Home / Rumah Tangga / Aku Tidak Mandul, Mas! / Aku Tidak Mandul, Mas! (2)

Share

Aku Tidak Mandul, Mas! (2)

Author: Jannah Zein
last update Last Updated: 2024-05-05 22:57:50

Bab 3

Tak terasa satu jam sudah berlalu dan ruangan ini akhirnya kembali bersih. Sania menyapu dan mengepelnya sekaligus bahkan hingga dua kali. Meski ukuran kamar ini tidak seluas kamar utama ataupun kamar tamu, tetapi setidaknya cukup nyaman untuk ditinggali. 

Sania sudah menyingkirkan barang-barang yang tidak terpakai. Dia membawanya ke halaman belakang. Beberapa barang memang sudah waktunya untuk dibuang, sementara beberapa barang lain Sania masukkan ke dalam kardus ukuran besar dan ditaruhnya di samping kamar mandi. Area itu memang tidak terpakai dan memang biasanya digunakan oleh bik Nah untuk menyimpan barang-barang yang sudah tidak digunakan lagi.

Tidak ada ranjang, hanya kasur berukuran sedang yang Sania gelar untuk alas tidurnya. Sungguh kontras sekali dengan kamar utama yang memiliki ranjang ukuran besar, bahkan hanya ada lemari pakaian berukuran kecil dan dulunya memang digunakan oleh pembantu untuk menaruh barang-barang pribadi.

"Benar-benar penampakanku seperti pembantu dan aku pun diperlakukan seperti pembantu." Sania berkaca di cermin dan melihat wajah dan tubuhnya yang kotor. Baju yang dikenakannya pun bukanlah baju baru yang seharusnya dipakai untuk melekatkan identitasnya sebagai nyonya rumah ini.

Tetap saja posisi tertinggi dimiliki oleh ibu mertuanya. Asih, wanita paruh baya itulah yang bertugas mengendalikan semua uang dan keputusan di rumah ini, sementara Sania hanya menerima begitu saja, bahkan Sania pun tidak berdaya saat Asih dan Nuri memintanya untuk menandatangani surat persetujuan jelang acara akad nikah itu.

"Bukan aku tidak berdaya untuk meminta cerai, tetapi aku memilih bertahan untuk membuktikan bahwa aku tidak mandul. Aku tidak mandul! Kalian harus tahu itu. Jika memang sampai saat ini aku belum bisa memberikan keturunan untuk kalian, bisa jadi anak dan adik kalianlah yang bermasalah. Lagi pula selama ini dia selalu menghindar jika aku ajak ke dokter. Aku bisa pastikan jika Mutia tidak akan pernah bisa menghasilkan keturunan. Mutia tidak akan pernah bisa hamil dan punya anak," gumam Sania dalam hati. Dia sangat menantikan momen itu, momen yang membuktikan praduganya selama ini. 

Randy lah yang bermasalah, bukan Sania!

Sania terlalu lelah berdebat dengan siapapun di rumah ini, jadi dia akan membuktikannya dengan cara bertahan di rumah ini.

"Suatu saat kalian akan tahu siapa sebenarnya anak dan adik yang kalian bangga-banggakan itu." Sania menghela nafas seraya menatap langit-langit kamar. Dia sudah membaringkan tubuhnya di kasur dan membiarkan pintu kamarnya terbuka begitu saja.

Tubuhnya begitu lelah, lelah tubuh dan juga jiwa. Perasaannya tercabik-cabik membayangkan setelah akad nikah ini suaminya pasti akan bercinta sepanjang hari dan malam dengan Mutia, sementara ia harus menyiapkan seluruh keperluan orang-orang di rumah ini termasuk Mutia.

Tetapi ah, bukannya mereka memang sudah bercinta? Ketika ia melewati ruang tamu dan akan masuk ke kamar utama untuk membereskan barang-barangnya, dia mendengar suara desahan dan rintihan erotis.

Seenak apa Mutia sebenarnya? Apakah milik Mutia lebih sempit dibandingkan milik Sania?

Pikiran Sania menjadi tak karuan. Bayangan adegan erotis itu berkelebat di benaknya.

"Sania!" Suara Nuri begitu mengejutkan. Sania merotasi bola matanya dengan malas dan tertegun menetap kehadiran Nuri yang berdiri tepat di depan pintu kamarnya.

