Home / Fantasi / Algoritma Cinta Cypher / Chapter 13 : Kekacauan di Kantin

Share

Chapter 13 : Kekacauan di Kantin

Author: Ivy Morfeus
last update Last Updated: 2025-08-21 19:36:47

Seraphina berjalan melewati trotoar kampus, syal wol biru navy melingkar di lehernya. Sepanjang langkahnya ia tersenyum, sesekali bersiul. Syal itu terasa hangat di lehernya, bukan hanya dari bahannya, tetapi juga dari kenangan yang menempel pada malam sebelumnya. Ia menghela napas panjang, ia menyukai hadiah dari Cassian, tapi tak dapat dipungkiri di lubuk hatinya masih ada sedikit rasa kegelisahan. Tapi sejak bangun tidur pagi ini, dia sudah bertekad untuk menyingkirkan jauh-jauh rasa gelisahnya. Ia akan mencoba memperbaiki hubungannya dengan Cassian. Dan memberitahu Cassian tentang watak asli geng-nya yang bejat.

“Rico dan teman-temannya yang melakukannya. Bukan Cassian. Mungkin Cassian juga nggak tau tentang kejadian malam itu. Jadi, aku akan mempengaruhinya untuk meninggalkan geng nya itu.” gumam Seraphina bertekad.

Tak lama, sosok Genn muncul dan langsung merangkul pundaknya dengan akrab. Di sisi lain, Cassian mendekat dan menggenggam tangan Seraphina dengan lembut.

"Wow! Syal baru nih?" kata Genn, memperhatikan syal biru navy yang kontras dengan seragam Seraphina. "Baru beli ya? Keren!"

Seraphina tersenyum kecil. "Nggak. Ini dari Cassian."

Genn mengangkat alisnya, melirik Cassian dengan senyum jahil. "Wah, udah kasih hadiah-hadiah romantis nih. Pacar idaman banget deh!"

Cassian hanya tertawa kecil, mengabaikan godaan Genn. "Dia cuma kedinginan kemarin malam. Aku nggak mau dia sakit."

Seraphina menunduk, pipinya memerah. Hatinya kembali berdebar. Dia ingat kilatan mata Cassian kemarin, tapi sentuhan tangan Cassian di tangannya sekarang terasa begitu nyata dan meyakinkan.

Mereka bertiga berjalan berdampingan menuju gedung kelas, obrolan mereka ringan dan santai, tentang rencana liburan musim semi dan tugas kampus yang menumpuk. Di belakang, Cypher berjalan sendirian, matanya mengawasi mereka dari kejauhan, tidak berkedip.

======= • • • =======

[“Cypher…”] ketik Seraphina.

[‘Wow, akhirnya! Aku sudah lama menunggumu menghubungiku. Kau baik-baik saja?’] Ponselnya bergetar, menampilkan balasan dari Cypher.

[“Sedikit lebih baik …?”] Seraphina agak ragu dengan perasaanya saat ini. Ia memegang syal biru navy di lehernya. Ada sebersit rasa bahagia muncul di hatinya, di antara rasa gelisahnya yang tak pernah usai.

[‘Kau yakin? Ada yang perlu kau bicarakan? Tentang Cassian, mungkin?’]

Seraphina terkesiap. Ia refleks menutup mulutnya. Seperti biasanya, Cypher seperti mengetahui apa yang ada di pikirannya tanpa ia memberitahunya lebih dulu.

“Dia ini cenayang atau apa …” gumamnya.

Sepanjang jam pelajaran, Seraphina bertukar pesan pada Cypher di DeepThought. Dia seakan masih mencari pembelaan untuk perasaan yang diyakininya itu benar.

[“Bagaimana cara aku buat ngebuktiin kalau Cassian tidak ada kaitannya tentang kejadian di 2025?”] ketik Seraphina berapi-api. Ia meyakini Cypher bisa memberikan solusi untuknya. Karena hanya dia – tentu Cypher Winthrop juga – yang mengetahui situasi anomalinya, bahwa dia berasal dari masa depan.

[‘... Sulit. Kau tak punya bukti dari masa depan. Dan di tahun ini, kejadian itu belum terjadi. Tapi … kau yakin benar bukan dia?’]

Seraphina mengernyit. Rahangnya mengatup keras. Berbicara dengan Cypher menjadi semakin sulit sejak ia datang ke ke masa lalu. Seingat dia, Cypher di DeepThought – di masa depan – lebih sering mengkonfirmasi perasaannya daripada mengajak ia berdebat.

[“Cypher, aku sudah mengatakan berapa kali kalau aku percaya sama Cassian!”]

