Главная / Rumah Tangga / Aibku Ditukar Dengan Madu / 8. Sakit Hatinya Seorang Ayah

Share

8. Sakit Hatinya Seorang Ayah

Aвтор: Anik Safitri
last update Последнее обновление: 2022-10-19 14:36:11

Tami terkesiap mendengar apa yang dikatakan Arindi. Bukan hanya Tami, namun juga Naina.

Namun wanita itu cukup bisa menjaga sikap. Cukup tenang. Karena seperti apapun serangan yang dilakukan Arindi, toh ia dibela mati-matian oleh ibu mertua.

"Ku rasa tidak perlu. Bahkan tidak pantas kamu mengatakan itu Rind. Bukan waktu dan tempat yang pas," ucap Arfaaz dengan dingin.

Arindi memalingkan wajah dengan kesal. Namun sejenak ia tersenyum kecil.

"Terkadang aku pun perlu pengakuan dari orang lain, Mas. Aku juga jengah harga diriku di injak-injak. Diremehkan," jawab Arindi dengan berapi-api.

Tiba-tiba Tami tertawa sumbang.

"Halah ngomongin harga diri segala. Memangnya dirimu yang kotor itu ada harganya?" tanya Tami dengan pedas.

Arindi mencoba untuk tetap berdiri dengan tegarnya. Namun apalah dirinya juga manusia yang tentu merasa sakit. Matanya mulai berembun.

"Ma," tegur Arfaaz. Kalimat Tami memang dinilai menyakitkan.

"Kenapa? Tidak ada yang salah. Aku bisa mengembalikan uang yang kamu pakai untuk turut membangun rumah ini. Namun kamu tidak pernah bisa mengembalikan aib yang engkau coreng kepada keluargaku karena putraku menikahimu," lanjut Tami, tak memperdulikan teguran dari sang putra.

Naina tersenyum penuh kemenangan.

Mereka lupa ada wajah polos yang memperhatikan. Ada anak kecil yang belum tau apa maksud yang mereka katakan.

"Berhenti, Ma." tegur Arfaaz lagi. Mengisyaratkan bahwa ada Keenandra di tengah-tengah mereka.

Seakan mengerti, Tami melirik sedikit ke arah bocah kecil itu.

"Kenapa? Dia bukan cucuku," jawabnya pedas.

*

"Kamu boleh marah Rind. Kamu boleh kecewa. Kamu boleh mengumpat aku sesuka hatimu. Tapi satu yang aku minta, jangan tinggalkan aku," pinta Arfaaz kepada Arindi yang tengah menatap jalanan dari atas balkon rumahnya.

"Kamu tau definisi dari egois, Mas?"

Arfan memalingkan muka. Entah kalimat apa lagi yang dikeluarkan Arindi untuk menamparnya.

"Definisi egois itu adalah kamu."

Alan mengusap wajahnya kasar.

"Sudah cukup Rind. Aku akan berusaha untuk adil. Tanpa condong ke siapapun itu. Jadi berhenti menamparku dengan segala argumenmu itu."

"Kamu fikir sekedar adil saja sudah cukup? Tidak! "

*

"Tidak usah kamu paksa, nak. Jika dirasa sakit, pulanglah. Pintu rumah ini selalu terbuka lebar untukmu," ucap Bu Asih-Ibu Arindi sembari mengelus lembut rambut sang putri.

Arindi memang menangis. Tetapi sepatah katapun, ia tidak menceritakan mengapa ia bisa sesedih ini. Pantang baginya menceritakan aib rumah tangga kepada orang lain.

Termasuk pernikahan kedua Arfaaz pun, turut ia rahasiakan dari orang tuanya.

Yang mereka tau hanyalah keluarga Arfaaz yang menentang kehadiran Arindi. Mereka menganggap ia adalah sebuah aib.

"Tetapi ada Keenandra, Ma."

"Rind, yakinlah Keenan bukan hanya butuh orang tua yang lengkap. Tetapi ia juga butuh Mama yang bahagia," tutur lembut sang ibu.

Namun hati Arindi belum bisa selega itu.

"Arindi, ayah membesarkanmu penuh cinta. Ayah menjagamu penuh kasih. Jika dikemudian hari, kamu tersakiti oleh suamimu, ayah lah orang pertama yang membelamu mati-matian," ucap Pak Asmat.

Siapa kiranya orang tua yang tidak khawatir saat sang putri meneteskan air mata. Namun berbeda dengan Pak Asmat dan istri. Mereka cukup bijak. Tidak akan memaksa putrinya untuk bercerita. Selain karena kemauanya sendiri.

*

"Disaat seorang istri menitikan air mata, disitulah kepercayaan ayahnya kepada sang suami mulai luntur," ujar Pak Asmat dengan dingin.

Arfaaz bangkit berdiri dari kursi empuk sang direktur utama.

"Ayah, aku tidak menyakiti Arindi. Sebelum Rindi ke rumah ayah, aku lihat dia baik-baik saja," jawab Arfaaz.

"Oh iya? Baik fisiknya. Belum tentu hatinya juga baik-baik saja bukan? Ah ayah rasa, tidak perlu mengatakan ini. Tentu kamu tau."

