공유

Bab 344: Mual

작가: Duvessa
last update 최신 업데이트: 2025-10-21 02:19:54
Pagi ini, cahaya matahari menembus tirai tipis, menggurat lembut di seprai putih yang kusut.

Alvano membuka mata lebih dulu seperti biasa. Dia menatap Isvara yang masih terlelap di lengannya, lalu tanpa sadar tersenyum. Tangan satunya menyibak rambut yang jatuh di wajah istrinya.

“Hamil …,” gumam Alvano pelan, seolah masih ingin meyakinkan diri sendiri. Kata itu terasa ajaib di lidahnya. Dia menunduk, mencium kening Isvara lembut. “Terima kasih, Istriku. Kamu selalu kasih alasan buat aku pulang.”

Isvara bergumam pelan tanpa membuka mata, “Mas ngomong sama siapa?”

“Sama bidadari yang lagi tidur di pelukan aku.” Alvano terkekeh kecil setelahnya.

Isvara membuka mata setengah, matanya masih sayu tapi bibirnya tersenyum. “Bidadari yang suka ngigau?”

“Terserah. Aku tetap cinta,” jawab Alvano cepat, membuat Isvara tertawa kecil dan menepuk dadanya pelan.

“Mas, kita harus pulang. Anak-anak harus sekolah,” ucap Isvara akhirnya sambil duduk.

“Pulang,” ulang Alvano pelan, lalu memeluk Isvara dari
Duvessa

Sekarang giliran Mas Al yang mual ya :)

| 28
이 책을.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
잠긴 챕터

최신 챕터

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   For my readers

    Akhirnya, ya … kata ‘tamat’ benar-benar sampai juga di kisah Alvano dan Isvara.Nggak nyangka perjalanan mereka sejauh ini, dari rasa asing, pernikahan mendadak, luka, sampai akhirnya mereka belajar lagi tentang arti pulang dan cinta yang nggak selalu manis tapi tetap nyata.Aku nulis kisah ini sambil ikut jatuh cinta, ikut marah, ikut nangis bareng mereka.Dan jujur, nggak akan sampai di titik ini tanpa kalian yang sabar ngikutin tiap babnya, yang ngasih semangat, lempar teori-teori seru, bahkan yang ikut gemas kalau Alvano kebablasan atau kesel sama keras kepalanya Isvara.Kalian bukan cuma pembaca, tapi juga bagian dari perjalanan mereka.Maaf kalau selama nulis masih banyak kekurangan. Entah di alur, di penulisan, atau hal-hal kecil yang mungkin terlewat. Aku masih belajar, dan setiap komentar, tawa, dan emosi kalian jadi bahan belajar paling berharga buat aku.Semoga setelah ini, setiap kali kalian dengar nama Isvara dan Alvano, yang kalian ingat bukan cuma kisah cinta dua orang d

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Flashback

    Dua puluh lima tahun yang lalu.Lorong rumah sakit yang dingin. Lampu putih menyilaukan di atas kepala, suara roda ranjang dorong bergesekan di lantai, bercampur dengan bau antiseptik yang tajam.Di sudut lorong itu, seorang anak perempuan kecil duduk memeluk lututnya. Rok sekolahnya sobek, lututnya berdarah, tangannya gemetar.Isvara kecil menunduk, menahan isak. Dia baru saja jatuh ketika berlari menuju kantin, ingin membelikan teh untuk sang kakek yang sedang dirawat. Namun sekarang, tak ada yang tahu dia di sini. Sampai sepasang sepatu menghadapnya.Anak laki-laki sedikit lebih tua, rambutnya rapi, kemeja putihnya disetrika sempurna. Wajahnya bersih, tapi tatapannya tegas seperti orang dewasa kecil.“Ini buat nutup lukanya,” ucapnya pelan, sambil berjongkok dan mengeluarkan saputangan biru muda dari saku.Isvara tidak menjawab. Namun, anak itu tidak menyerah, dia menunduk, mengikatkan saputangan itu di lututnya, gerakannya hati-hati seperti takut menyakiti.“Udah, gini dulu. Nanti