[‘Kau tau, Seraphina? Kau perlu terbang ke tempat yang lebih tinggi untuk melihat sendiri bagaimana situasimu saat ini.’] Balasan dari Cypher muncul tak lama. Membuat Seraphina bertambah kesal.

[“Dan kamu, butuh menyelam lebih dalam ke hatiku untuk mengetahui apa yang sebenarnya terpendam di dalamnya.”] balas Seraphina dengan gemas. Ia segera menggeser ke atas aplikasi DeepThought untuk menutupnya. Ia mendengus kasar.

Kriiingg!

Bel istirahat berbunyi.

Seraphina bangkit dari tempat duduknya. Saat ia hendak keluar dari ruang kelas, matanya sempat menangkap tatapan dari Cypher Winthrop yang sedang duduk di belakangnya. Pria berambut perak itu hanya diam dan terus menatapnya hingga ia keluar dari ruang kelas.

“Kalian berdua berantem?” bisik Genn, tiba-tiba.

“Hah? Siapa?” tanya Seraphina tak mengerti. Ia melirik sebentar ke arah Cassian yang sedang menatapnya curiga. Lalu kembali ke Genn, yang sedang menunjuk ke arah Cypher Winthrop dengan dagunya.

“Bukannya kemarian kalian kelihatan akrab waktu di perpus?” tanya Genn polos, masih berbisik. Seraphina menarik napas lega, seenggaknya Cassian tidak bisa mendengar bisikan Genn saat ini.

“Nggak sedeket itu, kok.” jawab Seraphina, langsung melenggang pergi meninggalkan ruang kelas.

Sepanjang koridor kampus menuju kantin, jantungnya berdegup dengan kencang, berharap Cassian tidak menyadari tentang kedekatannya dengan Cypher Winthrop. Seraphina berkali-kali melirik Cassian yang ada di sampingnya. Dengan ragu, ia mencoba menggenggam tangan Cassian. Cassian tersentak kaget, saat jemari Seraphina menyentuhnya pelan, lalu menggenggamnya.

“Kenapa, sayang? Kamu mau makan apa siang ini?” tanya Cassian, mengangkat genggaman tangan Seraphina lalu mengecupnya lembut.

“Iiyuuuhh… apa-apaan kalian ini?” pekik Genn bergidik. Seraphina tertawa canggung, sedangkan Cassian tak begitu peduli. Justru sengaja berkali-kali mencium punggung tangan Seraphina.

Mereka bertiga duduk di meja kantin yang ramai. Seraphina hanya memainkan makanannya. Genn sibuk mengobrol tentang game baru, sementara Cassian menatapnya dengan lembut, seolah hanya ada mereka berdua di tengah keramaian.

Tiba-tiba, suara alarm yang sangat nyaring memecah keramaian kantin. Suara itu berasal dari jam tangan pintar Genn.

“Ddrrtt… ddrrtt… ddrrtt!”

“Apa ini?! Kok nggak bisa mati?!” Genn panik, mencoba menekan tombol-tombol di jamnya. Namun alarm itu terus berbunyi nyaring. Kini semua mata di kantin tertuju pada mereka.

Wajah Genn memerah malu, “Maaf, guys. Aku kayaknya harus keluar!” Ia bangkit dari kursi dan bergegas pergi, masih sambil mencoba mematikan alarmnya.

Cassian hanya tertawa pelan. "Ada-ada saja tingkahnya." Ia kembali menatap Seraphina. "Jadi, soal rencana camping kita. Aku sudah nemuin tempat yang —"

Ting!

Belum sempat kalimat Cassian selesai, ponselnya bergetar, dan deringnya terdengar sangat nyaring.

"Sial! Berisik sekali." Cassian mengambil ponselnya, ia mengerutkan kening saat menatap layar di hadapannya. “Nomor asing? Apa ini panggilan dari Marylebone?” Cassian bergumam.

Matanya menyipit, seperti teringat sesuatu, ekspresinya langsung berubah serius. Ia bangkit dari kursi.

“Maaf, sayangku. Aku harus angkat ini. Penting sekali." Ia menoleh ke Seraphina, "Jangan ke mana-mana, ya. Tunggu aku."

Seraphina mengangguk. Ia melihat Cassian berjalan menjauh, tangannya memegang ponselnya dengan erat, mencoba mendapatkan sinyal yang lebih baik.

Tak lama kemudian, sebuah bayangan jatuh di atas mejanya. Seraphina mendongak, Cypher sudah berdiri di sampingnya. Ia mengambil kursi Cassian, dan duduk di sana. Wajahnya yang tenang terlihat kontras dengan keramaian di sekelilingnya.

