Aku Tidak Mandul, Mas!

Aku Tidak Mandul, Mas!

By:  Jannah Zein  Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
31Chapters
796views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Sania terpaksa harus merelakan suaminya menikah lagi dengan adik sepupunya, Mutia karena sudah lima tahun pernikahannya dengan Randi tidak dikaruniai seorang anakpun. Hatinya semakin pilu saat sebulan setelah pernikahan mereka, Mutia dinyatakan hamil. Segala hinaan dialamatkan kepadanya. Hinaan berasal dari ibu mertua, kakak ipar, adik madunya, bahkan dari ibu adik madunya. Namun suatu ketika, Sania berhasil membuktikan jika ia tidak mandul. Sania positif dinyatakan hamil setelah berkas perceraian mereka masuk ranah pengadilan agama. Apa yang terjadi pada kehidupan Sania setelah itu? Simak cerita selengkapnya ya, teman-teman...

View More
Aku Tidak Mandul, Mas! Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
31 Chapters
Dia Sudah Dimadu!
Bab 1"Cepat tanda tangan, Sania! Kita sudah tidak punya banyak waktu. Tuh lihat, penghulu sudah datang dan menunggu tanda tangan dari kamu," desak ibu mertuanya. Mata wanita paruh baya itu melotot. Ekspresi wajahnya demikian bengis.Sania menelan ludah menatap nanar lembaran kertas itu. Benda yang seharusnya tidak perlu berada di hadapannya, karena selamanya dia tidak akan menyetujui pernikahan kedua suaminya. Tak ada seorangpun wanita yang mau dimadu, apapun alasannya. Namun kenyataannya ia kalah suara. Sebesar apapun penolakannya, tetap saja pernikahan Randy dan Mutia harus terjadi. Dan kini tanda tangannya sedang dibutuhkan sebagai tanda persetujuannya sebagai istri pertama."Ayo cepat! Akad nikah akan segera dimulai," timpal Nuri. Dia malah mengambil pulpen dan meletakkannya ke telapak tangan Sania. "Kamu harus tanda tangan. Kalau kamu nggak mau tanda tangan, maka Kakak akan minta Randy untuk menceraikanmu sekarang juga!""Iya nih, jadi istri kok nggak berguna banget. Sudah ngg
Read more
Aku Tidak Mandul, Mas!
Bab 2"Ya, barang-barangmu! Kamu harus segera mengeluarkan barang-barangmu dari kamar utama, karena Mutia yang akan menempati kamar utama bersama dengan Randy," beritahu wanita paruh baya itu. Pemberitahuan yang bersifat sebuah perintah."Mutia? Bukannya selama ini dia menempati kamar tamu?" Sania mengerutkan kening, karena setahunya kamar tamu itulah yang dihias menjadi kamar pengantin, bukan kamar utama. Rumah ini cukup luas, dengan 5 buah kamar tidur. Satu kamar tidur utama, satu kamar tidur tamu dan dua kamar tidur yang biasa ditempati oleh ibu mertuanya dan Raka, anak paling bungsu di keluarga ini. Satunya lagi adalah kamar pembantu yang ukurannya lebih kecil dan terletak di belakang dekat dapur."Iya, memang. Tapi mulai besok, Mutia yang akan menempati kamar utama," sahut wanita paruh baya itu."Dan aku yang menempati kamar tamu, begitu, Ma? Jadi aku bertukar kamar tidur?" Sepasang mata beningnya menatap sang ibu mertua dengan dadanya yang terus berdebar.Sania berpikir kamar t
Read more
Aku Tidak Mandul, Mas! (2)
Bab 3Tak terasa satu jam sudah berlalu dan ruangan ini akhirnya kembali bersih. Sania menyapu dan mengepelnya sekaligus bahkan hingga dua kali. Meski ukuran kamar ini tidak seluas kamar utama ataupun kamar tamu, tetapi setidaknya cukup nyaman untuk ditinggali. Sania sudah menyingkirkan barang-barang yang tidak terpakai. Dia membawanya ke halaman belakang. Beberapa barang memang sudah waktunya untuk dibuang, sementara beberapa barang lain Sania masukkan ke dalam kardus ukuran besar dan ditaruhnya di samping kamar mandi. Area itu memang tidak terpakai dan memang biasanya digunakan oleh bik Nah untuk menyimpan barang-barang yang sudah tidak digunakan lagi.Tidak ada ranjang, hanya kasur berukuran sedang yang Sania gelar untuk alas tidurnya. Sungguh kontras sekali dengan kamar utama yang memiliki ranjang ukuran besar, bahkan hanya ada lemari pakaian berukuran kecil dan dulunya memang digunakan oleh pembantu untuk menaruh barang-barang pribadi."Benar-benar penampakanku seperti pembantu
