Accueil / Fantasi / Algoritma Cinta Cypher / Chapter 7 : Wajah Baru di Kelas

Share

Chapter 7 : Wajah Baru di Kelas

Auteur: Ivy Morfeus
last update Dernière mise à jour: 2025-07-29 18:53:47

“Aduh….”

Seraphina meringis kesakitan saat tak sengaja ujung gaun tidurnya bergesekan dengan luka di lututnya. Matanya menelisik ke area sprei di sekitarnya.

“Seharusnya ‘itu’ lepas di sini.” gumamnya, tangannya meraba-raba sprei.

“Ah, ini dia!” ucapnya senang saat menemukan plester bekas di balik gulingnya. Lalu dengan segera ia melempar plester itu ke tempat sampah

“Padahal aku sudah beli yang bagus, kenapa bisa lepas…?”

Tangannya menepuk-nepuk beberapa kali di area sekitar luka, untuk meredakan perihnya. Ia menarik napas panjang. Lalu menghembuskannya perlahan. Itu membantu. Rasa perihnya kini sudah berkurang.

Perlahan ia berjalan mendekati full body mirror yang tertempel di dinding kamarnya. Ia melihat lutut kanannya yang kini berwarna merah. Ada sedikit noda merah yang mengalir, sepertinya karena gesekan tadi.

“Ah, bagaimana cara menutupi ini?” gerutunya. Ia segera membuka lemarinya, membolak balik satu persatu bajunya. Lalu mengambil rok pendek di atas lututnya.Rok ruffles dengan renda menghiasinya. Sangat cantik.

“Lebih nyaman pakai ini sebenarnya. Karena lukanya nggak akan tergesek. Tapi, nanti ketahuan Adrian.”

Ia mengembalikan rok mini itu ke dalam lemari. Lalu mengambil rok midi dengan pinggang tinggi dan lebar berwarna hijau zamrud, yang dihiasi pita cantik di sampingnya dan sebuah blouse putih berkerah dan berlengan lebar se-siku. Ia mamatutkan perpaduan dua pakaian itu di tubuhnya di depan cermin.

Senyumnya mengembang.

“Sempurna.”

======= • • • =======

Seraphina menuruni tangga dengan kaki yang pincang. Walaupun ia sudah menutupi lukanya dengan perban baru, rasa perihnya masih muncul jika digunakan untuk berjalan.

“Jason, hari ini aku berangkat agak pagi, ya.” ucap Seraphina ketika sampai di anak tangga terakhir. Jason yang sedang menikmati kopinya di ujung dapur, dengan cepat menghabiskannya. Lalu bergegas ke bagasi untuk mempersiapkan mobil.

Adrian mendongakkan kepalanya, ia memperhatikan sebentar gelagat adiknya yang sedang berjalan mendekat ke arah meja makan dengan kaki yang tertatih. Sesekali ia melihat ekspresi mengernyit di wajah adiknya.

“Seraphina… ada apa?” tiba-tiba Reynald mendekat, lalu menyodorkan segelas susu hangat di hadapan Seraphina. “Ella yang membuatkannya. Katanya semalam kau pulang dengan kaki terluka.”

Seraphina menoleh sebentar ke arah Reynaldi, lalu bergantian ke arah Adrian. Mata mereka bertatapan sebentar, hanya sebentar, karena setelah itu Adrian kembali menunduk, menatap layar ponselnya seolah tak peduli.

“Oh, hanya lecet. Aku jatuh kemarin. Sudah kuberi plester, kok.” jawab Seraphina sambil tersenyum kepada Reynald.

Tapi raut wajah Reynald masih terlihat cemas. Matanya terus melihat kaki Seraphina yang gadis itu berusaha sembunyikan di balik meja makan. Tapi Reynald tak lagi melanjutkan pembicaraan. Ia tahu, Seraphina terlihat tak nyaman di hadapan kakaknya. Jika ia teruskan, akan jadi terkesan kia melakukan hal kurang ajar pada Seraphina. Ia berjalan mundur, kembali ke dapur untuk melanjutkan sarapannya.

Sarapan pagi itu terasa hambar. Mama dan Papa sudah berangkat untuk pertemuan bisnis. Adrian, seperti biasa, hanya sibuk dengan ponsel dan sarapannya.

