Share

Dokumen penting

Author: Pipit Aisyafa
last update Last Updated: 2022-11-25 15:37:53

Kubuka pintu kamar ayah. Dia tengah terlelap dalam mimpi. Ayah terkena stroke sudah tiga tahun lamanya. Dia hanya bisa berbaring, bahkan untuk bicara saja aku harus memanggil ahli tercemah karena dia sering mengatakan hanya dengan sandi mata.

"Ayah!" Panggilku pelan. Kucium tangannya lembut. Ia membuka mata dan sedikit dapat kulihat ia tersenyum.

Ingin aku tanyakan tentang apa yang tadi di ucapkan oleh Linda, tapi sepertinya ini bukan saat yang tepat. Terlebih tak ada Reno--penerjemah ayah-- dia sedang izin ada acara keluarga.

"Ayah tetap sehat ya, Afi akan meneruskan perjuangan ayah yang masih panjang. Afi janji tak akan ada yang bisa merebut apapun, apa yang telah ayah raih dengan meringat dan darahmu." Aku berkata dengan pelan. Namun, aku menangkap bola mata ayah yang berkaca-kaca.

"Ayah tak perlu khawatir. Afi sudah tahu mana yang benar dan mana yang salah. Maafkan Afi yang terpaksa akan mengusir Linda keluar dari rumah ini. Afi rasa Kita sudah cukup berbaik hati pada mereka. Biar aku kembalikan Linda pada ibunya." Ayah mengedipkan mata pertanda setuju.

®®®

"Sih, panggilkan security! Aku ingin mengusir Linda sekarang juga!"

"Baik, Bu!"

Asih segera keluar dan tak lama kembali dengan security.

"Suruh Linda keluar dari rumah ini sekarang juga!" 

"Siap!" 

Security langsung naik keatas. Mengetuk pintu kamar Linda yang terdengar sampai kesini. Linda turun namun belum membawa kopernya.

"Kamu ngusir aku, Mbak?" tanyanya. Seolah mengusir dia adalah hal yang bodoh.

"Iya, silahkan keluar dari rumah ini!"

"Tapi, Mbak ...."

"Kenapa? Kamu takut atau kamu sudah gengsi hidup dengan ibumu?" 

"Bukan itu, Mbak. Kalau kamu mengusirku, itu artinya Mbak takut berhadapan denganku." Decisnya.

"Takut? Tak ada rumus Afi takut menghadapi benalu macam kamu!" 

"Oh ... Baik, Mbak. Tapi aku akan tagih janji Om Indra. Dia pernah bilang jika aku punya hak atas apa yang dimiliki kamu sekarang. Mungkin termasuk rumah ini ataupun perusahaan?" Dia melirikku.

Aku langsung menatapnya. Dia seperti memang serakah. Menginginkan semuanya yang aku miliki.

Ternyata inilah maksud ayah yang langsung mengangkat aku menjadi CEO disaat aku di vonis lumpuh. Kupikir saat itu ayah hanya kasian padaku. Ternyata dibalik semua rahasia yang tidak diketahui banyak orang tentang penurunan pewaris perusahaan AFI Mandiri yang digelar secara tertutup. Bahkan saat itu Mas Wahyu saja tak tahu.

"Kita akan tahu semuanya nanti! Segera tinggalkan rumah ini secepatnya. Aku tak mau berlama-lama menghimpun manusia-manusia yang tak tahu terima kasih." Aku segera meninggalkan Linda, tak peduli lagi dengan rancauanya, kata-kata ancaman ataupun sumpah serapahnya.

"Hallo, Bang Tigor, bisa minta tolong!" Aku telfon Bang Tigor. Dia termasuk orang kepercayaan Ayah.

"Iya, Neng Afi. Ada yang bisa Abang bantu?" tanyanya disebrang sana.

"Iya, Bang. Aku butuh bantuan untuk melihat semua dokumen yang pernah ayah berikan. Merinci dan kemudian menyalinnya. Aku ingin ini dilakukan secepatnya." 

"Baik, Neng. Segera akan Abang laksanakan."

Aku bernafas lega, setidaknya aku ingin mengetahui mana yang memang ada hak dari Linda. Atau apa yang di katakan Linda itu hanya sebuah kebohongan belaka.

"Asih, besok siapkan aku untuk pergi kekantor!" 

"Baik, Bu!"

Aku harus mengurus pemecatan Mas Wahyu segera. Karena pemecatan direktur utama tentu memiliki prosedur. Walau memang aku memegang kekuasaan penuh, tapi aku tetap harus menggunakan sesuai standar yang ada. Melalui berbagai proses dan mekanisme.

