From the International bestselling author JP SINA comes a steamy, dark romance! Vera, a she-wolf haunted by an abusive past, struggles to break free from the chains, forcing her to relive her trauma. "The best way to get over a man is to get under another," her best friend's words echo in her mind as Vera explores Mythinder, a dating app for the paranormal. When a tattooed sergeant with red flags promises to give her everything she needs, she finds it hard to stay away. Dane's raw intensity and morally grey villain vibes call to Vera's dark romance-loving heart. Their worlds collide in a mesmerizing dance of passion and intensity as Vera grapples with the magnetic pull toward a man who challenges everything she claimed she would leave to her bookish fantasies. He pushes the limits of her newfound freedom. Can she hand over control? Better yet, can she trust him not to shatter what's left of her heart? Must be 18+. Content is not suitable for minors. CWs include: Grape, SA, Physical Assault, and Graphic Spice.
Ver más“Ini adalah rumah saya dan di sini hanya ada aturan saya, orang asing sudah semestinya tidak ikut campur. Anda kira apa? Saya akan menerima perjanjian bodoh itu? Cuih! Saya tidak seburuk itu sampai menjual diri pada pria tidak tahu diri seperti anda!” Amarah yang berapi-api tidak membuat sang lawan bicara merasa terpojok.
Pria yang berpenampilan rapi maju beberapa langkah, mengunci pergerakan gadis yang ada di hadapannya.
“Apa yang anda lakukan!”
Tubuh mereka semakin mendekat hingga gadis itu tidak ada pilihan lain selain mundur sampai punggungnya menabrak tembok. Matanya melotot dan tangan yang memeluk tubuh adalah cara gadis itu mempertahankan kehormatannya. Perasaannya tidak enak saat melihat mata tajam milik pria berjas itu menatapnya.
“Mundur!” lirihnya.
Reaksi yang ditampilkan gadis mungil di depannya membuat ujung bibir pria tersebut tertarik sebelah.
Tubuh yang saling berdekatan hingga deru napas masing-masing dapat terdengar membuat sang gadis kian merasa dirinya dalam bahaya. “Anda jangan kurang ajar, saya bukan perempuan yang bisa anda dekati dengan sesukanya,” ucapnya dengan bibir gemetar.
Tidak ada reaksi dari lawan bicara. Hanya mata yang menatap Nea tanpa tahu arti dari tatapan aneh itu. “Ini rumah saya, kapan saja saya bisa berteriak.” Suara bergetar yang dikeluarkan Nea tentu tidak mengancam pria itu.
“Silakan, jika kamu ingin dicap wanita nggak baik.” Tentu saja, pria itu mempunyai banyak cara untuk menyerang balik lawan bicaranya.
Akhirnya setelah diam cukup lama, gadis itu mendengar suaranya. Suara tegas dan berat yang entah mengapa sangat memanjakan telinga. Untuk sesaat gadis itu kagum hanya dengan mendengar suaranya saja, tetapi ia langsung menggeleng dan fokus akan apa yang ada di hadapannya.
“Nea Halina, saya tidak meminta banyak. Hanya tanda tangan surat itu dan selesai.”
Gadis yang dipanggil Nea tersebut langsung mendorong tubuh kekar yang mendekat ke tubuhnya. Setelah mengumpulkan segenap keberaniannya, Nea dengan mata bergejolak maju beberapa langkah.
“Atas dasar apa anda mempermainkan sebuah pernikahan?” tanya Nea pada pria itu.
“Saya tidak lagi bermain,” jawabnya enteng.
“Apakah anda tidak pernah sekali saja terbesit untuk punya pernikahan yang didasarkan oleh cinta? Atau punya pernikahan impian? Kenapa pria terhormat seperti Anda mengemis pada gadis miskin seperti saya?”
Terlihat wajah pria berjas itu memerah padam dan tangannya terkepal kuat. Sepertinya ucapan Nea mampu membuat harga dirinya terluka.
