Home / Romansa / Ah! Enak Mas Dokter / Kasih Tanpa Syarat

Share

Kasih Tanpa Syarat

Author: Dita SY
last update Last Updated: 2025-06-18 12:14:48

"Lahirkan anak laki-laki untukku," ulang Dirga dengan tatapan mata serius.

"Aku akan memberikannya pada Mas Andi."

Dirga tertawa kecil, "Tapi, aku pastikan kamu mengandung anakku."

"Mas!" protes Febby manja.

Keduanya kembali beradu peluh di dalam kamar sunyi. Memadu kasih tanpa syarat yang terhalang status pernikahan resmi.

Hampir satu jam mengulang pergelutan panas di atas ranjang. Puas sampai lemas, keduanya tertawa renyah dengan napas terengah-engah dan tubuh berkeringat.

Dirga menjatuhkan diri di samping Febby, dengan cepat wanita muda itu menarik selimut, menutupi tubuh polos mereka.

Dokter Tampan itu mengubah posisi tidur telentang dengan kepala bertumpu ke atas bantal tinggi. Sedangkan Febby, bermanja di atas lengan kekar kekasihnya.

"Kamu puas?" tanya Dirga dengan suara lembut.

"Puas, kalau kamu?" Febby mendongak, menatap wajah tampan dengan rahang tegas itu.

"Belum."

Febby mengerutkan kening. "Kenapa?"

"Aku maunya melakukan ini setiap malam," kekeh Dirga.

"Iihh, kirain benera
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Ah! Enak Mas Dokter   Kedatangan Anggun

    Febby dan Dirga masih berada di luar, tepatnya di kantin. Sementara Anggun, yang tiba-tiba datang dan masuk tanpa permisi ke kamar Andi, sedang duduk dan berbicara pada sepupu suaminya itu.Awalnya Andi canggung karena hanya ada mereka berdua di dalam kamar, dan lagi Anggun datang tanpa diundang. Namun, lama-kelamaan Andi mulai bisa berbicara panjang lebar dengan wanita yang menurutnya cerdas, memiliki karir cemerlang dan pastinya berpendidikan. Anggun adalah wanita mandiri yang diidamkan para laki-laki.Beda jauh dengan istrinya yang hanya wanita rumahan. Meskipun orang tua Febby, memang kaya di kampungnya."Jadi Mas Dirga datang ke sini pagi-pagi sekali ya, Mas?" tanya Anggun. Mulai ke inti pertanyaan yang sejak tadi ingin dia lontarkan.Lelah juga harus berbasa-basi dengan Andi, yang omongannya lebih tinggi dari badannya sendiri."Iya, tadi Dirga datang ke sini pagi-pagi. Katanya sih dia mampir ke sini cuma mau lihat aku aja. Dia bawa buah nih, sama makanan juga buat aku dan Febby.

  • Ah! Enak Mas Dokter   Aku Takut, Mas

    "Andi menyakitimu, iya kan?" Dirga menatap Febby. Kedua manik matanya berkaca-kaca. Jelas terlihat kesedihan dari raut wajah wanita cantik itu.Febby hanya diam, menundukkan kepala, menahan tangis. Jujur saja, dia malu karena Dirga mendengar semua ucapan kasar Andi di dalam kamar tadi."Sampai kapan kamu mau bertahan dengan laki-laki seperti Andi, hem?" Dirga membawa Febby ke dalam pelukan, menenangkan. "Andi tidak benar-benar mencintaimu. Cintanya semu. Tidakkah kamu lelah, hanya mencintai sendirian?" Ia merapatkan pelukan.Tidak seperti tadi, kali ini Febby memasrahkan diri dan membenamkan wajahnya di dada bidang sang Dokter.Linangan air mata yang menggenang di pelupuk mata, mengalir membasahi wajah."Suamimu tidak akan pernah berubah. Dia sama sekali tidak mencintaimu. Sadarlah, Sayang." Kecupan lembut mendarat di pucuk kepala Febby. "Sampai kapan kamu bertahan menjalani rumah tangga dengan laki-laki seperti dia? Kamu hanya membuang waktu. Kamu tahu 'kan, seumur hidup itu lama."U