"Jangan enak-enakan di kamar! Pekerjaanmu belum selesai. Lihat tuh, piring masih menumpuk di belakang. Kamu harus selesaikan pekerjaanmu!" Suara Nuri menggelegar, tapi setelah itu dia langsung berbalik dan pergi meninggalkan tempat itu.

Sania menghela nafas dan bangkit dari kasur, lalu berjalan keluar dari kamarnya. Ternyata piring-piring kotor itu masih menumpuk di sana, sama seperti saat ia tinggalkan demi membereskan barang-barangnya dari kamar utama.

"Kenapa tidak ada yang membantuku, padahal tumpukan piring kotor ini berasal dari acara tadi pagi?" keluh Sania. Terkadang dia merasa seperti seorang istri yang dizalimi. Sudah dimadu, harus pula membereskan sisa-sisa acara akad nikah suami dan istri keduanya.

Benar, dia memang sudah dizalimi oleh suami dan keluarga suaminya. Sania baru menyadari hal ini. Seisi rumah ini kompak memanfaatkan tenaganya tanpa peduli dengan perasaannya, serta lelah yang mendera tubuh lantaran seharian bekerja mengurus rumah ini.

Dia memang pembantu gratisan!

Air matanya berlinang sembari tangannya pelan-pelan mulai bekerja. Sania mencuci piring dan mengangkatnya ke tempat penirisan. 

"Setelah ini kamu masak ya. Kalau ada makanan sisa tadi pagi, kamu hangatkan." Lagi-lagi perintah Nuri. Entah sejak kapan wanita itu berada di dapur.

"Baiklah, Kak. Tapi aku harus masak apa?" tanya Sania. Dia membuka kulkas dan mengamati bahan-bahan yang ada di sana.

"Capcay sama gado-gado. Nanti untuk Mutia taugenya di dibanyakin ya, biar dia makin subur dan cepat hamil," pesan Nuri. 

Sania mengangguk dan segera mengambil bahan-bahan yang diperlukan. Capcay dan gado-gado adalah makanan yang sehat karena penuh dengan sayur. Sania nanti akan menambahkannya dengan telur dadar crispy.

***

"Makanan apaan ini?! Memangnya kamu pikir aku kelinci?!"sembur Mutia. Sepasang matanya melotot saat Sania menyodorkan sebuah piring berisi gado-gado yang penuh dengan tauge dan disiram dengan saus kacang.

"Mutia, Kak Nuri sendiri yang bilang kepadaku bahwa kamu harus memakan banyak tauge agar rahim kamu subur dan cepat hamil." Sania berusaha menjelaskan agar Mutia tidak marah. Sungguh dia hanya melaksanakan pesan Nuri.

Sania hapal betul selera Mutia. Mutia memang tidak menyukai sayur. Akan tetapi dia tetap membuatnya karena itu adalah pesan dari Nuri. soal Mutia yang komplain, itu bukan urusannya. Komplain saja dengan Nuri. Habis perkara! Begitu pikir Sania.

"Tapi aku mau makan friend chicken dan kentang goreng. Kamu tahu kan aku lebih suka makan itu. Kenapa nggak kamu sediakan sih?" keluh gadis itu. Mulutnya lantas mengerucut.

"Mutia, aku hanya menjalankan apa yang diinginkan oleh Kak Nuri. Kak Nuri mintanya makan malam kita ini capcay dan gado-gado. Jadi...."

"Aku tidak mau!" potong Mutia setengah menjerit. "Aku maunya friend chicken sama kentang goreng. Kalau makan nasi, bisa-bisa tubuhku jadi gendut dan Mas Randy nggak mencintaiku lagi."

Namun Sania hanya menggeleng. Dia menatap sang suami, berusaha memberi kode untuk membujuk Mutia yang tantrum seperti anak kecil.

Kejadian seperti ini bukan pertama kali di rumah ini. Mutia memang menyukai makanan cepat saji, sehingga Randy seringkali membelikannya makanan itu. 

Namun mulai sekarang, kebiasaan itu harus diubah, karena Mutia harus menjalani hidup yang lebih sehat. Dia harus mengkonsumsi makanan yang sehat, banyak sayur supaya dia cepat hamil.

Bukankah seperti itu yang diinginkan oleh semua orang?

Saking inginnya mendapatkan keturunan, suami dan keluarganya sampai mengorbankan dirinya, memaksanya untuk menandatangani surat persetujuan untuk dimadu.

