Bertolak belakang dari segi apapun kedua pasangan yang sama-sama kehilangan ini. Tentang Akmal, Helsa masih selalu mengingat kebiasaan buruk dan baiknya sampai saat ini. Entah bagaimana dengan pemuda itu, apa dia sudah tidak mengingat Helsa dan semua yang mereka lalui bersama?

Tapi, bagi Helsa, Akmal  tidak perlu mengingatnya. Cukup mengingat laki-laki kecil yang saat ini bersamanya, itu sudah lebih dari cukup.

***

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, Akmal dan Helsa baru saja tiba di rumah pemuda itu dalam kondisi basah dan Helsa yang sudah sangat pucat karena dingin.

Akmal menghentikan langkahnya saat tahu bahwa Helsa masih tetap diatas motornya.

"Ayo turun, sayang. Ngapain disitu?!"

"Gendong," rengeknya sangat manja, "dingin Akmal."

Astaga, wajah memelas itu sangat menggemaskan. Dengan siap dia menggendong kekasihnya masuk ke rumah.

Suasana rumah ini sama seperti terakhir Helsa kesini. Tidak ada yang berubah.

Akmal menurunkan Helsa tepat di pintu kamar mandi,  dan menyuruh gadis itu segera mandi dengan air hangat.

"Akmal," cicitnya sangat pelan.

"Apa sayang?" sahut Akmal, "mau mandi bareng?"

"Dasar mesum!" tanda Helsa. "Aku habis mandi bajunya mana?"

"Pakai punya aku, kan mau-maunya kamu," jawab pemuda itu dengan santai.

"Pakaian dalamnya gimana? Kamu aja pakainya boxer."

Lihat, Helsa menyebut kebiasaan buruk Akmal yang tidak pernah mau memakai celana dalam dan hanya mengutamakan boxer. Kata Akmal, miliknya terasa geli ketika mengenakan itu. Aneh kan?

Setelah berpikir lumayan lama, Akmal punya ide bagus. Kenapa tidak dari saja nama itu terlintas dalam pikirannya.

"Sekarang kamu mandi. Jangan keluar sampai aku datang," finalnya kemudian beranjak dari hadapan Helsa.

Huh, mau kemana buaya darat itu. Dengan terpaksa Helsa ditinggal sendiri. Deru motornya terdengar keluar pekarangan rumah.

***

"Akmallllll!!!!!"

Helsa berteriak kencang saat memasuki kamar pacarnya, Akmal sudah bersantai diatas sofa tanpa mengenakan baju pula. Santai sekali dengan camilan dalam toples dan dgn earphone pada telinga. Entah apa yang sedang ditonton laki-laki itu.

Helsa datang dengan kaos oblong yang kebesaran milik Akmal. Matanya menatap intimidasi pacarnya yang tertawa melihat tingkahnya.

"Akmal, pakaian dalam siapa yang kamu kasih ke aku? Kamu selingkuh? Perempuan siapa, bajingan keparat!"

"Iya, selingkuh sama anak komplek sini."

Helsa mendelik, bisa-bisanya pemuda itu menjawab pertanyaan sesantai itu. Padahal Helsa sudah sekuat tenaga memarahinya.

"Aku serius, Akmal Malik anaknya bapak Andriano yang paling ganteng sekomplek Nacari."

Akmal tertawa gemas mendengar pernyataan Helsa begitu panjang.

"Punya si Ranaya," jawab Akmal.

Lagi, lagi Helsa mendelik. "Kamu-"

"Itu pakaian dalam yang masih baru, dan belum dipakai sama sekali tapi sudah dicuci, sayang. Reaksi kalian berdua sama ya ternyata."

"Pakaian dalam lo, gue pinjam. Yang masih baru, dan belum lo pakai."

"Astaga, Akmal. Lo mesum banget, sialan. Gue aduin lo sama Helsa."

"Aduin sana. Yang penting lo pinjamin dulu."

"Mau lo kasih buat siapa, hah? Nggak usah ngada-ngada, Malik."

"Helsa nginap di rumah gue. Tadi kita mandi hujan, tapi dia lupa bawa pakaian ganti. Makanya nama lo tiba-tiba terlintas di pikiran gue."

"Lo nggak usah aneh-aneh sama Helsa. Lo nggak boleh tidur seranjang sama dia."

"Iya. Bacot banget sih. Cepetan! Bini gue udah kedinginan disana, Ranaya."

Akmal menceritakan perdebatan antaranya dan Ranaya di rumah gadis itu. Ya, memang rumah mereka hanya diselingi enam rumah saja, jadi tidak terlalu jauh.

Helsa tergelak mendengar cerita pacarnya, dia bisa membayangkan ekspresi wajah Ranaya saat Akmal meminta barang ini padanya.