  • Ah! Enak Mas Dokter   Menjenguk

    Semalam Febby diantar pulang oleh mertuanya. Dan pagi ini ia sudah bersiap untuk kembali ke rumah sakit, menjaga Andi.Pak Rahmat sudah datang untuk menjemput Febby, menunggu di mobil butut keluaran tahun 2000 yang selalu dirawat oleh laki-laki baya itu."Udah selesai? Kamu bawa keperluan Andi?" tanya Pak Rahmat pada Febby yang naik ke mobilnya."Udah Pak, semua udah aku masukan ke dalam tas." Febby meletakkan tas tenteng besar ke jok belakang.Setelah memastikan semua sudah siap, Pak Rahmat melajukan mobil menuju rumah sakit."Mas Andi udah sadar Pak?" tanya Febby, karena semalam saat dia pulang, Andi belum sadar."Udah, baru tadi jam enam dia bangun. Dia nanyain kamu."Febby menghela napas lega. "Dia bilang ngga kenapa dia bisa kecelakaan?""Ngga sih, mungkin dia mau cerita sama kamu. Nanti kamu tanya aja."Febby mengangguk pelan."Nanti Ibu sama Bapak pulang. Malamnya gantian lagi sama kamu, ya.""Iya," angguk Febby dan tak lama mereka tiba di rumah sakit umum.Keduanya turun, Rahm

  • Ah! Enak Mas Dokter   Kamu Keterlaluan Mas!

    "Maksud kamu apa Mas? Kamu ingin kita bercerai?" Anggun meninggikan suaranya."Iya, aku ingin kita bercerai!" jawab Dirga dengan suara lantang.Kata-kata itu lolos begitu saja dari mulut Dirga yang membuat Anggun terdiam.Anggun memegang dadanya yang tiba-tiba sesak. Wajahnya memucat, tatapan mata berubah sendu, berbeda dari pertama berbicara dengan suaminya.Dirga melepas sendok dengan kasar, hingga menimbulkan suara dentingan keras. Mood makannya hilang seketika. Menunggu sang istri menjawab pertanyaannya tadi."Kamu keterlaluan Mas!" Anggun berdiri lalu pergi dari ruang makan.Tak memberi jawaban apapun, Anggun memilih masuk ke kamar dan membanting pintu dengan kencang."Keterlaluan kamu Mas! Jadi benar sudah ada wanita lain di hatimu!" pekik Anggun, melempar tubuhnya ke atas ranjang sambil berteriak dengan suara parau.Ibu satu anak itu menangis pilu, mendengar ucapan suaminya yang meminta cerai. Pertama kali seumur pernikahan mereka Dirga mengeluarkan kata-kata keramat seperti it

  • Ah! Enak Mas Dokter   Curiga Lagi!

    Dirga memutuskan pulang ke rumah setelah melihat keadaan Andi di rumah sakit."Dari mana kamu Mas?"Baru saja melangkah masuk ke rumah mewahnya, Dirga sudah diteriaki oleh Anggun yang berjalan mendekat.Dokter Tampan itu bergeming, melangkah cepat menuju kamar.Melihat itu, Anggun membuang napas kasar. Mengikuti Dirga dan kembali meneriaki suaminya. "Mas! Aku lagi ngomong sama kamu! Ngga sopan amat sih, langsung pergi begitu aja!"Dirga menghentikan langkah kakinya, memutar tubuh. "Kamu pikir meneriaki suami yang baru pulang kerja itu sopan? Hah! Aku baru pulang, kamu langsung marah-marah ngga jelas. Begitu kamu sebut sopan?" Ia menatap Anggun tajam."Aku kan nanya sama kamu Mas. Lagian, apa salahnya jawab dulu baru pergi.""Aku harus menjawab apa? Kamu udah lihat sendiri kan, aku baru pulang kerja.""Pulang kerja?" Anggun tersenyum sinis. "Emang kamu pikir aku bodoh? Kamu itu langsung tutup praktek pas aku pulang. Kerja apaan kamu? Kerja ranjang sama selingkuhan kamu itu?"Dirga meng

  • Ah! Enak Mas Dokter   Mas!

    "Mas!" Melihat kedatangan mertua dan adik iparnya, Febby mendorong tubuh Dirga lalu menggeser posisinya, menjauh.Dokter Tampan itu melangkah mundur, menjauh dari bed sambil menundukkan kepala dengan wajah datar. Sama sekali tidak memperlihatkan ketakutan atau tidak nyaman pada orang tua Andi, yang tak lain tante dan omnya sendiri."Andi!" Ratih berjalan cepat mendekati ranjang rumah sakit sambil menangis, tak menyadari kedekatan Febby dan Dirga tadi.Namun, berbeda dengan Ani_adik kandung Andi yang melihat dengan jelas Dirga sedang merangkul pinggang kakak iparnya.Ani melirik Dirga, lalu beralih pada Febby yang menundukkan kepala dengan wajah pucat, ketakutan.Sedangkan ayah Andi_Pak Rahmat menenangkan istrinya yang menangis di samping bed rumah sakit. Sama seperti Ratih, ia pun tidak menyadari kedekatan Febby dengan laki-laki di dalam kamar anaknya."Apa kata Dokter, Feb? Gimana keadaan Andi? Kok Andi belum sadar? Andi kenapa?" tanya Ratih pada Febby yang berdiri di sampingnya."Ka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status