Keesokan harinya, semua berjalan seperti biasa. Pagi berangkat bekerja meski harus mengurus Keynan terlebih dahulu dan pulang saat sore hari. Meskipun masih bersikap dingin namun Keynan sudah mau menjawab pertanyaan Weni. Sore ini Aris memenuhi janjinya, yaitu pulang ke rumah setelah berdinas di luar kota. Temtu saja kedatangan Aris disambut bahagia oleh Weni. Namun hanya Faridah yang merasa aneh dengan kedatangan Aris. Faridah merasa ada sesuatu yang disembunyikan Aris. Kedatangan Aris tiba-tiba membuat Faridah begitu membencinya meski tidak ada alasan yang mendukungnya. Meski pulanh dari alasan dinas, namun sama sekali tidak ada niatan untuk memanggil Keynan. Keynan seperti tidak dianggap keberadaannya. Makan malam bahkan Aris memesan dari luar. Namun yang menikmati hanya Aris dan Weni saja."Mungkin bulan depan, Mas akan dinas agak lama. Maklum, tuntutan pekerjaan."Mulut Weni seakan kaku mendengar perkataan dari mulut Aris. Ucapan yang paling dia benci yaitu jauh dari suaminya. W
Weni mencari tahu lokasi foto tersebut di ambil. Weni penasaran dengan niat seseorang yang mengirim foto itu kepadanya. Ada rasa ingin tahu untuk membuktikan foto yang dikirim nomor tidak dikenalnya.[Tolong siapa yang ada di foto itu, dan apa maksudmu!] Weni berharap ada titik terang yang membuatnya gelisah akhir-akhir ini.[Kau pasti sudah tahu sosok yang sengaja kuburamkan] balasan dari pengirim foto tersebut.[Beritahu aku lokasi klinik kandungan yang mereka datangi] Weni tidak tahan lagi harus berdiam diri mengabaikan rasa penasarannya.Tak berapa lama, sebuah alamat klinik kandungan terkirim ke nomer ponsel Weni. Weni berencana untuk mendatangi klinik tersebut setelah bekerja. Weni mencoba menghubungi Aris agak siang namun lagi-lagi nomor ponselnya tidak aktif.Sepulang kerja, Weni mendatangi lokasi klinik. Weni mendatangi bagian administrasi dan menanyakan nama pasien yang datang. Awalnya, pihak admin merahasiakan daftar pasien yang berkunjung, namun Weni memberikan alasan yang
Baru saja kaki hendak melangkah ke dalam rumah, Weni dikejutkan sebuah mobil masuk ke halaman rumahnya. Kedua mata Weni memanas melihat Aris keluar dari mobilnya bersama dengan wanita yang pernah dilihatnya yang tidak lain adalah Marisa."Halo, Mantan istriku!" Suara Aris terdengar meremehkan Weni."Mau apa kamu kemari!" Weni sungguh ingin menmpar mulut lelaki yang sudah membersamainya empat tahun."Hanya mau memastikan kabar kamu saja. Oh ya, kejutan semalam asik, bukan?" Kedua tangan Weni mengepal kuat. Faridah menepuk bahu Weni supaya tetap sabar."Dasar, kau pria brengsek!" Bukannya menjelaskan semua mengenai hutangnya, Aris malah tertawa di depa Weni dan Faridah. Ditatapnya Faridah, mantan Ibu mertuanya yang biasanya dia remehkan. Sampai saat ini pun Aris meremehkan keberadaan Faridah."Mantan Ibu mertua, aku harap anakmu bisa tahu diri. Setelah ini kalian berdua harus pergi dari kota ini. Aku sungguh jijik sekali jika salah satu di antara kalian menyapaku di jalan atau dimanapun
Keesokan harinya, Fatma beserta Ibu dan keponakannya bersiap kembali ke kampung. Meski berat, namun Faridah harus pulang daripada menjadi orang yang paling bersalah. Terlihat Weni pagi-pagi menikmati sarapan tanpa memanggil Ibu dan juga adiknya."Oh, kalian pulang sekarang? Bagus deh!" Fatma gemas sekali dengan ucapan kakaknya."Iya, sepertinya lebih baik ibu pulang," jawab Faridah."Seharusnya begitu, karena ibu dari kampung membuat Weni jadi begini! Semua ini karena aku punya orang tua dari kampung!" Fatma menggenggam tangan Faridah supaya tetap sabar menghadapi Weni. Tidak ada ucapan selamat tinggal kepada Keynan sekalipun. Keynan kemarin yang sudah siap membuka hati untuk memaafkan Ibunya, kini lenyap sudah rasa sayang untuk Ibunya.Mereka berempat kini berdiri di depan halaman rumah Weni menunggu angkutan yang akan membawanya ke terminal terdekat. Ridho mengendarai motor bebeknya sedangkan mereka bertiga menggunakan bus antar kota. Sesekali Faridah terlihat mengusap air mata. Uca