“Saya datang bukan untuk mengemis, tetapi memberikan penawaran. Jika kamu menolak, saya tidak akan memaksa,” ucapnya tegas.
Sesaat napas Nea tertahan mendengar suara tegas nan lantang tersebut. Nyalinya menciut. Walaupun begitu ia tidak bisa menunjukkan wajah takutnya pada pria itu.
Di sela perdebatan panjang mereka, terdengar suara gaduh dari luar. Mereka yang saat ini berada di halaman belakang rumah langsung bertanya-tanya. Apa yang terjadi di luar sana?
Suara teriakan perempuan dan barang yang jatuh ke lantai membuat Nea panik. Tanpa berpikir panjang, ia berlari sekencang mungkin meninggalkan pria yang berbicara padanya.
“Saya janji besok akan dibayar,” ucap seorang wanita paruh baya pada pria bertubuh kekar yang terus melempar semua barang yang ada di ruang tamu ke luar.
“Besok, besok, besok. Setiap kali ke sini selalu saja besok. Keluar dari rumah ini sebelum saya suruh anak buah saya bergerak,” ucapnya tegas membuat wanita paruh baya itu terduduk lemas.
“Setidaknya biarkan kami tinggal di sini sampai menemukan tempat tinggal baru,” bujuk seorang pria yang duduk di kursi roda.
“Menunggu? Mau sampai kapan?! Saya udah nggak bisa lagi kasih kalian kesempatan.” Pria itu memberi aba-aba pada anak buahnya untuk mengeluarkan semua barang yang ada di dalam rumah ini serta mengusir wanita dan pria yang terus memohon itu.
Nea tidak tahan lagi, ia maju beberapa langkah mendekat ke arah pria berbadan kekar tersebut. “Tolong beri kami waktu, kami bukan orang yang tidak bertanggung jawab sampai-sampai tidak membayar hutang. Saya masih belum mendapatkan pekerjaan—“
“Menunggu kamu dapat kerjaan? Kalaupun dapat seyakin apa dapat gaji gede?”
“Lusa saya ada wawancara kerja di salah satu perusahan besar, saya yakin bisa lolos dan bekerja di sana.”
“Cih! Gaya keterima di perusahaan besar. Kamu bakal kalah sama yang masuk pake orang dalam.”
Mereka kembali mendorong tubuh kedua orang tua Nea hingga gadis itu tidak ada pilihan lain selain meminta bantuan pada pria berjas hitam yang berdiri santai di pojok ruangan.
Nea tidak peduli lagi akan harga dirinya yang hancur.
“Pak saya mohon, tolong orang tua saya,” pinta Nea. Ia tidak sanggup melihat mereka diseret oleh pria berbadan kekar. Selain tidak ingin melihat orang tuanya diusir, Nea ingin mempertahankan rumah yang menjadi kenang-kenangan terakhir almarhumah neneknya.
“Saya akan lakukan apa pun, saya rela kerja jadi pembantu sekali pun di rumah anda. Saya mohon, bantu saya,” pinta Rea sambil menangkupkan kedua telapak tangannya sambil menatap harap.
“Kamu memilih menjadi pembantu ketimbang jadi istri saya?” tanyanya mengejek.
Sungguh Nea ingin sekali memukul wajah pria di hadapannya, jika bukan karena orang tuanya ia tidak akan menurunkan harga dirinya seperti ini.
“Pak, saya mohon.”
“Tanda tangan kontrak dan menikah dengan saya atau melihat orang tua kamu diusir dan menjadi gelandangan.”
Kepalan tangan Nea kian erat, wajahnya memerah padam. Apakah ini akhir hidupnya? Siapa sangka, Nea yang memiliki sejuta keinginan mengenai pernikahan harus berakhir seperti ini.
“Pertimbangkan semuanya baik-baik, saya tidak akan memberikan penawaran lagi setelah ini.”