"Kamu tahu nggak didalam paper bag isi apa aja?" tanya Helsa.

"Aku nggak lihat, barang cewek. Haram," jawab Akmal.

"Selaian pakaian dalam, ada deodorant, parfum, dan  body lotion."

"Lengkap banget Ranaya ngasihnya."

"Ya pasti dia tahu aku nggak bawah apa-apa kesini," kata Helsa.

Ranaya memang seperti itu. Selalu peduli pada siapa saja. Apalagi Helsa yang berstatus sahabatnya sendiri.

Ah, terima kasih Ranaya Kazila.

Helsa merampas camilan dalam genggaman Akmal, enak saja dia memakannya sendiri.

"Nonton apa sih?"

"Mau nonton?" tawar Akmal.

Helsa mengangguk antusias, dipasangnya sebelah earphone pada telinga dan wajahnya memerah seketika mendengar apa yang menyeruak ke telinganya.

Akmal menonton film blue. Sialan!

Helsa menjambak surai hitamnya dengan kasar, mengumpat pacarnya itu habis-habisan.

Akmal tertawa seraya menjauh dari Helsa, rambutnya acak-acakan dibuat kekasihnya.

"Akmal, hapus nggak!"

"Sa, jangan dong." Akmal memasang wajah semelas mungkin agar Helsa tidak memaksanya.

"Ihh, mesum emang dasar," tanda gadis itu.

"Dari pada aku minta sama kamu," celetuk Akmal  melirik sekilas pada Helsa.

"Aku kasih. Tapi nggak sekarang," balas Helsa.

"Aku mintanya sekarang, gimana?"

Helsa mendelik tak suka,  lalu segera berlalu meninggalkan Akmal. Ia naik ke atas ranjang dan berbaring disana. Langi-langit kamar ini menjadi objeknya saat ini.

"Kita nggak boleh melebihi batas," jawab Helsa sambil memejamkan matanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 126

    Lima hari sudah Adryan tidak kembali ke rumah. Kata Bunda, pria itu sedang berada di apartemen. Bunda sudah memberikan kotak berisi testpack padanya. Entah kenapa, tidak ada reaksi apapun dari pria itu.Setelah pulang mengantarkan Devan ke sekolah, wanita yang kini berbadan dua itu mampir kesana. Kebetulan letak Cafe itu tak jauh dari sekolahan anaknya.Helsa hanya ingin menikmati cheesecake. Lagian di rumah hanya dia sendiri. Oh ya, dia dan Devan tetap di rumah mereka. Bunda melarang ia pulang ke rumah Mamanya.Helsa menceritakan kesalahpahaman yang terjadi pada mertuanya.Pandangannya keluar kaca jendela. Kebetulan macam apa yang harus membuatnya bertemu dengan mantan kekasihnya. Akmal lengkap dengan seragamnya.Helsa bercedak pelan, seharusnya dia tidak bertemu lagi dengan pria itu."Helsa, kamu disini juga?"Helsa meraih tas, ingin beranjak dari sana, namun dicegah pria itu. "Cake kamu belum habis. Mubazir," sebut Akmal."Gue boleh duduk disini?" tanya Akmal."Silahkan," kata Helsa

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 125

    BMW hitam memasuki pekarangan rumah berlantai tiga itu tepat pukul lima sore. Setelah memarkirkan mobil, sang empunya keluar dari sana. Disambut baik istri dan juga anaknya. Helsa mencium punggung tangan kekar itu, lalu dibalas kecupan singkat pada dahinya."Bagaimana harinya?" tanya Adryan.Helsa tersenyum menerima satu buket bunga mawar putih kesukaannya. Buket bunga kelima, di hari kelima cuti."Papi nanya Devan dong, Mami aja yang ditanya," protes Devan yang kini duduk pada kursi piano.Nggak mau kalah ini bocah satu.Adryan mendekatinya. "Bagaimana hari ini Singa kecilnya Papi?" Ia mencium gemas anaknya, tak lupa Devan pun mencium punggung tangan Papinya."Baik dong, hari ini Devan langsung pulang ke rumah. Om Jefry sama tante Vio yang nganterin," jawab Devan, semangat.Helsa berlalu meninggalkan percakapan Ayah dan anak tersebut. Tak lupa membawa serta tas dan juga jas milik Adryan. Akan panjang jika ia harus menunggu keduanya selesai dengan perbincangan, mulai dari yang penting