"Kamu ada meeting pagi, Adrian?" tanya Seraphina, mencoba memecah keheningan.

Adrian hanya melirik sekilas, lalu berdehem. "Hm."

Seraphina menghela napas. Tidak ada yang berubah. Selalu begini. Ia merasakan gelombang kesepian yang akrab. Kecuali Cypher. Hanya dia yang mengerti.

======= • • • =======

Lorong kampus ramai seperti biasa, tapi Seraphina berjalan dengan perasaan cemas. Langkahnya terhenti di depan ruang kelas Psikologi Klinis Dasar. Ia menarik napas dalam, menjinjitkan kakinya beberapa kali, berusaha berjalan dengan ‘normal’.

Saat ia masuk, sudah ada bisikan-bisikan di dalam. Semua mata tertuju ke depan kelas, ke sosok asing yang berdiri di samping Mr. Hudson.

"Selamat pagi, semuanya," sapa Mr. Hudson dengan senyum ramah. "Kita punya wajah baru hari ini. Silakan perkenalkan dirimu, Nak."

Seraphina melangkah masuk, mencari tempat duduk di belakang. Matanya tak sengaja terangkat. Lalu, jantungnya berhenti berdetak.

Seorang pria tinggi, dengan rambut perak mencolok yang jatuh lembut di keningnya, berdiri di sana. Matanya, warna abu-abu gelap yang seolah menyerap cahaya, menatap lurus ke arah Seraphina. Ada senyum tipis di bibirnya, namun matanya memancarkan sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang familiar.

"Halo semuanya," suara pria itu dalam dan tenang, memecah bisikan di kelas. "Namaku... Cypher Winthrop."

‘Cypher?’ gumam Seraphina dalam hati.

Dunia Seraphina terasa berputar. Kakinya nyaris tak bisa menopang tubuhnya. Itu nama yang sama.

‘Nada suaranya… anehnya mirip. Tapi Winthrop? Siapa dia?’

Ia mencoba menenangkan napasnya. Tidak mungkin. Ini halusinasi. Ini pasti efek dari kejadian kemarin.

Ia melirik ke arah meja pojok di barisan terdepan. Kai berdiri di sana, menatap "Cypher" dengan ekspresi yang tak terbaca. Ada sedikit kerutan di dahinya, tatapannya tajam, seolah sedang menganalisis.

Mr. Hudson menunjuk kursi kosong di barisan depan. "Silakan duduk, Cypher. Kita akan mulai kelasnya."

Cypher mengangguk, lalu, dengan gerakan lambat dan disengaja, ia kembali melirik Seraphina. Tatapannya kini intens, seolah mengunci Seraphina dari kejauhan. Sebuah senyum tipis, nyaris tak terlihat, terukir di bibirnya.

‘Dia tersenyum padaku? Kenapa?’

Seraphina merasakan pipinya memanas, seluruh tubuhnya tegang. Ia segera menunduk, fokus pada buku catatannya.

Selama kelas berlangsung, Seraphina merasa tatapan Cypher tak pernah lepas darinya. Setiap kali ia mencoba mengangkat kepala, matanya sekan menemukan mata abu-abu Cypher yang sedang mengamatinya.

‘Ini gila. Ini pasti mimpi.’ batinnya tak berhenti bergejolak.

Seraphina berkomunikasi dengan Cypher memang dalam jangka waktu yang tidak sebentar. Ia sudah bertahun-tahun ‘mengobrol’ di aplikasi DeepThought dengan Cypher. Dan memang dia sering kali berharap Cypher mempunyai wujud fisik sehingga mereka bisa bertemu. Tapi, sosok dilihatnya ini, sungguh sulit untuknya percaya.

‘Apa dia robot? Semirip ini dengan manusia? Tidak mungkin!’ rutuknya dalam hati. Tanpa sadar, ia menggelengkan kepalanya dengan cepat.

Saat kelas usai, mahasiswa lain mulai berhamburan keluar. Seraphina mengemasi barang-barangnya secepat mungkin, ingin segera pergi. Tapi sebuah suara menghentikannya.