"Sulit sekali ya membuat kau terlepas dari mereka, lengket sekali seperti lintah," ucap Cypher tanpa basa-basi. “Untung aku berhasil mengatasinya.”

Cypher menyentuh bagian lengan bawahnya, dan tiba-tiba kulitnya terbuka seperti panel mesin yang terlipat, memperlihatkan rangkaian tombol kecil yang berlabel dan layar biru yang berkedip dengan kode-kode biner.

“Cypher —” Seraphina hampir memekik saat melihat pemandangan itu. Cypher menekan sebuah tombol, membuat kode-kode binar itu berkedip tak beraturan selama beberapa detik, lalu mengeluarkan bunyi ‘biip’ samar dan berhenti membentuk beberapa angka.

“A-apa itu —”

“Sstt…” Cypher Winthrop meletakkan jari telunjuknya ke bibirnya. “Ini membantu mereka sibuk lebih lama lagi.”

“M-maksudnya…” Mata Seraphina membelalak saat ia menyadari sesuatu, “kamu yang bikin kacau di smart watch Genn dan HP Cassian?”

“Siapa lagi?” jawab Cypher Winthrop seraya tersenyum, “Ayo, aku akan mengajakmu ke suatu tempat.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Algoritma Cinta Cypher   Chapter 17 : Sintaks Salah

    "Cypher, kamu dengar aku?" bisik Seraphina. Seraphina sudah berada di dalam Drury Covent Garden. Kafe itu ramai, namun musik jazz yang diputar membuat suasana terasa tenang. Ia memilih sebuah meja di sudut ruangan, jauh dari keramaian. Ia duduk, meletakkan ponselnya di atas meja. Tangan-tangan Seraphina terasa dingin dan bergetar, ia merasakan keringat dingin mengalir di punggungnya. Tangannya terangkat, menyentuh telinganya, memastikan earphone transparan itu sudah terpasang dengan nyaman. Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan detak jantungnya yang berdegup kencang. “Cypher?” panggilnya lagi. ‘Aku dengar. Suaramu terdengar jelas, Seraphina. Tenang. Aku di sini,’ jawab Cypher, suaranya tenang dan tanpa emosi. “Sorry,” bisik Seraphina lagi. “Aku gugup. Gimana kalau dia nggak percaya sama aku? Gimana kalau dia malah menganggap aku gila?” ‘Dia akan percaya. Ingat, Adrian tidak percaya pada orang lain selain dirinya. Kita tidak akan memintanya untuk percaya padamu, tapi

  • Algoritma Cinta Cypher   Chapter 16 : Protokol Alpha

    2035 Adrian menatap layar monitor besar yang menampilkan sebuah garis waktu bergelombang, ditandai dengan berbagai data aneh. Di sampingnya, Profesor Ellery, seorang pria tua dengan kacamata tebal dan rambut putih yang berantakan, mengangguk perlahan. “Singularitasnya stabil, Adrian,” kata Profesor Ellery, nadanya tegang. “Kami berhasil mencegahnya untuk tidak menghancurkan diri. Pengiriman Cypher beberapa hari yang lalu juga berhasil.” Andrian mengamati layar, tatapannya terlihat serius, juga ada semburat kesal di matanya. “Tapi aku nggak menemukan Cypher di tahun 2025. Hanya ada 10 menit di titik ini. Tapi setelah itu jejak Cypher hilang.” Adrian mengetuk layar yang menampilkan titik koordinasi lokasi. Jendela baru terbuka, kali ini menunjukkan sebuah peta. Jari telunjuk dan ibu jarinya bergerak memperbesar titik. Profesor Ellery mengernyit. "Itu nggak mungkin. Kami mengirim Cypher ke tahun 2025 dengan protokol ketat, tujuannya untuk….” “Aku tahu, untuk mencegah adikku bunuh d

  • Algoritma Cinta Cypher   Chapter 15 : Singularitas Seraphina

    Seraphina mengikuti Cypher ke sebuah ruangan yang terlihat seperti studio seni, dengan kanvas-kanvas kosong bersandar di dinding. Hingga sampai di tengah ruangan, matanya menangkap sebuah meja kerja baja dengan laptop futuristik yang menyala. "Duduklah, Seraphina," kata Cypher, menunjuk kursi di depan meja. "Aku harus melakukan ini sekarang. Proses ini tidak akan lama." Seraphina mengangguk, masih memproses emosinya yang campur aduk. Setidaknya ia lega, lehernya kini sudah kosong dari syal biru navy, ringan seperti beban yang telah terangkat. "Apa yang bakal terjadi kalau kamu nggak ngelakuin itu?" tanya Seraphina, duduk di kursi. Cypher mengarahkannya ke monitor. "Ada risiko data corruption. Data itu bisa terdistorsi, atau bahkan hilang. Aku tidak bisa mengambil risiko itu." "Oke," jawab Seraphina, suaranya tenang. "Terus, apa rencananya?" Cypher membuka laptopnya. Layar itu menampilkan kode-kode biner yang mengalir dengan cepat. "Rencananya akan kujelaskan setelah proses

