“Bukannya lu itu nggak jadi putus? Kok malah dibilang mantan?”, Tanya Azka pada Brivio. mereka ada di sisi depan meja. Atmosfer kini mengelilinginya saat ditanya perihal hubungannya dengan sang perempuan yang dibilang mantan oleh Farel.
Namanya Atla. Bisa dikatakan ialah cinta pertamanya. Sewaktu dibangku madrasah tsanawiyah (MTs) pertemuan mereka yang singkat pada ujian nasional ternyata menimbulkan suatu getaran asmara diantara keduanya.Laki-laki bertubuh gembul itu merupakan anak dari Ustad di tempat sekolahnya di MTs, Ya, Brivio memang dikenal laki-laki yang mengumbar pesona. maksudku populer. bagaimana tidak? Hampir semua kalangan area tempat perempuan mengenali Brivio. Tak heran ia selalu dicurigai banyak pengintai guru-guru BK namun sejauh ini, Nyatanya belum ada sesuatu kasus pun menimpa Brivio.Hanya saja, saat ujian nasional dimana para murid akhi dan ukhti bercampur sehingga beberapa diantaranya mengambil kesempatan disitu, pada momen selesainya hari terakhir ujian nasional dimana seorang perempuan berani menaruh sebuah bingkisan berisi coklat dan surat di kolong mejanya. Disitulah awal mereka menjalin kedekatan secara tidak langsung hingga menginjak sekolah SMA barulah kemudian bertemu dan mengutarakan dari masing-masing perasaan mereka. “tolong gua stuck lagi”, ujar Brivio. “kemaren dia ngasih ucapan di medsos atas kelulusanku”.“mestinya lo kasih ucapan selamat juga Vi”.“buat?”.“kasih selamat karena dia udah berhasil move on ngahahahah”. Farel Nampak tertawa terbahak-bahak. 12:09 WIB. Jefri berlari di tengah siang hari yang lumayan terik ini. Mengambil tempat duduk kosong lalu menaruh kamera tepat disampingnya. Saatnya Ia beristirahat. “Riri bilang masuk jurusan ini karena seseorang, makanya dia mau jadi sejarawan”, Yasmin berbicara sendiri. Melirik cowok yang duduk di samping bangku yang mengambil minuman dari miliknya.“ahh, namanya juga Riri. Gua malahan jadi minat buat masuk kuliah jurusan ini, enak santai”, Jefri terkekeh. Scene terakhir yakni wawancara baru saja akan berlangsung sejak kami tadi selesai melaksanakan sholat dzuhur terlebih dahulu kemudian bertemu dengan narasumber. Diujung sana terlihat mereka sedang mewawancarai Imam masjid yang bernama Nasrul. Penugasan dokumentasi sejarah akan selesai dalam hitungan jam lagi, tentunya berkat bantuan Jefri,Yasmin Azka, Brivio dan Farel. justru mereka antusias karena momen langka ini yang hanya diadakan satu tahun sekali kebersamaan mereka.Tapi kemudian Yasmin menyadari satu alasan. banyak diantara mereka menyayangi dan peduli pada Riri. Yasmin mengetahui pandangan Riri terhadap Zain yang berbeda, tapi ia sulit mengetahui sudah sejauh apa hubungan dengannya . “entah kenapa gua pengen liat Zain secara gamblang ngungkapin isi hatinya nggak digantung kaya jemuran”.Jefri tertawa. Dia setuju dengan pendapatnya. “padahal kalo jodoh mereka serasi, saling melengkapi. Mungkin mereka takut hasilnya nihil”.“belum paham kayaknya. Soalnya satu sama lain masih nyaman dengan posisi pertemanannya”, Yasmin mulai menganalisa. ia mencoba berpendapat setau pengetahuannya sambil mengelus dagu, kemudian mengukir senyuman mencurigakan. “pasti ada suatu hari nanti, kalau mereka mulai sadar ada diantara kita bisa ngerusak mungkin hubungan mereka, baru tahu rasanya”.“maksudnya?”.“jadi lo yakin kalau Riri sama Zain ada saling rasa Jef?”“justru aneh kalau mereka gak punya , kan? Sahabat cowok-cewek seperti macam kita mustahil bakalan nggak ada yang gak spesial,”.Yasmin mengangguk setuju.LOH KOK !?“yesss hamdalah selesai,” Brivio disamping Riri berseru heboh. kini mereka beranjak pergi dari tempat.“kaget woi”.“bisa gak punya mulut gausah berisik di telinga gua ?”