Berita beredar video pengakuan Weni ternyata sudah menyebar di kampung asalnya. Faridah dan Fatma yang baru sampai pun, kini harus mendapatkan tatapan iba atas video Weni. "Bu Faridah, bagaimana si Weni? Kenapa bisa sampai begitu?" Faridah dan Fatma saling berpandangan. Kedua tidak tahu soal yang dibicarakan salah satu tetangganya yang bernama Bu Leha."Maksudnya bagaimana, Bu Leha?" Fatma bertanya balik kepada tetangganya tersebut."Fatma dan Bu Faridah belum tahu video viralnya si Weni?" Keduanya hanya menggeleng pelan. Benar-benar tidak tahu dengan video yang dipertanyakan."Video apa?" Leha menunjukkan video Weni yang sudah menyebar. Dada Faridah bergemuruh melihat video tersebut. Faridah sangat menyayangkan sikap Weni yang terlalu gegabah mengambil tindakan.Fatma segera membawa masuk Ibunya ke dalam rumah. Diraihnya gelas dan diisi air untuk Faridah. Fatma merasa kasihan kepada Faridah yang menjadi kepikiran tentang Weni."Bu, minumlah dulu!" Faridah meminum air hingga habis. K
Hari ini pertunangan benar-benar digelar di kediaman keluarga Marisa. Acara hanya dihadiri beberapa keluarga terdekat karena acara sangat tertutup apalagi dari media. Semua dilakukan karena beredarnya video viral yang dibuat oleh Weni. Penjagaanpun terbilang ketat, apalagi keluarga Marisa terbilang keluarga terpandang dan kaya.Weni sedari tadi di mobil memperhatikan situasi di depan rumah Marisa. Rumah mirip dengan istana yang berhasil membuat Aris tergila-gila pada Marisa."Rupanya kamu matre sekali, Mas!" Gumam Weni. Weni segera meninggalkan kediaman rumah Marisa. Kini tinggal seseorang yang diajak kerja sama oleh Weni dan menyusup diam-diam ke dalam kediaman keluarga Marisa.DuarSeketika terjadi ledakan di meteran listrik kediaman rumah Marisa hingga semua aliran listrik terputus dan gelap. Acara terganggu karena mendadak gelap. Terlihat asap tebal keluar dari meteran listrik membuat salah satu asisten rumah tangga ikut panik."Pak, meteran listrik terbakar!" Aris dan juga Marisa
Pagi-pagi Weni dikejutkan dengan keberadaan Aris di ruang kerja Weni. Raut wajah terlihat tidak menyenangkan sama sekali melihat keberadaan Weni."Kamu ngapain kemari?" Weni begitu gugup dengan tatapan Aris kepadanya. Aris berjalan mendekati Weni sedangkan Weni mundur beberapa langkah ke belakang hingga menyentuh dinding."Aku hanya ingin memperingatkanmu, Mantan istriku!" Aris hendak membelai rambut Weni namun segera ditepisnya. "Kita sudah tidak ada hubungan apa lagi, jadi keluar dari ruanganku!" Kata Weni dengan nada memberi tekanan kepada Aris."Tapi urusan kita belum selesai, Mantan istriku. Aku tahu jika kejadian saat pertunangan itu kamu adalah dalangnya."Weni terkejut dengan tebakan Aris. Namun, Weni berusaha tetap tenang meski dugaan Aris adalah benar. Dirinya adalah dalang di balik kejadian saat prosesi pertunangan Aris dengan Marisa."Apa karena aku mantan istrimu, sehingga kamu menuduhku telah merusak hari kebahagiaanmu? Apakah kamu pernah memberitahu kapan waktu pertuna
Ridho turut prihatin dengan sikap yang dimiliki Weni. Kakak iparnya begitu tega memperlakukan Ibu mertuanya seperti bukan seorang Ibu. Berkali-kali menyakiti Ibunya tanpa berpikir tang akan terjadi padanya nanti."Paman, Keynan boleh, kan tinggal disini?" Ridho tersenyum dan menggendong Keynan. "Paman akan selalu mengijinkan Keynan tinggal bersama Paman!" Faridah tersentuh melihat kedekatan Ridho dengan Keynan. Begitu juga dengan Fatma lebih mirip Ibu pengganti untuk Keynan.Faridah merapikan beberapa lembar pakaiannya ke dalam lemari yang berbahan dasar plastik. Hanya ini yang bisa Fatma lakukan, membeli lemari dari kayu juga uangnya tidak cukup. Fatma kembali sibuk dengan bolu pisang pesanan tetangga yang sedang ada hajatan. Faridah sadar diri sehingga turun tangan membantu pekerjaan Fatma."Ibu, tidak perlu begini! Fatma bisa mengerjakan semuanya!" Fatma memegang tangan Faridah supaya menghentikan pekerjaanya membantu Fatma."Ibu tidak mau berpangku tangan disaat kamu sibuk, Nak!