  • Algoritma Cinta Cypher   Chapter 14 : Dua Kali Terkejut

    Seraphina mengikuti Cypher dengan linglung. Mobil yang terbuka kuncinya dengan sekali sentuh oleh Cypher, bukanlah hal yang paling mengejutkan yang ia lihat hari ini. Begitu duduk di kursi penumpang, Seraphina menatap Cypher yang kini mengemudi. Di bawah sinar matahari yang bersinar terang, wajahnya terlihat sempurna. Kulitnya, gerak-geriknya, bahkan kedipan matanya, semuanya tampak alami. Tidak ada sedikitpun celah yang menunjukkan bahwa ia hanyalah sebuah mesin. "Aku tahu aku bakal terlihat bodoh kalau tanya seperti ini, tapi… kamu beneran robot?" gumam Seraphina. Suaranya terdengar tidak yakin. "Entitas," Cypher mengoreksi, matanya tetap fokus pada jalanan. "Aku adalah entitas yang dirancang." "Tapi... kulitmu terasa nyata. Sentuhanmu. Suaramu. Bola matamu… ah, aku pernah melihatnya menyala waktu kamu tangkap aku di taman malam itu. Tapi hanya itu satu-satunya yang terlihat aneh," kata Seraphina, teringat malam saat ia mencoba terjun dari balkon rumahnya, dan Cypher berhasil m

  • Algoritma Cinta Cypher   Chapter 13 : Kekacauan di Kantin

    Seraphina berjalan melewati trotoar kampus, syal wol biru navy melingkar di lehernya. Sepanjang langkahnya ia tersenyum, sesekali bersiul. Syal itu terasa hangat di lehernya, bukan hanya dari bahannya, tetapi juga dari kenangan yang menempel pada malam sebelumnya. Ia menghela napas panjang, ia menyukai hadiah dari Cassian, tapi tak dapat dipungkiri di lubuk hatinya masih ada sedikit rasa kegelisahan. Tapi sejak bangun tidur pagi ini, dia sudah bertekad untuk menyingkirkan jauh-jauh rasa gelisahnya. Ia akan mencoba memperbaiki hubungannya dengan Cassian. Dan memberitahu Cassian tentang watak asli geng-nya yang bejat. “Rico dan teman-temannya yang melakukannya. Bukan Cassian. Mungkin Cassian juga nggak tau tentang kejadian malam itu. Jadi, aku akan mempengaruhinya untuk meninggalkan geng nya itu.” gumam Seraphina bertekad. Tak lama, sosok Genn muncul dan langsung merangkul pundaknya dengan akrab. Di sisi lain, Cassian mendekat dan menggenggam tangan Seraphina dengan lembut. "Wow! S

  • Algoritma Cinta Cypher   Chapter 12 : Imbalan Hadiah

    Seraphina duduk di bangku taman yang sepi, di bawah lindungan pohon ek besar. Angin musim semi menerbangkan beberapa helai rambutnya. Di sampingnya, Cassian duduk dengan bahu tegap dan senyum menenangkan. Ini adalah tempat yang sering mereka kunjungi, tempat yang seharusnya terasa nyaman. Namun, bagi Seraphina saat ini, ia justru merasa gelisah."Aku tahu ini aneh, Sera. Kamu tiba-tiba menghilang, lalu mengirimiku pesan seperti itu," Cassian memulai, suaranya lembut. "Tapi aku senang kamu menghubungiku. Aku cemas setengah mati.""Aku… aku cuma butuh seseorang, Cassian," gumam Seraphina. Ia tidak berani menatap mata Cassian.Cassian tersenyum, lalu menyentuh tangan Seraphina dengan lembut. “Aku selalu di sini untukmu. Kamu tahu itu, kan?”Seraphina mengangguk pelan. Sentuhan Cassian terasa seperti listrik yang mengalir di kulitnya, tetapi bukan kehangatan. Melainkan getaran yang aneh.Cassian kemudian mengeluarkan tas kertas dari sisinya. "Ini," katanya sambil menyodorkannya pada Serap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status