“YES HAMDALAH SELESAI”“Untung sabar”. Riri mengelus dada. Dia harus lebih banyak bersabar. Kebal gak kebal. Kalau tidak, mana mungkin bisa selesai ini tugas sekarang?Zain menoleh saat seseorang menepuk pundak dari sisinya yang lain, cewek itu memberikan kamera hasil yang tadi pada Zain. Zain menerimanya dengan senang hati. Riri mendongak dan tersenyum kecil, “makasih ya Zen akhirnya tugas ini tinggal diserahin.”“sama-sama”, Zain menjawab sambil tersenyum. Dan beberapa detik kemudian, jeritan cewek membuat kami tertuju pada arah suara, Yasmin tersandung dan tersungkur di selokan. Untungnya selokan tersebut tidak berisi air.Jefri menyesap minumannya kuat-kuat. Langsungnya ia membantu cewek itu naik “hati-hati kalau jalan”.“kalo lo gak bilang gitu , guanya gak bakalan kaget.”, ralat Yasmin gemas. Dia berdecak saat gerutuannya tidak dihiraukan.Farel yang baru berada disana dengan Jefri, dia mengulurkan tangan , membantu sahabatnya berdiri. Sepertinya Kaki kiri Yasmin terkilir, sehingga jalannya agak tidak biasanya. Farel menoleh , menatap Yasmin yang memperhatikannya dengan Jefri di sampingnya.Farel menepuk pundak Jefri, dan berkata “akhirnya, waktunya tiba”.“maksud lo?”.Farel berbisik di telinga Jefri ,”saatnya lo mesti Tanya jawaban jelasnya”.Karena cedera di lututnya membuat kulit Yasmin robek sampai berdarah , cewek itu dibawa ke klinik kampus . Yasmin dituntun Riri, dibelakangnya Jefri. Zain membuntuti berjalan ke arah klinik terdekat disana. Sedangkan yang lain stay di mamang ketoprak.Sampai di tempat tujuan. Ternyata kliniknya tutup. Zain pamit keluar mencari bahan penutup luka beserta Riri yang membuntuti. Yasmin duduk di sekitaran bangku yang tersedia, memeriksa lukanya sesaat, lalu dia menatap Jefri yang duduk di kursi depannya.“napa, jef?”.“gara-gara gua salah ngomong lu jadi salting”. Jefri ikut duduk disebelahnya.”untung selokannya kering, kalao gak badan lo bisa-bisa bau air comberan kan?”“kali ini nasib baik dimiliki olehku ahahaha”.“dasar”. Jefri merogok saku mengambil permen dan dikunyahnya. “lo tau? Orang yang selalu ada disetiap kita susah justru sering yang paling duluan pergi dari kita. Makanya gue gak seneng sama orang yang selalu ada buat gua. Mending kalau orang itu punya maksud tertentu . sama artinya salah satu orang itu, nyuruh…dia menjadi spesial dihatinya”.Yasmin memberi jeda, “lo kira orang yang dipaksa buat jadi spesial itu seneng? Enggak. Mereka Cuma jadi beban. Gue gak mau di paksa siapa pun, beberapa orang yang hanya menaruh perhatian yang gua tau ya gua”.Jarang sekali Yasmin bicara sesuatu sampai serius seperti sekarang itu artinya, yang dia katakana memang benar-benar isi hatinya , sesuatu yang tidak bisa diganggu gugat . Yasmin memang seperti itu. Dia ingin hidup suka-suka, tidak terkekang aturan dunia, selama dia masih mengikuti norma yang ada.Karena Jefri santai dan tidak diambil pusing terhadap banyak hal, justru menjadi alasan Yasmin tetap setia memedulikannya melindungi, menjadi perisai agar orang-orang tidak terlalu menyakitinya.Karena ia selalu menjadi orang yang paling tahu, karena ia tau kapan harus bicara.“ini alcohol olesi di kakinya Buat bersihin luka”. Zain Riri datang. Yasmin tidak akan membahas lagi. Yasmin mendongak, menatap wajah Jefri dalam. Lalu dia menunduk, melihat lukanya di lutut beberapa jengkal dari wajahnya.“gua mau apa yang lo maksud itu jef”, Yasmin bicara.“ALHAMDULILAH”.