Share

Setelah 2 Tahun

Jam sudah menunjukan pukul 11 malam, seorang wanita dengan setia menunggu suaminya yang tak kunjung pulang. Berdiri sendiri di depan rumah, memeluk tubuhnya sendiri yang dingin karena malam ini hujan begitu deras.

"Apakah Jeno tidak pulang lagi? Padahal aku sudah mengirim pesan padanya sore tadi kalau hari ini jangan pulang terlambat," ucapnya sendiri, karena hujan begitu deras mengguyur bumi membuat suaranya yang lembut tengelam.

Rea menatap ke depan, tidak ada tanda-tanda suaminya akan pulang. Wanita itu menarik napas lemah dengan kecewa, lantas ia memutuskan untuk kembali ke dalam. Pintu ia tutup dan berjalan ke arah ruang makan, kue ulang tahun bentuk hati tersedia di atas meja dan tulisan Happy Anniversary yang ke dua. Terlihat jelas dari lilin yang berbentuk angka dua itu.

Rea duduk di kursi, kedua bola matanya sedih menatap kue ulang tahun yang sudah ia siapkan dari sore tadi. Dia adalah wanita dari keluarga Andara, cantik, manis dan manja. Namun, sejak ia menikah dengan Jeno hidupnya berubah. Rea bertekad akan menjadi wanita yang tidak manja juga serba bisa.

Rea belajar memasak, menjahit dan membersihkan rumah sendiri. Karena sejak ia diboyong ke keluarga Lee, rumah ini tidak ada pembantu rumah tangga satu pun, sehingga Rea harus mengerjakannya sendiri.

Meski begitu Rea selama ini mengerjakannya dengan senang hati, dia mencintai Jeno maka apa pun yang pria itu inginkan dia akan berusaha melakukannya meski di luar batas kemampuannya.

"Aku tidak mempekerjakan satu orang pembantu pun untuk mengurus rumah ini, aku harap kamu mau mengerjakannya sendiri."

Itulah kalimat yang Jeno katakan saat pertama kali Rea datang ke rumah ini, Rea tanpa berpikir ragu langsung mengangguk dengan senyum manis di wajahnya seperti biasa.

Rea kemudian menoleh pada ponselnya yang tergeletak di dekat loyang kue, meraihnya dan melihat pesan atau panggilan telefon dari suaminya, tapi ternyata tidak ada satu pun pesan atau panggilan untuknya. Wanita itu lantas meletakan ponselnya kembali dan menatap kue ulang tahun pernikahannya.

Dia sudah belajar membuat kue sejak satu setengah tahun yang lalu, dia ingin bisa merayakan setiap hari istimewa dengan kue buatannya sendiri, berharap orang yang memakannya akan merasakan cinta Rea di setiap gigitannya.

Namun, dengan keadaan saat ini, sepertinya Rea akan merayakan hari ulang tahun pernikahannya sendiri dan memakan kuenya juga sendiri.

Rea menarik napas, suara Isak terdengar, mengambil korek api dan menyalakan lilin, kedua telapak tangannya menyatu di depan dada dan dengan suara serak ia mengucapkan kalimat. "Selamat ulang tahun pernikahan yang kedua tahun, Sayang. Semoga kita selalu diberi panjang umur, panjang rezeki dan panjang jodoh." Rea meniup lilin ulang tahun dan setetes air mata jatuh membuat jejak lurus di pipi dan melewati sisi bibirnya yang tipis.

Meski begitu bibir itu terus mengulas senyum yang mampu menggerakkan hati pria mana pun untuk jatuh cinta padanya, tapi mengapa hanya Jeno saja yang tidak merasakan jatuh cinta untuknya? Apakah seburuk itu dirinya di mata Jeno?

Setiap tahun, di hari pernikahannya ini, Rea akan selalu mengenang peristiwa di mana ia dan Jeno pertama kalinya bertemu.

Seorang gadis kecil yang cantik dan anggun berjalan santai dengan tas warna pink di punggungnya. Dia gadis yang manis dan imut, wajahnya putih, halus dan lembut seperti salju. Rambutnya diikat satu di belakang kepala, dan jepit warna-warni menghiasinya.

Senyumnya semringah, dan mata jernih bulatnya selalu memperhatikan tulisan setiap kali ia melewati pintu ruang-ruang kelas. "Kelas enam," gumamnya dengan senyum lega.

Dia lalu mendekat pada ambang pintu dan mengetuk pintu. "Permisi, Mrs," ucapnya dengan senyum manis.

Seorang guru menoleh diikuti juga para murid yang berada di dalam. "Hallo, ayo silakan masuk!" titah Guru pada gadis manis itu.

