Share

Wanita Itu Lagi

"Jangan lupa, aku ayah mereka! Itu nggak bisa diubah sampai kapan pun."

"Bukan berarti Mas bisa mengatur mereka dengan cara memaksakan keinginan pribadi," geramku.

Mas Zaid sudah hendak membalas kembali, saat tiba-tiba ponselnya berbunyi. Nada deringnya suara bayi yang tertawa riang. Wajah laki-laki itu mendadak pasi, lalu menghindari tatapanku.

Perlahan ia melangkah agak menjauh. Mungkin enggan percakapannya di telepon terdengar olehku. Sepertinya Asih yang menelepon.

"Iya. Udah selesai, kok," ucapnya terdengar samar olehku. Matanya sekilas melirik ke arah Ziva dan Zelda yang kuajak masuk ke dalam rumah. Aku tak ingin Mas Zaid merasa ada yang menguping pembicaraannya.

"Ayah mau nginep di sini ya, Bun?" Ziva menatapku yang memangku Zelda. Kubelai pipi tembamnya.

"Ayah harus kembali ke Jakarta, Nak. Ada banyak pekerjaan yang belum diselesaikan."

Wajah Ziva langsung berubah masam. Maafkan Bunda, Nak. Kalian harus menanggung duka karena kesalahan orang tua. Tak lagi memiliki kasih sayan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status