Arfaaz tertunduk. Wajahnya gusar. Apa jadinya jika sampai mereka tau bahwa Arindi memiliki madu? Tentu itu akan menjadi boomerang untuknya. Bahkan bisa saja Arindi akan dipaksa bercerai darinya.

Kehilangan Arindi? Sampai kapanpun Arfaaz tidak akan rela.

"Ayah tidak marah. Karena ayah tidak berhak mencampuri urusan rumah tangga kalian. Sekali lagi, ayah ingin mengatakan bahwa ayah titip putri ayah yang ayah sayangi sedari kecil. Ayah tau kamu kaya raya, kamu punya segalanya. Tapi bahagia itu diciptakan. Bukan dibeli. Arindi tanpa kamu pun masih bisa hidup berkecukupan. Kamu mengerti bukan?"

*

"Nyonya Arindi," teriak Pak Kodir sang penjaga gerbang dengan panik.

Arindi yang tengah menyapu lantai, meninggalkan pekerjaan itu begitu saja. Tidak biasanya Pak Kodir akan berteriak dengan panik seperti itu.

"Ada Bapak Kapolda yang ingin bertemu," ucapnya sembari mengatur nafas yang tampak ngos-ngosan.

Arindi memicingkan mata. Ah ia merasa tidak pernah mengenal orang-orang berpangkat seperti itu.

"Suruh dia masuk saja, Pak," perintahnya.

Suara sirine tampak bersahutan mengiringi iring-iringan mobil dinas itu. Seseorang pria yang gagah keluar dari mobil polisi itu.

Arindi mendengkus kesal.

"Aku rasa kamu tidak pantas untuk datang kesini...

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Комментарии (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
istri konglomerat tapi g punya pembantu. kurang jauh main mu thor. terlalu lebay drama dlm cerita mu
ПРОСМОТР ВСЕХ КОММЕНТАРИЕВ

Latest chapter

  • Aibku Ditukar Dengan Madu   62. END

    Naina hanya melengos mendengar alasan Arindi. Saat para pelayat satu persatu saat sudah pulang. Datanglah seorang tamu berpakaian rapi.Semula mereka mengira bahwa laki laki itu adalah teman atau klien Arfaaz. Ternyata laki laki itu memperkenalkan diri sebagai pengacara."Saya pengacara dari Pak Arfaaz, ingin menyampaikan amanah. Bahwa beliau mempunyai tabungan yang ia amanahkan kepada istrinya jika meninggal."Naina kaget. Namun dalam hati tentu ia bernafas lega. Ia kira ia akan hidup miskin setelah ditinggal mati Arfaaz dan perusahaannya terancam bangkrut. Namun rupanya suami pelitnya itu menyiapkan tabungan untuk mereka. Pengacara tersebut menyerahkan masing masing satu buku tabungan. Saat Arindi menerima buku tabungan itu, ekor mata Naina sempat meliriknya. Jumlahnya Wow cukup fantastis.Dan saat tiba gilirannya. Jumlahnya sangat berbeda jauh dengan yang di terima Arindi."Loh Pak. Kok jumlahnya tidak sama?""Iya Bu. Dikarenakan pernikahan Mbak Arindi dan Mas Arfaaz sudah berjala

  • Aibku Ditukar Dengan Madu   61. JATUH TERTIMPA TANGGA PULA

    Naina masih gemetar "Mbak Arindi," teriaknya. Suaranya bahkan hampir tercekat."Mbak," panggilnya sekali lagi sedikit keras.Arindi mendekat."Ada apa?""Mas Arfaaz kecelakaan. Dan dia meninggal.""Hah, serius kamu?""Aku Baru saja dapat telefon dari kepolisian. Dan sekarang dibawa ke RS BAYANGKARA," Jawab Naina..Arindi sebenarnya ingin menangis, meraung, menjerit saat itu. Tapi itu bukan solusi di saat genting. Ia segera menyambar kunci mobil."Aku ikut Mbak," tanya Naina dengan panik. Ia masuk ke kamar dulu."Tidak usah pakai acara dandan segala. Ini darurat," bentak ArindiSaat itu Naina tak memilih berdebat. Kecuali menuruti."Ra, kamu pulang dulu ya. Aku Mau ke rumah sakit. Suamiku kecelakaan,""Oh iya Nan. Tidak apa apa."Sepeninggal Naina, Clara hanya menggeleng. Membayangkan apesnya menjadi Naina saat itu.Saat sampai di rumah sakit, Arindi segera berlari di lorong rumah sakit. Tak perduli banyak pasang mata yang menatapnya."Sus, pasien kecelakaan atas nama Arfaaz dirawat d