Gadis itu mengangguk dan berjalan masuk lantas berdiri di dekat guru, dia tersenyum pada teman-teman di kelas itu, dan pandangannya berhenti pada anak laki-laki yang menarik perhatiannya.

"Hallo, Rea. Rea ini murid baru pindahan dari kota B. Ayo, Rea perkenalkan dirimu pada teman-teman barumu di sini," pinta Guru.

Rea dengan patuh mengangguk, dia menatap seluruh anak di kelas itu dengan senyum manis, saat melihat anak laki-laki yang begitu cuek membuat hati Rea tergelitik ingin menganggunya, karena anak laki-laki itu begitu acuh tak acuh, anak itu begitu fokus pada bukunya seakan kehadirannya di kelas tidak mengganggu konsentrasinya.

"Hallo, semua. Perkenalkan aku Rea Revalina Andara, senang berkenalan dengan kalian."

"Hallo juga, Rea. Senang berkenalan denganmu!" sahut mereka semua, kecuali dia, si anak laki-laki yang tampan itu. Wajahnya oriental, putih, tampan, sungguh sangat menarik perhatian Rea.

"Terima kasih," ucapnya manis.

"Oke, Rea. Sekarang kamu bisa memilih duduk di mana saja yang kamu mau," kata Guru mempersilakan.

Rea mengangguk dan tersenyum, gadis manis itu menatap dia si anak laki-laki yang cuek itu, dan menghampiri mejanya. "Hay, apakah kamu bisa pindah ke belakang? Aku mau duduk di sini," katanya dengan berani menyuruh teman sebangku anak itu untuk pindah tempat duduk.

Anak berkacamata itu mengangkat wajahnya menatap Rea yang tersenyum manis padanya, dia lalu mengangguk. "Baiklah, silakan," katanya seraya berdiri.

"Terima kasiiiihh," sahutnya manja dan imut dengan sedikit berjingkrak senang.

Mendengar hal itu membuat anak laki-laki di sebelahnya menatap Rea yang kini sudah duduk di sampingnya, Rea tersenyum manis padanya. "Hay, salam kenal, aku Rea." Gadis itu mengulurkan tangan menunggu disambut.

Anak laki-laki itu mengerutkan kening, menatap tangan Rea dan memalingkan wajahnya tak acuh. "Jeno," katanya datar.

Mendapati sikap dingin anak laki-laki yang ternyata bernama Jeno itu membuat bibir Rea mengerucut, tapi tak lama ia tersenyum lagi dan menarik tangan. "Senang berkenalan denganmu Jeno."

Tidak dijawab, Jeno memilih mengabaikan Rea yang duduk di sampingnya dan melanjutkan membaca buku, saat itu juga Guru meminta semua anak memperhatikan ke depan dan menyiapkan buku untuk mencatat.

Hari-hari terus bergulir, sejak adanya Rea di kelas Jeno keadaan ruangan pun tak pernah sepi. Rea anak yang mudah bergaul, dan sangat ceria. Sikap manjanya saja yang membuat orang lain sedikit kesal. Apalagi ketika berada di dekat Jeno.

Jeno adalah murid yang cerdas di kelas, itu sasaran empuk bagi Rea untuk mencontek jawaban. Jeno sampai merasa risi, tapi tak tega melaporkan gadis manis itu pada guru. Secara terpaksa ia pun hanya bisa pasrah hasil kerja kerasnya dicontek setiap hari oleh Rea, hingga dirinya merasa terbiasa.

Hari kelulusan pun tiba, Rea sangat sedih saat harus berpisah dengan Jeno. Anak laki-laki itu mengatakan, bahwa dia tidak akan cepat kembali ke Indonesia.

Meski begitu, Rea sudah berkata pada dirinya sendiri kalau dia sudah jatuh cinta dan bercita-cita ingin menikah dengan Jeno di suatu saat nanti.

Jeno memang tidak pernah mencintainya, tapi ia tidak menyangka kalau pria itu sungguh sangat batu. 2 Tahun lalu Rea masih berpikir kalau dalam waktu 1 Tahun ia akan bisa membuat pria itu jatuh cinta padanya, tapi sampai saat ini, usia pernikahannya sudah sampai tahun kedua, sikap Jeno tidak juga berubah.

Ternyata terlalu percaya diri itu menyakitkan!

Rea mengigit sedikit dari satu potong kue ke mulutnya sendiri, sama seperti setahun yang lalu, persis seperti ini. Hatinya miris, harapannya yang terus pupus membuatnya hampir menyerah untuk mencintai Jeno.

Namun, waktu 13 Tahun mencintai, tidak akan mudah untuk menghapusnya begitu saja, bukan?

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Ryan Hidayat
kerenn sekali suka banget bacanya
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Cinta membuat rea menjadi cewek bodoh
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status