“kalian pacaran?”, Riri memastikan. Ia menoleh Zain begitupun Zain menatapnya dan kedua orang itu secara bergantian.Aku seperti berada dalam tempo hari yang cukup cerah. Secerah matahari juga hati Jefri saat sekarang ini. Perjalanan kami belum saja tuntas, aku termenung memikirkan surat yang berisi denah lokasi pesantren. Karena mereka masih memenuhi energi untuk berkeliling, maka setelah ke Masjid Sang Cipta Rasa selesai berbuah manis. Tak lama kemudian kami pun menyusuri daerah Pesantren Azzikri untuk dikunjungi.“antum Lurus saja.. ka sana. A…nanti ada perempatan beloklah ke kanan”, ujar bapak-bapak yang kami temui di jalan.Kami mengangguk dan kembali menyusuri jalan. Sekitar waktu 25 menit hampir setengah jam, mobil melaju penuh kebingungan menyesuaikan arah yang benar pada lokasi denah yang tertulis,Belum lama ini aku baru saja mengetahui adanya Pesantren di kawasan ini, Farel mungkin sudah bisa ketebak bahwasannya dia punya pengalaman sewaktu kecil disana, Farel menjelaskan dirinya itu yang pernah tinggal di Pesantren berumur 5 tahun. Semua orang yang ber
“silahkan duduk”, ucap seorang Pria paruh baya tersebut. rupanya beliau adlah Adik kandung dari Fathur, beliau bernama Andi. Wajahnya ternyata agak terlihat lebih muda dari biasanya kulihat waktu itu.Tapi sekilas mirip, seperti saudara kembar seiras.Kami dibawa ke sebuah kantoe miliknya. Santri yang membawa Kami pamit pergi dan meninggalkan Kami dengan Kak Andi di ruangannya.Dengan tampak canggung, banyak diantara Kami diam. Bingung ingin membahas apa. Alhasil Kak Andi membuka suaranya dan memulai sebuah Topik pembicaraan.“Apakah ada kendala untuk, perjalanan menuju tempat ini?”, Tanya nya kepada Kami. Menoleh sebagian dari pada Kami. “tidak ada kak, justru kami sangat antusias karena bisa ditawarin untuk main ke Pesantren”. Jawabnya Farel.Zain memainkan manik matanya, Beliau terlihat sedikit mengenal sosok Farel hanya saja agak lupa darimana, ia mencoba membantunya mengingat siapatau beliau mengetahui Farel yang dulu
Usai berkunjung selesai Kami pulang dengan berpamitan. Sampai rumah pada sekitaran jam setengah lima. Zain berpamitan untuk pulang, dan yang lain juga ikut mengekor pulang ke rumah masing-masing. Sungguh hari yang menyenangkan.Zain sampai rumah. Sebelum membuka pintu, ia merogoh sakunya untuk mengambil kunci rumah cadangan yang di bawanya setiap bepergian ke luar, takutnya seisi rumah tidak ada orang, jadi dia antisipasi dengan membuat kunci duplikat yang saat itu ia pinjam dari bundanya. “cklekk..”,suara kunci membuka pintu rumah.Dan benar keadaan rumah tampak sepi. Kayaknya Via,Bunda, Abang serta Ayah sedang tidak berada di rumah. Sudah kuduga dirinya selalu saja ditinggali tanpa diberi kabar mereka pergi kemana. Zain melepas jaket yang terpasang di badannya. Ia selempangkan di atas tiang gantungan dekat laci ruang televisi. Lalu badannya ia lemparkan ke setumpuk bahan empuk yakni sofa. Ia rentakan kaki disana. Rebahan dimulai.Tepat setengah jam kedep
Jam 00.00Zain masih terjaga. Belum tidur daritadi. Malam ini Zain begitu malas untuk beranjak dari sofa busa yang empuknya berkali-kali lipat dengan stiker bergambar boygrup andalan adiknya itu. Zain masih dengan merasa nyaman rebahan disana, nyaman pada posisi tidurnya. Walaupun Via masih jinkrak-jingkrak dengerin musik bahasa korea yang ia setel itu.Walaupun ruangan ini sekitar ukuran 5 x 5 meter tapi ya sekiranya kalau Zain masuk kamar bakalan gak kedenger suara dari ruang tivi. Bukan soal ukuran sih tapi kedap suara nya kamar Zain, ga masalah lagian lagunya adem, bisa sebagai pengantar tidur gitu, “dek judul lagunya apa?”. Tanyaku ngasal.“bye my first”, katanya. Lalu ia kembali lambaikan tangannya kayak semacam berkonser di tempatnya langsung.Ingatan Zain kembali melekat kalau ia setidaknya kembali merencakan kegiatan liburan Kuliah ini. Apalagi Ramadhan bentar lagi, tekadku bermalas-malasan harus di hilangkan dari sekarang.