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 124

    Siang itu kantor pusat Perusahaan Andrean Corp dibuat panik pada lantai sepuluh, tepatnya di dalam ruangan meeting. Renata memberi perintah untuk mengangkat tubuh lemah tak berdaya putrinya yang jatuh di depan ruangan tersebut setelah hampir dua jam melakukan pertemuan dengan salah satu investor asal Rusia. Beberapa hari ini Helsa terlihat kelelahan karena menyiapkan persentase dan semua laporan untuk melakukan pertemuan ini. Dan pada akhirnya, ia tumbang sesaat setelah investor tersebut menandatangani kontrak kerja sama. "Helsa...," panggil Renata. Wanita paru baya itu menepuk-nepuk pelan pipi putrinya, namun hasilnya nihil, Helsa sama sekali tidak sadarkan diri.Renata segera menghubungi Adryan. Untuk beberapa saat belum ada jawaban, sampai pada panggilan keempat barulah pria itu menjawabnya."Hallo, Ma...,"Renata menarik nafas sebentar. "Rumah sakit Mitra Husada, sekarang Adryan." *** Langkah kakinya dengan cepat menyusuri koridor rumah sakit Mitra Husada. Adryan tidak mengh

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 123

    "Devan..., tante Diandra kangen," seru Diandra sembari memeluk bocah tersebut."Tante Andra cantik deh," puji Devan."Makasih, Sayang," balas Diandra.Devan menyodorkan tangan, "bagi duit merah tante Andra, kan Devan udah bilang tante cantik."Diandra memelototkan matanya, bisa-bisanya bocah ini meminta imbalan padanya. Duh, ajaran siapa sih bocah satu ini."Jangan gitu dong, kita kan temenan," rayu Diandra."Tante Andra tuh temannya Mami, bukan Devan," balas Devan. Ia kemudian sibuk melihat-lihat beberapa pajangan di dalam caffe tersebut.Helsa dan Citra terkikik mendengar percakapan Diandra dan Devan. Pas banget Devan ketemu sama aunty yang lemot nya nggak hilang-hilang."Sa, anak lo ngeselin banget, sumpah!""Devan lo ajak bicara," celetuk Citra.Sore itu mereka tidak sengaja bertemu di Cafe yang ada di rumah sakit Mawar Medika. Citra dan Diandra akan menjenguk Ando yang sakit. Guru olahraga itu mengalami kecelakaan beberapa hari yang lalu."Kalian kenapa nggak bilang sama gue kala

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 122

    Acara reuni sudah selesai. Helsa pikir dia tidak akan bertemu Akmal lagi setelah itu, tapi hari ini mereka dipertemukan kembali.Seperti saat ini, lagi-lagi dia bersama Akmal di pinggir jalan yang tidak jauh dari markas TNI. Akmal yang baru saja akan menjemput kekasihnya pun bertemu Helsa yang sedang meratapi ban mobilnya yang pecah."Pakai derek aja ke bengkelnya, aku antar kamu pulang," ujar Akmal. Pria itu lengkap dengan seragam lorengnya.Entah sudah berapa kali Akmal menawarinya, tapi Helsa tetap menolak. Hari sudah semakin gelap."Gue nggak mau terjadi salah paham," jujur Helsa."Aku yang tanggung jawab di depan suami kamu," sahut Akmal, "ponsel kamu aja mati total."Tertegun. Mungkin lebih baik Helsa pulang bersama Akmal, lagian setelah dipikir-pikir dia tak ada apa-apanya dengan tentara satu ini."Mau, kan?" Akmal bertanya lagi, memastikan Helsa mau pulang bersamanya."Antar gue di depan perumahan aja," jawab Helsa.Dia tidak ingin Akmal tahu dimana rumahnya sekarang, karena j

  • AYAH UNTUK DEVAN   BAB 121

    Weekend adalah hari bermalas-malasan Adryan untuk berangkat ke rumah sakit. Bagaimana tidak, istri dan anaknya asyik di rumah, sedangkan ia harus bekerja. Padahal kan, dia juga ingin berlibur.Ya, setiap sabtu Helsa dan Devan memang libur.Pukul lima pagi Helsa sudah terjaga. Mandi, menyiapkan sarapan, dan juga pakaian kerja suaminya. Helsa juga sempat mengintip Devan di kamar, anaknya masih tertidur, sama seperti Adryan.Sudah selesai dengan semuanya, wanita tersebut kembali ke kamar untuk membangunkan bayi besarnya.Bayi besar? Itu karena Adryan berlaku manja sejak Helsa kembali dari Kanada.Helsa duduk pada bibir ranjang, ia usap lengan suaminya, "Mas, Helsa udah sejam berkutat di dapur, masih aja tidur,"Hanya sedikit erangan yang terdengar, sekali lagi Helsa membangunkannya. Menarik selimut yang menutup sebatas pinggang."Good morning, babe," ucap Adryan. Ia menarik tangan Helsa dan mengecupnya. Aish, jantung aman?Helsa hanya bergumam, ia beranjak dari sana membuka gorden jendel

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status