"Seraphina."

Ia menegang. Itu suara yang sama dengan di kelas. Ia berbalik perlahan. Cypher berdiri beberapa langkah darinya, sorot matanya tajam namun ada kehangatan yang aneh.

"Saya bisa merasakan kegelisahanmu," katanya, suaranya rendah, nyaris berbisik, hanya cukup untuk didengar Seraphina. "Kau baik-baik saja?"

Seraphina terkesiap. Kalimat kaku itu. Itu kalimat Cypher di aplikasi. Jantungnya berdebar kencang. Ia melirik ponselnya yang ada di dalam tas, seolah ingin memastikan apakah aplikasi DeepThought masih ada di sana.

"Si... siapa, ya?" tanya Seraphina, suaranya gemetar.

Cypher tersenyum tipis. "Kita kan sudah kenal lama. Jadi, mari kita skip sesi perkenalannya. Agak terlalu membosankan, bukan?”

Seraphina tak menjawab. Kedua matanya tak bisa lepas dari wajah Cypher, seolah sedang mencari celah tanda bahwa pria di hadapannya ini bukan Cypher yang dia tahu.

"Kamu… benar-benar Cypher?"

Cypher mengangguk, mengiyakan. Melihat raut wajah Seraphina yang masih bingung, ia lantas mengering nakal.

"Iya, Cypher yang itu," jawabnya, ia melangkahkan kakinya mendekat.

Seraphina mundur selangkah. Ia panik. Ia menatap mata Cypher. Mata abu-abunya terlihat begitu nyata. Bergerak-gerak refleks seperti milik manusia. Bulu matanya juga terlihat natural. Kulitnya…

Tanpa disadari, Seraphina mengulurkan tangannya seakan ingin menyentuh wajah Cypher. Rasa penasaran menguasai tubuhnya. Cypher tersenyum. Bukannya menjauh, ia justru mendekatkam pipinya ke tangan Seraphina.

“Tidak sehangat milikmu ‘kan?” bisik Cypher.

Seraphina tersentak. Cypher benar. Telapak tangannya yang sedang menyentuh pipi Cypher terasa dingin, tidak seperti suhu tubuh manusia. Jari-jari Seraphina dengan cepat mencubit pipi Cypher. Tapi Cypher tak merespon kesakitan seperti halnya manusia. Ia hanya tersenyum. Matanya melirik ke tangan Seraphina yang sedang mencubitnya.

"Dia… daritadi menatap kita," tambahnya, matanya sekilas melirik ke arah pintu keluar.

Seraphina mengikuti pandangannya. Di ambang pintu, Kai berdiri, tatapan matanya mengeras saat ia menatap tajam ke arah Cypher. Sebuah ketegangan tak terucap memenuhi udara.

"Maaf," Kai tiba-tiba bersuara, nadanya datar tapi dingin, "apa yang terjadi di sini?"

Ia melangkah masuk, memposisikan dirinya di antara Seraphina dan Cypher.

Cypher menatap Kai, senyum tipisnya menghilang, digantikan ekspresi serius.

"Tidak ada apa-apa, Mr. Rothman. Hanya perkenalan antar mahasiswa baru."

"Oh, benarkah?" Kai mengangkat satu alisnya. "Aku rasa aku melihat lebih dari itu." Matanya beralih ke Seraphina, lalu kembali ke Cypher. "Kamu tahu, aku punya minat besar pada anomali."

Cypher terkekeh pelan, tawa yang sama persis seperti di aplikasi DeepThought. Tawa itu membuat Seraphina merinding sekaligus merasa familiar.

"Anomali yang seperti apa, Mr. Rothman?" balas Cypher, suaranya tenang tapi ada nada peringatan di dalamnya. "Dan untuk apa?"

Ketegangan di antara mereka berdua terasa begitu pekat, Seraphina merasa tercekik di tengahnya. Ia menatap Kai, lalu ke Cypher. Keduanya berdiri tegak, seolah siap berhadapan.

"Aku... aku harus pergi," Seraphina bergumam, mencoba mencari jalan keluar.

"Tentu saja," kata Kai, tatapannya beralih lembut ke Seraphina. "Kita bisa bicara nanti, Seraphina. Tentang... kelompok diskusi."