Dulu. Selasa, 30 Juni 2015Mengingat Brivio, kini throwback Kembali membawa kenangannya di hari-hari kelulusan masa MTs berakhir. Dimana saat itu Atla adalah cinta pertamanya.Tepat di pagi hari yang masih agak gelap Brivio terbangun dari tempat tidur tanpa lihat jam Brivio udah nyimpulin kalo ini jam 5. mengingat bahwasannya dirinya absen ngaji malam karena tertidur pulas sehabis salat malam.Tindakan pertama yang Brivio lakukan adalah lempar guling favoritnya ke kursi, kadang Brivio lipet selimut dulu tapi kali ini kagak soalnya cowok gembul itu kebelet boker, terus habis itu wudhu dan solat subuh.Setelah kelar solat subuh, Brivio cek hape siapatau ada notif dari orangtuanya yang janjinya mau menjemputnya hari ini untuk pulang. Jadi… di hari-hari kelulusan para santri khusus pada kelas sepuluh diperbolehkan untuk memegang ponsel. Saat itu Brivio meminjam ponsel milik kakak-kakak penjaga asrama alias musrif.Hanya memantau pesan chat ora
Malam harinya. pada posisi yang lain…POV Riri.19.00 wib.Riri: pRiri : ppRiri : gua ada di depan rumah loRiri : LifOlif : spam njirrRiri : OliffffRiri: eh udah bales heheOlif membuka pintu rumahnya dan ya, ada Riri disana beserta makanan minuman yang ia beli dari minimarket depan gang.Tenang kok, malam-malam begini Riri udah biasanya bawa makanan ke rumah Olif, bukan Olif yang minta sih tapi Riri nya sendiri yang mau, apalagi kalau Riri tau kalau Olif habis ditinggal pergi keluarganya anter adik ke pondok.Ya, sedekat itulah hubungan Riri dan Olif saking dekatnya rumahnya pun saling berdampingan. Yups, selain mereka bersahabat sejak kecil mereka juga bertetangga juga, makanya Riri tau situasi apa yang ada di rumah Olif.“lu tuh ya jadi orang boros banget, dirumah gua tuh udah ada banyak makanan eh lu dateng-dateng malah bawa-bawaan”, Olif.“bukannya makasih udah dibawain juga s
Pagi, 05.00 WIB.Iryn sedang berbicara sendiri di kamar.“bisa-bisanya youtuber baru itu punya sifat yang angkuh , pake acara bawa-bawa channel terbaik lagi, apaan sih”.Iryn membuka hapenya, “ya ampun ini pesanan kok lama banget, oh oh oh pesanan sudah berada di tempat jam 7 pagi”.“wah okedeh”.Kemudian Iryn keluar dari kamar karena dia merasa haus dan ingin mengambil minum di dapur, dan disana ada sang nenek yang sedang sibuk dengan pancinya.“nek, tumben sendiri di dapur, mamah kemana?”, Tanya Iryn.“mamah Lea lagi jalan-jalan ke luar bentar lagi balik, nih sekarang nenek mau rebus telur”, Katanya nenek.“wih itu telur yang kemaren aku sama Riri ambil kan nek, aku mau nyoba rebus nekk”, Ucap Iryn.“iya dong, boleh-boleh, kamu tolong ambilin garam di rak buat air rebusan ini ya”, ujar nenek.“okee..”“ini nek, oiya biar apa t
“Aku jatuh Cinta”.Tiba-tiba Cowok bertubuh gembul itu bicara sendiri membuat teman-temannya mendadak cengo. Mereka sedang menongkrong di warteg Lia, ya, Brivio menjadi pusat perhatian satu meja, Azka yang duduk di sampingnya menatap heran cowok itu.“hah?”.“Aku udah nggak stuck dia lagi”.“Bentar—uhuk!! Zain keselek. Dia langsung mengambil minuman. Brivio menatapnya penasaran.Saat kondisi sudah mulai tenang, Zain membuka topik pertanyaan pada cowok gembul itu. “jadi, jadi ke pesantren nemuin Atla?”.Brivio menggeleng.“lho berubah pikiran?”Brivio kini mengangguk.Zain berpikir beberapa lama, keningnya mengerut. Dia mengetahui bahwasannya Brivio sedang mengalami masa labil, sulit memilih, seharian kepribadian dia memang agak berbeda dari sebelumnya, kalem. Zain menyimpulkan pasti karena Cewek yang ia kejar sewaktu hujan tiba kemaren.“ngomong-ngomong, ak