@@@

Suasana kantor terlihat lengang. Ini kali pertama setelah satu tahun. Baru hari ini aku menginjakan kakiku pada perusahaan yang terpampang besar namaku diatas sana.

Dengan didampingi Asih yang setia mendorong kursi roda. Banyak pasang mata yang menatapku sedikit aneh. Mungkin mereka yang belum tahu siapa aku sebenarnya.

Memasuki lifh menuju lantai tujuh. Sengaja aku ingin langsung menuju keruangan Mas Wahyu. Karena tadi dapat kabar jika dia masih masuk kantor.

"Aku direktur utama disini! Tak ada yang lebih berwenang. Sedangkan CEO-nya istriku sendiri!" Aku mendengar percakapan atau lebih tepatnya berdebat Mas Wahyu. Pasti dia menolak untuk pergi.

"Tapi, Pak. Ini perintah dari CEO sendiri. Anda harus keluar hari ini juga!" Suara Pak Samsul terdengar.

"Persetan! Jangan mengada-ada, kamu cuma iri kan?" Kali ini suara Mas Wahyu sedikit melunak. Aku sengaja tak langsung masuk. Mendengarkan apa yang sedang Mas Wahyu agungkan.

"Ngga ada yang iri, memang aku sendiri yang memerintahnya!" 

Mas Wahyu menoleh dengan wajah pucat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku Lumpuh Kau Selingkuh   Akhir Bahagia

    "Soal Faizal ....""Aku siap kok, Om. Jika disuruh nikah sama dia sebagai syarat untuk mendapatkan perusahaan. Lagian aku sudah tahu jika Faizal itu laki-laki salehah. Itu yang penting, agar bisa membimbing kita sebagai istri kejalan yang benar." Ucapan Linda tentu membuat hatiku berdenyut nyeri. Rasa apa ini hingga aku seperti tak ikhlas mendengar apa yang baru disampaikan oleh Linda. Aku memajukan bibir.Ayah tersenyum. Apa benar ayah akan melakukan itu. Ia tak berkata namun mendekat pada kami berdua."Masalah yang satu ini kan berhubungan dengan perasaan Faizal. Jadi semuanya aku serahkan Padanya. Datanglah kekantor esok hari dan kamu akan mendengar keputusannya." Ayah berkata dengan tegas. Sambil melihat kearah aku dan juga Linda.Setelah kepergian Linda yang tadi sudah janji akan datang kekantor esok hari. Aku memasang wajah cemberut didepan Ayah."Kamu kenapa? Kok mukanya ditekuk gitu?" Ayah mendekat padaku."Ayah itu punya prinsip ngga sih? Pertama di jodohkan dengan Linda, ke

  • Aku Lumpuh Kau Selingkuh   Rasa Malu

    Aku tersenyum senang saat Faizal keluar dengan wajah sedikit bingung. Dia tentu kaget karena aku tak memberitahukan terlebih dahulu.Aku melihat dari CCTV yang sudah kupasang di ruang staf HDR. Kulihat Pak Samsul tengah menjelaskan apa yang harus dia kerjakan. Dengan segsama Faizal serius menyimak. Ayah memang tak salah memilih dia menjadi seperti sekarang."Eheem!" Asih yang berada diruanganku berdehem."Asih! Kapan kamu datang? Ngga ketok pintu dulu lagi!" Aku otomatis langsung menutup laptop. Tentu takut ketahuan jika aku tengah mengawasi Faizal."Kenapa di tutup? Lagi lihat film dewasalah?" ocehnya. Aku mendelik padanya."Emangnya otakku semesum itu!" gerutuku. "Ngomong-ngomong ada apa kamu nyusul?" Dia tak langsung menjawab. Justru menjatuhkan bobot pada sofa di samping ruangan."Aku cuma mau mengabari tentang Linda. Dia tinggal di kontrakan kecil di daerah Lebak bulus." ungkapnya.Aku mengangguk. "Apa kamu dapat nomor telfonnya?""Tentu, Asih kalau cari tahu ngga akan setengah-

  • Aku Lumpuh Kau Selingkuh   Kesungguhan

    Benarkah?Ayah menceritakan bagaimana dulu membiayai sekolah Faizal. Dari masuk ponpes hingga jadi hafidz dan kuliah yang memang ayah memilih jurusan sesuai yang dibutuhkan untuk mengelola pekerjaan."Tapi, Faizal pernah bilang jika dia hanya lulusan SMA hingga ia akhirnya hanya bisa bekerja sebagai OB. Dia bilang Ayah menawari kerjaan yang lebih layak karena kegigihnya." Aku mengingat itu, saat pertama masuk kekantor."Iya begitulah. Dia selalu tak mau menunjukan sekolah tingginya. Dia bilang masih tak pantas dirinya menerima gelar itu. Dia percaya jika nasib akan merubahnya tanpa harus menunjukan apa yang dia sendiri merasa begitu beruntung." Ayah menjelaskan. Aku hanya mengangguk. Faizal memang laki-laki yang selalu bersikap rendah hati tapi ....Sebenarnya dulu memang ayah menginginkan dia untuk kamu, tapi tentu ayah tahu jika kamu sudah menentukan pilihannya pada laki-laki yang bernama Wahyu. Ayah hanya ingin kebahagiaanmu."Terus bagaimana ayah menjodohkan dia dengan Linda? Bahk