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 350: Akhir Kisah

    Hari ini ulang tahun si kembar yang kedelapan. Namun, berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, rumah mereka tidak lagi dipenuhi balon, kue bertingkat, atau tawa tamu undangan. Tidak ada pesta besar, tidak ada dekorasi megah. Hanya pagi yang hangat, aroma roti panggang dari dapur, dan rencana kecil yang terasa jauh lebih bermakna.Isvara dan Alvano sepakat merayakannya dengan cara sederhana, yaitu mengunjungi panti asuhan yang selama ini rutin mereka bantu.Bukan untuk pamer kebahagiaan, bukan pula pamer kebaikan. Alvano hanya ingin anak-anaknya belajar satu hal yang tak bisa diajarkan di ruang kelas: rasa syukur.Di kursi belakang mobil, Avanil dan Avanira saling bersahutan menyanyikan lagu ulang tahun dengan versi mereka sendiri, sementara seorang bayi kecil berusia setahun duduk di pangkuan Isvara, yaitu Devantara, dengan pipi bulat dan rambut hitam tebal yang selalu berdiri di ubun-ubun.Sesekali Devantara menepuk-nepuk kursi depannya sambil berseru riang, “Daa-ddy!” membuat seluruh mob

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 349: Pemimpin Agung

    Devantara Lakshvara Narendra. Pemimpin agung yang berhati luhur, unggul dalam mencapai tujuan, dan membawa kejayaan bagi banyak orang.Nama itu sudah dipilih jauh sebelum hari ini, tapi baru terasa bermakna ketika tangisan pertama bayi itu pecah memenuhi ruang bersalin.Bayi laki-laki itu akhirnya lahir ke dunia pada pukul tiga dini hari, dalam pelukan hangat para perawat dan tatapan mata yang basah oleh air mata bahagia.Isvara masih terkulai lemah di ranjang rawat. Prosesnya memang melalui operasi sesar, tapi rasa sakit itu kalah jauh dibanding perasaan lega yang menggenang di dadanya saat mendengar tangisan anaknya sendiri untuk pertama kali.Di sisi lain ruangan, Alvano berdiri di dekat inkubator, ditemani si kembar yang masih memakai piyama. Keduanya tampak terpukau, menatap makhluk kecil yang baru beberapa jam hadir ke dunia mereka.“Lucu banget,” puji Avanira sambil menatap adiknya dari balik kaca. Tangannya sudah terangkat, ingin menyentuh.“Hei, jangan sembarangan pegang,” teg

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 348: Mangga Muda

    Jam hampir menunjukkan pukul dua belas malam. Rumah sudah sunyi. Hanya satu lampu kamar yang masih menyala redup di sudut, menebar cahaya hangat di dinding.Isvara belum tidur. Dia menggeliat gelisah di tempat tidur, lalu duduk sambil memegangi perutnya yang kini memasuki minggu ke-lima belas.“Mas …,” panggilnya pelan.“Hm?” Dari sisi tempat tidur, terdengar suara bergumam setengah sadar. “Mas, aku mau mangga muda.”“Mangga?” Alvano masih separuh bermimpi. “Besok pagi aja, ya?”Isvara menggeleng, pelan tapi tegas. “Nggak mau. Maunya sekarang. Yang dari rumah Ibu. Yang masih di pohon belakang.”Mata Alvano langsung terbuka penuh. Dia menatap jam di nakas, lalu menatap istrinya yang duduk dengan ekspresi serius, terlalu serius untuk urusan mangga.“Sekarang? Tengah malam gini?” tanya Alvano memastikan.“Iya,” jawab Isvara ringan, seolah hal itu masuk akal sepenuhnya.“Ra, rumah Ibu itu tiga puluh menit dari sini.”“Tapi mangga yang di rumah Ibu rasanya beda, Mas,” rengek Isvara pelan s

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 347: Klarifikasi

    “Pak Alvano, saya bawa–”Suara Fajar langsung terputus. Wajahnya menegang, matanya membulat, dan tangannya masih menggenggam obat semprot serta perban. Untuk beberapa detik, tak ada yang bergerak, kecuali kelopak mata Fajar yang tampak ingin menutup sendiri.Isvara yang lebih dulu sadar langsung panik, menepuk-nepuk punggung Alvano. “Mas! Mas, cukup!”Alvano yang masih separuh menunduk, hanya bergumam pelan. “Kenapa, Cantik?”“Mas …” Isvara hampir tak bersuara. “Ada Fajar.”“Pak Al …,” suara Fajar kini serak, antara kaget dan berusaha tetap profesional. “Saya … ini obatnya …”Barulah Alvano menoleh. Seketika wajahnya memucat sebelum beralih menjadi senyum paling canggung yang bisa dia keluarkan.“Taruh aja di meja,” kata Alvano santai, seolah tidak terjadi apa-apa barusan.“Baik, Pak,” sahut Fajar cepat. Dia menaruh obat di meja kerja, menunduk dalam-dalam, lalu melangkah mundur dengan kecepatan nyaris lari.Dan sebelum pintu menutup, sempat terdengar desis pelan dari luar, “Astaga, ma

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status