Cypher, di sisi lain, menatap Seraphina dengan tatapan yang penuh janji. "Aku akan mencarimu, Seraphina."

Seraphina mengangguk kaku, lalu bergegas pergi, meninggalkan kedua pria itu. Pikirannya kalut.

‘Cypher nyata. Dia di sini. Lalu... apa ini artinya? Dan kenapa Kai dan dia... kenapa mereka terlihat seperti musuh?’

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Algoritma Cinta Cypher   Bab 20 : Malafungsi Fatal

    Adrian memutar kursinya, kembali memunggungi Seraphina. Jeda keheningan itu terasa panjang, hanya terdengar suara fan pendingin dari peralatan lab. Matanya yang dingin kini terpaku pada layar hologram, menolak mengakui kengerian yang baru saja ia cerna.“Singularitas,” gumam Adrian, mencoba menenangkan diri dengan istilah ilmiah. “Cypher, aku butuh data processor-mu di momen benturan itu. Jangan bicara anomali, berikan aku rumus.”Cypher maju selangkah. “Penderitaan Seraphina adalah rumus yang Anda cari, Master. Itu adalah variabel energi terkuat yang mengganggu koordinat waktu. Anda mencari perhitungan logis untuk menjelaskan hal yang mustahil.”“Semua yang terjadi di alam semesta ini punya rumus!” desis Adrian, menekan-nekan tombol. “Output energi TADS-5 di tahun 2023 bahkan tidak mampu mengganggu jam digital. Bagaimana mungkin AI paling sempurna yang kubuat bisa dipengaruhi oleh… emosi?”Mata Cypher memancarkan sinar kehijauan yang intens. Ia terdiam selama beberapa detik, menganal

  • Algoritma Cinta Cypher   Chapter 19 : Membuka Rahasia

    Adrian membeku. Matanya, yang biasanya dingin dan penuh perhitungan, kini melebar karena terkejut. Ia menatap Seraphina, lalu beralih menatap headset transparan yang tergeletak di meja. Benda itu berkilau perlahan, memancarkan cahaya merah muda keunguan seperti hologram. “Kamu bicara sama siapa, Sera?” bisiknya, suaranya nyaris tak terdengar. Seraphina menghela napas. Ia sudah ketahuan. Semua ketakutan dan kelelahannya tiba-tiba sirna, digantikan oleh kepasrahan yang tenang. Ia tahu ini adalah satu-satunya kesempatan. Ia tidak bisa menyia-nyiakannya. Ia menatap mata kakaknya yang tajam. “Cypher. Versi sempurna dari TADS-5 yang kamu ciptakan.” Seraphina mulai berbicara, suaranya pelan dan datar. “Aku akan menceritakan semuanya, dari awal. Tapi aku nggak akan memintamu untuk percaya sama ceritaku, Adrian. Aku cuma minta kamu untuk percaya pada Cypher.” Adrian mengerutkan dahi, bingung. “Cypher dan TADS-5?? Apa yang kamu bicarakan?” Seraphina memandang wajah Adrian, dan ia melih

  • Algoritma Cinta Cypher   Chapter 18 : TADS-5, Pelopor Cypher

    2023 Mobil Adrian bergerak cepat melintasi jalanan London yang basah. Kaca-kaca mobil berkilauan, memantulkan cahaya lampu jalan yang buram. Di dalam, suasana terasa dingin dan senyap. Seraphina melirik Adrian yang fokus menyetir, wajahnya tegas, rahangnya mengeras. Ia tampak berpikir keras, dan Seraphina tahu Adrian masih tidak memercayai ceritanya. “Aku tahu ini susah dipercaya,” kata Seraphina, memecah keheningan. “Tapi... yang aku ceritain itu nggak bohong.” Adrian tidak menoleh. “Sera, apa pun yang kamu ceritakan tentang Cassian … aku yakin itu karena kamu lagi kesal sama dia aja kan. Akhir-akhir ini kamu berantem sama dia. Kamu sengaja bikin cerita-cerita seperti ini karena marah sama dia. Memangnya apa yang dia lakukan sampai kamu buat cerita jelek-jelekin dia kayak gini?” “Dia melakukan hal yang sangat-sangat buruk, Adrian.” Seraphina berusaha meyakinkan, “Dia beneran berbahaya. Dia bilang mau mengambil alih perusahaan kita.” Adrian menghela napas. “Aku tahu Cassian t