  • Aibku Ditukar Dengan Madu   60. BERITA MENGEJUTKAN

    Clara mengusap wajahnya dengan kasar. Berarti memang apa yang dikatakan Naina saat itu adalah benar."Ya Tuhan, Man. Kamu kok tega sekali sih?" protes Clara."Tega? Maksut kamu? Aku tidak menyakitinya.""Kamu itu sebagai laki laki peka sedikit kenapa sih. Kamu tau jika Naina itu suka dengan kamu. Masih tidak mengerti. Selama ini kamu berusaha mendekatinya. Lalu untuk apa kalau Ki tidak suka?" tanya Clara lagi."Ya Jan sikapku ke Naina ya sama seperti ke kamu Ra. Kita teman. Aku tidak pernah memberinya harapan lebih.""Tapi kalau dia berharap lebih bagaimana?""Ya dia yang salah.""Loh kok dia yang salah?" tanya Clara."Dia sudah bersuami. Kalaupun menjalin hubungan denganku, tujuannya untuk apa? Suatu hubungan itu harus ada tujuan yang jelas ke depannya seperti apa. Kalau aku dan Naina menikah itu adalah hal yang mustahil." jawab HermanAlis Clara bertaut."Kenapa mustahil? Kalian tidak ada ikatan darah. Kalian juga satu agama. Toh Naina juga hanya menjadi istri kedua. Bisa lah menik

  • Aibku Ditukar Dengan Madu   59.MEMANG KENYATAAN

    Sesampai rumah juga Naina tak mengatakan apapun. Meskipun ia begitu kesal dengan Herman. Namun justru seperti Arfaaz yang terkena dampaknya."Nan, aku balik ke kantor ya," ucap Arfaaz.Naina hanya cemberut.'Mau balik ke kantor, mau balik ke alam kubur. Aku tidak perduli,' gumam Naina dalam hati.Namun saat Arfaaz hendak masuk ke dalam mobilnya, tiba-tiba ada sebuah taksi yang berhenti di depan rumah. Dan Arfaaz yakin dibalik taksi itu ada Arindi.Benar saja. Arindi turun bersama Keenandra. Dan laki laki itu mengurungkan niatnya untuk balik ke kantor."Rind," sapa Arfaaz."Iya.""Ada yang perlu aku bicarakan Rind.""Iya aku ingat Mas. Ada apa?"Langkah Arindi menuju teras. Dan Arfaaz mengekor di belakang."Kamu sedekat apa sih dengan Herman sekarang?" tanya Arfaaz.Arindi tertawa kecil."Dekat? Aku tidak dekat sedikit pun dengan dia. Ya kali sudah besuami dekat dengan laki laki lain," jawab Arindi dengan santai."Tapi lihatlah, bagaimana orang tuamu sekarang tidak menyukaiku Rind. It

  • Aibku Ditukar Dengan Madu   58. SIAP.MENDUKUNG

    Arfaaz tidak dapat berkata apa apa dengan penolakan Arindi tersebut. Ya memang karena nyatanya ada Naina yang sudah menunggunya di luar. Ia kenal Arindi menang berwatak tegas dan keras."Aku pesankan taksi untuk kamu ya nanti," tawar Arfaaz lagi.Arindi menggeleng pelan."Tidak usah Mas. Aku bisa pesan sendiri." jawab Arindi "Ya sudah. Kalau ada apa-apa, segera hubungi aku ya." pesan Arfaaz lagi.Arindi hanya mengangguk."Ada hal penting juga yang ingin aku sampaikan Rind. Tapi nanti saja menunggu di rumah," pesannya lagi.Arfaaz hanya menurut. Ia memilih segera berlalu dari situ. Bukan karena apa. Toh kehadirannya juga sudah tidak diharapkan oleh orang tua Arindi. Jadi untuk apa?Naina sudah ada di mobil. Hatinya kesal bukan main. Bukan karena direndahkan karena menjadi istri kedua oleh orang lain. Tetapi karena Herman menganggapnya mereka hanya teman biasa.Lalu apa artinya kedekatan mereka selama ini?"Lama sekali sih Mas." gerutu Naina."Sabar Nan. Aku juga harus pamit kepada ora

  • Aibku Ditukar Dengan Madu   57. BERBEDA

    "Bu," pekik Arindi sebagai bentuk rasa protesnya."Biarlah Arindi. Biar semua tau dan menilai. Bagaimana suamimu ini," jawab Bu Asih."Kasihan sekali sih Arindi. Padahal kamu cantik, pintar, hebat, sukses lagi, kenapa mau saja dimadu?" jawab Mama Herman."Tante, Bu, saya kesini tidak berharap mendapatkan komentar apapun. Mau bagaimanapun, mau seperti apapun kehidupan saya, tetapi tidak dapat menutup kenyataan bahwa memang Naina adalah istri saya." jawab Arfaaz dengan berani.Naina yang sudah kesal karena Herman. Kini harus mendapatkan kesal lebih dobel lagi. Ia memegang tangan Arfaaz. Menandakan ia tidak suka di sini. Herman pun hanya diam seribu bahasa.Naina tiba tiba keluar begitu saja."Nan," pekik Arfaaz. Naina juga tidak menggubris lagi. Namun Arfaaz juga tidak mengejarnya sama sekali. Ia tentu tidak enak hati dengan keluarga mertuanya.Naina kesal dan menunggu di ruang tunggu yang agak jauh dengan kamar perawatan sang mertua.. "Heran dengan Mas Arfaaz. Orang kok hobinya mencar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status