Asih dan Nuri terlihat sedang berjalan menghampiri mereka. Sania undur dan memilih pergi ke dapur, karena dia sudah menyelesaikan pekerjaannya menata semua makanan di meja makan.

Biarkan saja Nuri dan Asih membujuk Mutia. Sania tidak akan peduli. Salah mereka sendiri yang memintanya untuk menyiapkan makanan itu. Meski akhirnya lamat-lamat terdengar suara Asih yang meminta Randy untuk memesan friend chicken dan kentang goreng lewat aplikasi pengantaran makanan instan.

"Rasain kalian," gumam Sania. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
kasih jus apel rasa sianiada lacur dan 0engkhianat
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Aku Tidak Mandul, Mas!   Aku Kangen, Sayang

    Bab 39"Mau ke toko kosmetik, Tante. Barusan kan aku beres-beres kamar. Nah, ternyata skincare ku nggak ada, hilang gitu. Nggak tahu tuh siapa yang ngambil." Sania menyebut tanpa tedeng aling-aling.Percuma juga beralasan ini itu, toh pada kenyataannya beberapa produk perawatan wajahnya hilang dan kemungkinan diambil oleh tante Wina."Kamu nuduh Tante yang udah ngambil skincare kamu?! Sok kegayaan pakai skincare segala. Percuma, Sania. Kamu pikir skincare murahan kamu itu bisa membuat kamu lebih cantik daripada Mutia?! Nggak ngaruh sama perhatian Randy sekarang pada Mutia, apalagi mereka akan segera punya anak!" balas perempuan paruh baya itu. Bicaranya sedikit ngegas, meski bagi perempuan paruh baya itu biasa saja.Namun Sania melihat gerak-gerik perempuan itu, yang refleks memegang tas tangannya lebih erat.Tak salah lagi, pasti Tante Wina pelakunya. Hanya saja dia malas untuk membuktikan dengan cara menggeledah tas milik perempuan itu.Lebih baik beli yang baru, habis perkara."Aku

  • Aku Tidak Mandul, Mas!   Kena Mental

    Bab 38"Kalau mau kalung juga, minta aja sama Mas Randy! Bilang sama dia, Tante! Aku nggak ikut-ikutan ya, karena bukan urusanku. Jadi jangan dilibatin aku. Apalagi sampai menyuruh aku untuk meminta kepada Mas Randy supaya membelikan kalung untuk Tante!" Perempuan itu menatap dua perempuan paruh baya itu bergantian."Ingat, yang menjadi istri kesayangan Mas Randy itu sekarang adalah Mutia. Kehadiranku udah nggak berarti bagi Mas Randy. Asal Tante tahu, sekarang aku bahkan sedang menimbang-nimbang untuk mengajukan perceraian!""Percaya diri sekali kamu, Sania. Mentang-mentang sekarang sudah punya tabungan sendiri, jadi berani minta cerai sama anakku begitu?!" dengus mama Asih. Dia masih memegang buku tabungan milik Sania. Sebenarnya dia iri karena Sania bisa mengumpulkan uang, bisa menabung, sementara dia tidak bisa. Memang, lebih dari separuh gaji Randy diberikan kepadanya, tetapi itu dialokasikan untuk memenuhi semua keperluan seisi rumah ini. "Ya jelas dong! Tapi sayangnya Mas Rand

  • Aku Tidak Mandul, Mas!   Jatuh Cinta

    Bab 37Perempuan itu hanya mengangguk. Tak ada tanggapan. Dia memilih cepat-cepat masuk ke dalam rumah.Tidak mungkin ia meladeni perempuan tetangga sebelah rumahnya. Dia tak bisa berbohong lagi. Kebohongan satu akan berujung pada kebohongan yang lain.Terlalu banyak dosanya. Pekerjaan pagi ini bisa di handle Aya dan Lia. Dia hanya kebagian membuat bumbu. Membuat bumbu memang pekerjaan yang harus ditangani sendiri, karena menyangkut rahasia dapurnya. Tidak ada orang yang bisa di percayai seratus persen, bukan?Setelah selesai membuat bumbu, Sania kembali ke kamarnya. Dia mulai menyusun bantal, melipat selimut, dan ya... Aroma Raka tertinggal di pembaringan ini. Dia mencium selimut itu, mencoba menghadirkan sosok Raka disini."Bagaimana mungkin aku bisa jatuh cinta pada adik iparku sendiri?" Sania mengerang lirih. "Kenapa aku bisa luluh padanya? Bagaimana kalau orang-orang tahu hubungan kami?" Sania mengenang sapaaan tetangganya barusan. Mungkin hari ini masih aman, tapi entahlah kal