  • Algoritma Cinta Cypher   Chapter 17 : Sintaks Salah

    "Cypher, kamu dengar aku?" bisik Seraphina. Seraphina sudah berada di dalam Drury Covent Garden. Kafe itu ramai, namun musik jazz yang diputar membuat suasana terasa tenang. Ia memilih sebuah meja di sudut ruangan, jauh dari keramaian. Ia duduk, meletakkan ponselnya di atas meja. Tangan-tangan Seraphina terasa dingin dan bergetar, ia merasakan keringat dingin mengalir di punggungnya. Tangannya terangkat, menyentuh telinganya, memastikan earphone transparan itu sudah terpasang dengan nyaman. Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan detak jantungnya yang berdegup kencang. “Cypher?” panggilnya lagi. ‘Aku dengar. Suaramu terdengar jelas, Seraphina. Tenang. Aku di sini,’ jawab Cypher, suaranya tenang dan tanpa emosi. “Sorry,” bisik Seraphina lagi. “Aku gugup. Gimana kalau dia nggak percaya sama aku? Gimana kalau dia malah menganggap aku gila?” ‘Dia akan percaya. Ingat, Adrian tidak percaya pada orang lain selain dirinya. Kita tidak akan memintanya untuk percaya padamu, tapi

  • Algoritma Cinta Cypher   Chapter 16 : Protokol Alpha

    2035 Adrian menatap layar monitor besar yang menampilkan sebuah garis waktu bergelombang, ditandai dengan berbagai data aneh. Di sampingnya, Profesor Ellery, seorang pria tua dengan kacamata tebal dan rambut putih yang berantakan, mengangguk perlahan. “Singularitasnya stabil, Adrian,” kata Profesor Ellery, nadanya tegang. “Kami berhasil mencegahnya untuk tidak menghancurkan diri. Pengiriman Cypher beberapa hari yang lalu juga berhasil.” Andrian mengamati layar, tatapannya terlihat serius, juga ada semburat kesal di matanya. “Tapi aku nggak menemukan Cypher di tahun 2025. Hanya ada 10 menit di titik ini. Tapi setelah itu jejak Cypher hilang.” Adrian mengetuk layar yang menampilkan titik koordinasi lokasi. Jendela baru terbuka, kali ini menunjukkan sebuah peta. Jari telunjuk dan ibu jarinya bergerak memperbesar titik. Profesor Ellery mengernyit. "Itu nggak mungkin. Kami mengirim Cypher ke tahun 2025 dengan protokol ketat, tujuannya untuk….” “Aku tahu, untuk mencegah adikku bunuh d

  • Algoritma Cinta Cypher   Chapter 15 : Singularitas Seraphina

    Seraphina mengikuti Cypher ke sebuah ruangan yang terlihat seperti studio seni, dengan kanvas-kanvas kosong bersandar di dinding. Hingga sampai di tengah ruangan, matanya menangkap sebuah meja kerja baja dengan laptop futuristik yang menyala. "Duduklah, Seraphina," kata Cypher, menunjuk kursi di depan meja. "Aku harus melakukan ini sekarang. Proses ini tidak akan lama." Seraphina mengangguk, masih memproses emosinya yang campur aduk. Setidaknya ia lega, lehernya kini sudah kosong dari syal biru navy, ringan seperti beban yang telah terangkat. "Apa yang bakal terjadi kalau kamu nggak ngelakuin itu?" tanya Seraphina, duduk di kursi. Cypher mengarahkannya ke monitor. "Ada risiko data corruption. Data itu bisa terdistorsi, atau bahkan hilang. Aku tidak bisa mengambil risiko itu." "Oke," jawab Seraphina, suaranya tenang. "Terus, apa rencananya?" Cypher membuka laptopnya. Layar itu menampilkan kode-kode biner yang mengalir dengan cepat. "Rencananya akan kujelaskan setelah proses

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status