Read more
Ditolong Adik Ipar
Bab 4Bukan hal yang mudah untuk membujuk Mutia, karena gadis yang sekarang tidak lagi menjadi gadis itu memang pilih-pilih makanan. Mutia memang tidak menyukai sayur, apalagi tauge yang dianggapnya memiliki bau yang tidak sedap, padahal Sania sudah merendamnya di air yang mendidih supaya bau yang tidak enak itu hilang.Jadi tauge yang dipakai untuk campuran gado-gado itu dalam kondisi yang masak, bukan mentah. Tapi tetap saja Mutia tidak menyukainya.Sania menghela nafas sembari tangannya terus bergerak untuk mencuci perkakas bekas ia memasak tadi. Malam ini juga semuanya harus beres. Sania paling tidak suka meninggalkan dapur dalam keadaan berantakan.Sekarang atau nanti, toh sama saja. Tetap saja dia yang harus membereskan ruangan ini. Tidak ada ceritanya Asih atau Nuri membantunya mengerjakan pekerjaan rumah.Setelah selesai menyapu lantai dapur, Sania pun duduk di lantai dengan posisi kaki berselonjor. Matanya kosong menatap sekeliling ruangan. Orang-orang masih saja berada di ru
Read more
Hanya Sebatas Itu
Bab 5"Maaf Sania, gado-gadonya sudah habis. Capcaynya pun tinggal sedikit, jadi capcaynya aku masak ulang pakai mie instan. Nggak apa-apa ya." Pria itu meringis sembari mengangkat piring berisi campuran mie instan dengan sisa capcay. Dia menyendok makanan itu dan menyuruh Sania untuk membuka mulut.Namun Sania menggeleng, malah berusaha meraih piring yang berada di tangan Raka, tapi seketika Raka menjauhkan piring dari jangkauan tangan Sania."Buka mulutmu ,Sania. Biar aku yang menyuapi kamu. Oke?" Ujung sendok itu masih saja berada tepat di bibir Sania yang membuat wanita itu terpaksa membuka mulut."Pintar." Raka tersenyum puas."Aku bisa makan sendiri, Raka. Kamu nggak perlu nyuapin aku. Aku bukan anak kecil," protes wanita itu. Lagi-lagi ia gagal merebut piring makan dari tangan Raka."Sesekali orang dewasa juga boleh bertingkah seperti anak kecil, lagi pula wajah kamu itu kan imut, kayak anak kecil, tahu...." "Raka...." Lantaran gemas, Sania mencubit lengan itu. Tapi tentu saja
Read more
Bangun Kesiangan
Bab 6"Tahu dari mana kamu jika Mas Randy yang mandul?" selidik Sania. Dia berpikir, mungkin ada rahasia keluarga ini yang belum diketahui olehnya, mengingat Randy selalu menghindar jika ia ajak untuk periksa ke dokter.Raka mendesah. Dia kembali menatap wanita itu. Tangannya terulur mengacak rambut Sania, lalu turun ke pipi. Raka mengusap kedua pipi wanita itu dengan lembut."Aku hanya menduga-duga, Sania. Kalian sudah lima tahun menikah dan aku percaya apa yang kamu bilang. Aku juga menemukan surat pemeriksaan dari dokter yang mengatakan kalau kamu subur. Dan jika kamu yang subur, bukankah berarti itu...." Raka menghentikan ocehannya saat telapak tangan Sania membungkam mulutnya. Dadanya seketika berdesir saat kulit telapak tangan itu bersentuhan dengan bibirnya. Namun dia berusaha menahan diri dan memilih mengabaikan perasaan itu.Antara iba dan cinta batasannya teramat tipis. Dan Raka berkomitmen untuk tetap dalam batasannya. Dia adalah adik ipar Sania dan misinya saat ini hanya u
Read more
Dia Suamiku, Bukan Hanya Suamimu!