  • Aku Lumpuh Kau Selingkuh   Kesembuhan ayah

    "Eh, Bu Bos!" Faizal langsung menurunkan ponselnya. Aku tak tahu sudah di matikan atau belum."Siapa yang sedang kamu telfon?" tanyaku langsung tanpa basa-basi. Tentu aku tak mau kecolongan lagi. Sudah terlalu banyak kecolongan oleh Linda dan Mas Wahyu. Aku tak mau kecolongan dari orang lain. Apalagi dia bukan siapa-siapa."Bukan siapa-siapa kok, Bu Bos. Hanya teman biasa. Biasalah, bisnis kecil-kecilan." Dia membuka saku dan akan memasukan ponselnya."Tunggu! Aku mau lihat siapa yang kamu telfon. Bisa berikan ponselmu?" Aku langsung mengarahkan tangan.Dia terlihat bingung. Namun kemudian menarik tangannya."Sepertinya ada yang mulai cemburu, mungkin ia kira aku tak setia."Settt!Dia memang sekarang begitu PD! "Mana!" Aku kembali memajukan tangan."Kenapa si calon istriku ini? Cemburunya begitu amat sampai-sampai meminta ponselku. Duhh ... Tambah manis deh!" aku tahu, dia sedang membuat aku urung meminta ponselnya."Maaf, ya. Ini bukan urusan pribadi antara anda dan saya! Ini masal

  • Aku Lumpuh Kau Selingkuh   Sisi kebaikan

    PoV Faizal.Aku yatim sejak kecil. Saat itu, aku hanya mampu menangis melihat ku--Permadi-- terbujur kaku didepanku. Ibu tak kuasa menahan tangis terlebih saat itu, kami tak punya apapun untuk sekedar di makan."Bapak, pergi dulu. Siapa tahu dapat rejeki dan kita bisa beli makan. Setelah ini, Bapak pastikan hidup kalian tak akan kekurangan." Pamit Bapak saat itu. Ibu memelukku erat. Mengangguk dan melihat punggung Bapak Permadi sampai menghilang di lorong jalan.Namun, baru saja satu jam Bapak pergi, kami mendengar jika dia pergi untuk selamanya. Tentu, sakit dan kaget menyatu. "Permadi meninggal karena ditabrak sama mobil, Mbak! Sedangkan yang punya mobil juga meninggal karena tertabrak teronton." Tetangga mengabari. Aku sendiri bingung, bagaimana Bapak di tabrak dan yang menabrak ikut meninggal?Sampai akhirnya aku paham kronologinya. Tentu marah! Bagaimanapun dia telah membuat Bapak meninggal walau setimpal dia juga meninggal.Sebelum Bapak di kebumikan, ada beberapa orang yang da

  • Aku Lumpuh Kau Selingkuh   Kabar duka

    "Bang Tigor meninggal?" aku masih tak percaya. Karena pagi tadi juga kami masih komunikasi.Aku lemas. Bagaimanapun dia banyak membantu keluarga ini. Bahkan Ayah sudah mengagap dia seperti saudara sendiri."Kenapa, Bu?" tanya Asih yang melihat aku masih mematung di anak tangga.Bibirku bergetar. Ada rasa tak percaya akan semua hal ini."Bang Tigor, Sih. Dia di kabarkan meninggal baru saja." Akhirnya aku bisa mengucapkannya. Aku melangkah menuruni anak tangga. Segera menyuruh Asih untuk meminta sopir mengantarkan kerumah duka.Tiba di rumah Bang Tigor, suasana sudah ramai. Banyak pelayat yang tengah membaca Al Qur'an. Aku mendekat pada jenasah. Wajah yang telah ditutup oleh kain jarik, kusingkap sedikit. Air mata ini langsung luruh."Bang!" ucapku dengan sedikit isakan. Aku memilih mundur, takut jika air mata ini jatuh di atas jenazah. Ada raut bingung pada beberapa orang dengan kedatanganku. Tak terkecuali istri bang Tigor yang masih duduk lemas di samping Bang Tigor."Bang Tigor ora

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status