  • Aku Tidak Mandul, Mas!   Sarapan Bersama

    Bab 36"Aya!" pekik Sania. Matanya seketika melotot.Ingin rasanya memarahi dua gadis itu, tapi dia tidak sanggup. Aya dan Lia, dua kakak beradik itu benar-benar menggemaskan dan sangat disayanginya, namun sekaligus menyebalkan jika sudah seperti ini."Tenang, Kak. Ayo tarik nafas dulu." Lia memeluk Sania dari belakang. Dia baru saja selesai mencuci piring. Tangannya yang basah ikut membuat lengan Sania juga basah."Kami sayang Kakak. Kami hanya punya Kakak, dan kami ingin Kakak bahagia bagaimanapun caranya. Jangan marahin Aya ya, Kak," lirih Lia. Sementara saudaranya hanya menunduk takut."Tapi akibatnya itu membuat Raka bisa bebas keluar masuk rumah ini. Itu kesalahanmu, Aya!""Memangnya kenapa kalau Kak Raka bebas keluar masuk ke rumah ini? Dia bukan pencuri loh.""Siapa bilang dia bukan pencuri? Dia itu mencuri sesuatu yang ada di sini, Aya." Sania menunjuk dadanya. Suaranya serak. "Kamu paham maksud Kakak?""Itu hal yang wajar, Kak. Aku melihat Kak Raka itu orangnya baik. Dia say

  • Aku Tidak Mandul, Mas!   Cinta Yang Terlarang

    Bab 35 "Raka... kenapa nekat datang malam-malam begini?!" Sania sangat terkejut. Dia baru saja keluar dari kamar, tetapi Raka sudah muncul di ruang tamu. Artinya, pria itu sudah membuka pintu rumah lebih dulu, padahal Sania memastikan pintu rumah sudah terkunci dengan benar. Pria itu melepaskan helm dan jaketnya, sehingga yang tersisa kini hanya kaus ketat yang mencetak tubuh kekarnya serta celana panjang yang pas membalut bagian bawah tubuh Raka. "Memang sudah niat, karena aku tahu kamu pasti akan menginap di rumah ini. Aku bahkan meminta Aya agar meletakkan kunci di luar rumah, di tempat yang sudah aku tentukan," ujarnya tanpa beban. "Aya?" Sania langsung ternganga. Sampai sejauh itu dua asisten rumah catering-annya ini mendukung hubungannya dengan Raka. Ya Tuhan, ini sudah tidak benar. Dia sudah menasehati dua gadis itu, bahwa perbuatannya dengan Raka bukan hal baik untuk di tiru. Memberikan kunci cadangan untuk Raka sama artinya dengan mengundang harimau masuk ke da

  • Aku Tidak Mandul, Mas!   Seperti Dunia Milik Berdua

    Bab 34"Cie cie... romantis amat. Seperti dunia milik berdua, yang lainnya pada ngontrak, seperti kami ini," celetukan Lia disertai tawa kecil Aya."Kalian...." Mata Sania seketika melotot. Refleks dia memukul lengan pria itu, lalu beberapa detik kemudian dia menunduk. Malu sekali rasanya. Seharusnya mata dua gadis itu tak perlu ternoda oleh adegan tak pantas.Menyesal sekali. Dia merasa sudah mencontohkan hal yang terbaik pada dua gadis itu."Tidak apa-apa. Aya dan Lia bisa dipercaya, kan?" ujar pria itu terdengar sangat santai sembari menunjuk dua gadis yang masih tetap asyik dengan pekerjaannya."Aman, Kak. Kita semua bisa dipercaya, asalkan bayarannya cocok....""Dasar mata duitan!" sembur Sania. Wanita itu merasa semakin malu, malu tak terkira. Dan sekali lagi dia mencubit lengan Raka yang tetap dengan ekspresinya seolah tanpa dosa.Kenapa pria itu sangat percaya diri?Sania benar-benar tidak habis pikir."Setiap orang butuh duit. Itu pengalaman kami saat masih di jalanan." Tawa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status