Bab 7"Raka, please! Kamu nggak usah terlalu perhatian sama aku. Aku tidak ingin membuat masalah pagi ini." Sania merebut piring dari tangan Raka ketika pria itu berjalan menuju meja makan.Sania terpaksa melakukan ini, meskipun sebenarnya di hati merasa senang dengan sikap baik adik iparnya. Akan tetapi jika mengingat ucapan ibu mertuanya tadi malam, membuatnya nyalinya menjadi ciut."Membuat sarapan itu sudah menjadi tugasku. Dan bukankah aku sudah melakukan apa yang kamu minta? Aku sudah sarapan, Raka. Tenagaku sudah kuat. Kamu nggak usah segitunya khawatir. Oke?!" ucap Sania lagi.Pria itu mendengus kasar. Penolakan dan protes Sania sama sekali tidak menyurutkan niatnya untuk membantu Sania menyiapkan sarapan. Dia mengambil gelas dan sendok, lalu membawanya ke meja makan.Tak ada seorangpun di tempat itu, kecuali mereka berdua. Raka merasa itu sudah cukup aman. Dia bisa membantu Sania tanpa sepengetahuan orang-orang yang tinggal di rumah ini.Lagi pula, dia melakukannya tidak set
Read more
Menegakkan Harga Diri Sebagai Istri Pertama
Bab 8Ucapan Sania terdengar berapi-api, meski Sania sendiri sedikit heran dengan dirinya, kenapa ia begitu lancar mengucapkan kalimat seperti itu. Tetapi Sania merasa bersyukur karena ia sudah berhasil menguatkan mentalnya untuk melawan ketidakadilan yang sudah didapatkannya di keluarga ini."Silakan saja berpoligami, tetapi bersikaplah adil. Jika istri pertama hanya mendapatkan giliran sekali dalam seminggu, sementara istri kedua mendapatkan jatah enam hari dalam seminggu, apa itu adil namanya?" Lanjut Sania. Kali ini ucapannya tertuju kepada Randy, pria yang kini sudah selesai memakai celananya."Jika yang menjadi alasan adalah supaya cepat mendapatkan keturunan, apakah Mas Randy sudah memeriksakan kondisi rahim Mutia sebelum memutuskan menikahi wanita ini? Padahal apapun bisa terjadi, karena wanita yang terlihat cantik dan menggairahkan belum tentu subur dan bisa memberikan seorang keturunan." Sania lagi-lagi menandaskan. Setidaknya dia sudah bisa menyampaikan unek-uneknya dan mem
Read more
Bukan Akting
Bab 9Meski terkejut, tetapi Raka malah mengeratkan genggamannya pada Sania."Christie, kamu sudah balik dari Australia?" Raka berbasa-basi."Iya, baru kemarin." Tawa riang wanita muda itu terdengar seolah tanpa beban. Dia malah menarik kursi dan duduk menghadap Raka dan Sania."Barusan aku ingin mengunjungimu di apartemen, tetapi ternyata malah ketemu kamu di sini, bersama dengan wanita ini pula." Tatapan penuh selidik Christie tertuju pada Sania. "Ini siapa? Apakah dia asisten kamu di apartemen?" tanya Christie. Wanita ini rupanya awas juga dan langsung melihat dua kantong belanjaan berukuran besar yang teronggok di dekat tempat duduk kedua sejoli itu. Raka dan Sania duduk bersisian. Dan kini genggaman Raka terlepas. Tangannya naik ke atas, merangkul bahu Sania."Aku bukan pria manja yang untuk memenuhi kebutuhannya harus bergantung kepada asisten. Aku bisa mengurus apartemenku sendirian. Kamu sudah tahu soal itu, bukan?" Pria itu tersenyum manis. Sebelah tangannya mengusap lembut
Read more
Istri Yang Tak Dianggap
Bab 10Sakit, tapi luka ini tak berdarah. Bahkan luka ini kian menganga meski tak terlihat secara kasat mata. Tak tahan melihat ibu mertua dan suaminya memeluk Mutia, Sania langsung undur diri dan berlari ke dalam kamar.Sayup-sayup ia mendengar ucapan selamat dari ibu mertuanya dan kata-kata mesra sang suami, karena akhirnya apa yang diinginkan oleh keluarga ini terkabul. Mutia positif hamil sebulan setelah pernikahan itu."Kenapa semuanya jadi tak adil bagiku? Apa salahku? Kenapa Mutia bisa hamil? Kalau Mutia hamil, berarti Mas Randy tidak mandul, sementara hasil pemeriksaan dari dokter, aku pun juga subur. Lalu salahnya apa? Kenapa selama lima tahun menikah kami nggak diberi keturunan?" ratapnya pilu. Sania masuk ke dalam kamar dan merebahkan dirinya di kasur. Wanita muda itu berguling-guling di kasur sembari memeluk boneka panda miliknya. Boneka yang sengaja ia beli sebagai pengganti kehadiran Randy, karena Randy selalu saja mengutamakan Mutia ketimbang dirinya.Sebulan sudah b
Read more
DMCA.com Protection Status