Gadis itu menoleh ke belakang menatap pada orang tuanya yang menangis sambil memohon. “Baik, saya akan lakukan apa pun itu.”
Jawaban Nea sudah cukup bagi pria itu. Ia pun langsung menghampiri debkolektor yang terus memaksa orang tua Nea keluar rumah.
“Berapa jumlah semua hutang mereka?” tanyanya pada pria berbadan kekar yang sibuk pada ponselnya.
“Siapa kamu? Mau jadi pahlawan?”
“Saya Aciel Cale, CEO dari Adelard Construction. Anda bisa datang ke kantor saya dan membahas semua hutang yang dimiliki keluarga ini.”
Hadirnya Aciel di antara mereka menjadikannya sebagai pusat perhatian. Terutama orang tua Nea yang merasa heran orang asing yang baru pertama kali datang ke rumah ini mau membayarkan semua hutang yang dimiliki mereka.
“Siapa dia? Kenapa muncul dan mau melunaskan hutang kita?” tanya ibu Nea pada suaminya yang duduk di kursi roda.
Ayah Nea melihat ke arah anaknya yang berdiri dengan kepala menunduk. “Sepertinya terjadi sesuatu, setelah mereka keluar tanyakan Nea apa yang terjadi.”
“Iya.”
“Wah, keren. Anak kalian sangat mahir dalam memanfaatkan tubuhnya,” ucap pria berbadan kekar itu sambil bertepuk tangan.
Ucapan sembrono menuduh Nea yang tidak-tidak mampu membuat orang tuanya melotot tidak terima.
“Jaga ucapan anda, anak saya tidak akan pernah melakukan sesuatu yang tidak benar!” tegas ibu Nea.
“Bukankah masalahnya sudah selesai, apakah kalian akan menginap di sini? Ah iya, sebelum pulang saya harap kalian membersihkan kerusuhan ini sebelum saya melaporkannya pada pihak yang berwajib,” tegas Aciel.
Ucapan Aciel tentunya tidak dibantah sedikit pun. Mereka membenarkan letak benda-benda yang berantakan.
Nea menarik napas dalam dan mengembuskannya berat. “Hidup aku udah hancur,” gumam Nea.
Apakah dengan menerima tawaran ini sama saja Nea menjual tubuhnya? Nea takut, sangat takut. Apa tanggapan orang-orang akan dirinya saat mengetahui faktanya.
Falling asleep with the woman I love in my arms brought me a peace I have never known. I haven’t slept that well… ever. Vera was running and I knew it had to do with her shitty ex. When she cried out her safe word, I almost saw red. The implications of what she’s been through was enough for me to know he was running on borrowed time. Luckily for him, I wasn’t in a rush to get his info. This was only the beginning. I just needed a name, picture… and an address. Okay, I just needed a name and an address and then I’d sort it for her. We’ve been talking for months, but seeing her in person? Fuck. I knew right away why I was so obsessed with her. Months of Snarling her and I had no idea she was mine. I should have known.Years of wondering about my mate, instincts demanded I find her, but I couldn’t. I didn’t think I deserved to look for her after I got Ana pregnant. She was a passing fling, but when she came to me holding her belly, one sniff and I knew Maria was mine. I did right by her a
The silence in the room was deafening. My forehead wrinkled, my lips parted, and I forgot how to breathe. I know I didn’t hear that right. Right? My eyebrows furrowed. Goddess, it felt like my heart had stopped. I swallowed as I looked into Dane’s eyes. I expected his face to light up and tell me he was joking, but what I found was unwavering truth. There wasn’t any shame there like I assumed. I’ve read books where men have lied about having children just so they could get a piece of ass. While I’m aware I can’t base real life situations off of what I’ve read, I’ve also known alpha-holes who are exactly like the villain.Was I doubting him with this new piece of information after he’d done absolutely nothing for me to feel this way?Yes. Yes, I was.“It wasn’t in your SnarlChat bio,” I rasped. Unconsciously, I tried to pull away, but his grip tightened.“I’m not on SnarlChat looking for a life partner,” he said slow and carefully.“Well, no. I guess not many are,” I scoffed. He held m
“Okay. Let’s start easy. How old are you?” I asked.“I’m 26. What about you?”“I’m 24,” I laughed. I wasn’t 16 anymore and internally I felt old.“What would you have done if you were older?” he asked.“Hey! I’m the one asking the questions around here,” I teased.“Okay, okay,” he chuckled. He pushed the bag of cheesy goodness, offering me damnation. I didn’t even hesitate as I grabbed a handful. He held the bag between us and that had me smiling. Apparently, the bar was still on the floor.“How long have you lived here?” Then I bit into the puffy chip and waited for his response.“I spent half of my life living somewhere else. I had to move here for personal reasons and enlisted,” he said.“Hm… do you have any siblings? Little sisters? Brothers?” I asked.“No. I’m an only child.”“Wow, really?” He nodded. “But you’re not a spoiled brat.”“I’ll take that as a compliment,” he laughed.“You should. I have nine siblings! How was it growing up? Quiet?” I was intrigued to know.“I had a lot
When I’d all but licked my dish clean, I looked up to find leaning back in his seat, watching me. There was a glint in his eyes that told me he had sinful, delicious thoughts. My throat tightened. It felt like he could see through me, no, into me. As if he were peering into my soul. I was in a towel, but Goddess, I hadn’t felt as naked as I did right then. A shiver ran up my spine. My cheeks heated, and I knew my face was red. Unable to take a second more, I jumped to my feet and grabbed my dish. Only for him to take it from me.“You’re not doing that,” he murmured as he shook his head.“I’m not doing what? Taking my mess back?” I laughed. The first time makes sense, but at this point I was feeling like a burden. He laced his fingers with mine, and I forget how to breathe when he pressed his lips to my knuckles. His eyes cut to mine.“No, you can’t,” he growled.I mean… it’s hard to argue with that.But I would.“Okay, okay. I’ll just… sit down like a princess,” I feigned with mock ser
Dane was right. It had been hours. The sun had already sunk beneath the horizon and the moon hung high in the sky. The stars danced and their sparkle kept catching my eye. But nothing held my attention as much as Dane’s chiseled, tattooed back. When we walked into the kitchen, he lifted me and placed me on the counter. He hadn’t given me a shirt or let me change before he dragged me downstairs. So the cool counter top against the back of my thighs caused goosebumps to break out across my skin. He stood right beside me with a bowl of meat and had already finished peeling and chopping potatoes into thin little cubes.“How do smash burgers and fries sound?” Dane asked.“Like a food orgasm,” I groaned.“I love it when you make that sound. I’ll give you whatever kind of orgasm you want, whenever. Just say the word,” he sighed. My cheeks flushed as a smile spread across my face. He smirked as he rolled the meat in the palm of his hand and squished it effortlessly. He placed one patty after a
Did he really just write his name using his cum?There is only one book I’ve read where the morally grey character did that. I remember it vividly because my jaw was on the floor and if the author had asked for my soul to bring him to life, I would have said yes without hesitation. Not only is Dane giving me big bad daddy Dom, but in a short period, he’s given me everything I need. But this? He’s doing the Goddess’ work by bringing a smut slut’s dreams to life.My vision blurred and my chin trembled. Dane lifted his gaze to mine. There was a possessiveness there, but also a gleam. The bastard. He was enjoying the blatant shock on my face. I should be irked, but I wasn’t. I was a whirlwind of I want him forever, spank me again, and fuck me now. How was a girl supposed to think straight when faced with Dane? His eyes warm as a smile spreads across my face even as a single tear escaped and rolled down my cheek. His story grays tracked the one tear to rebel against my will.“I know this is
Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.
Comentarios