Share

07 : Yasmin yang terjatuh

“Bukannya lu itu nggak jadi putus? Kok malah dibilang mantan?”, Tanya Azka pada Brivio. mereka ada di sisi depan meja. Atmosfer kini mengelilinginya saat ditanya perihal hubungannya dengan sang perempuan yang dibilang mantan oleh Farel.

Namanya Atla. Bisa dikatakan ialah cinta pertamanya. Sewaktu dibangku madrasah tsanawiyah (MTs) pertemuan mereka yang singkat pada ujian nasional ternyata menimbulkan suatu getaran asmara diantara keduanya.

Laki-laki bertubuh gembul itu merupakan anak dari Ustad di tempat sekolahnya di MTs, Ya, Brivio memang dikenal laki-laki yang mengumbar pesona. maksudku populer. bagaimana tidak? Hampir semua kalangan area tempat perempuan mengenali Brivio. Tak heran ia selalu dicurigai banyak pengintai guru-guru BK namun sejauh ini, Nyatanya belum ada sesuatu kasus pun menimpa Brivio.

Hanya saja, saat ujian nasional dimana para murid akhi dan ukhti bercampur sehingga beberapa diantaranya mengambil kesempatan disitu, pada momen selesainya hari terakhir ujian nasional dimana seorang perempuan berani menaruh sebuah bingkisan berisi coklat dan surat di kolong mejanya. 

Disitulah awal mereka menjalin kedekatan secara tidak langsung hingga menginjak sekolah SMA barulah kemudian bertemu dan mengutarakan dari masing-masing perasaan mereka. 

“tolong gua stuck lagi”, ujar Brivio. “kemaren dia ngasih ucapan di medsos atas kelulusanku”.

“mestinya lo kasih ucapan selamat juga Vi”.

“buat?”.

“kasih selamat karena dia udah berhasil move on ngahahahah”. 

Farel Nampak tertawa terbahak-bahak. 

12:09 WIB.   

Jefri berlari di tengah siang hari yang lumayan terik ini. Mengambil tempat duduk kosong lalu menaruh kamera tepat disampingnya. Saatnya Ia beristirahat.

 “Riri bilang masuk jurusan ini karena seseorang, makanya dia mau jadi sejarawan”, Yasmin berbicara sendiri. Melirik cowok yang duduk di samping bangku yang mengambil minuman dari miliknya.

“ahh, namanya juga Riri. Gua malahan jadi minat buat masuk kuliah jurusan ini, enak santai”, Jefri terkekeh. 

Scene terakhir yakni wawancara baru saja akan berlangsung sejak kami tadi selesai melaksanakan sholat dzuhur terlebih dahulu kemudian bertemu dengan narasumber. Diujung sana terlihat mereka sedang mewawancarai Imam masjid yang bernama Nasrul.  

Penugasan dokumentasi sejarah akan selesai dalam hitungan jam lagi, tentunya berkat bantuan Jefri,Yasmin Azka, Brivio dan Farel. justru mereka antusias karena momen langka ini yang hanya diadakan satu tahun sekali kebersamaan mereka.

Tapi kemudian Yasmin menyadari satu alasan. banyak diantara mereka menyayangi dan peduli pada Riri. Yasmin mengetahui pandangan Riri terhadap Zain yang berbeda, tapi ia sulit mengetahui sudah sejauh apa hubungan dengannya . “entah kenapa gua pengen liat Zain secara gamblang ngungkapin isi hatinya nggak digantung kaya jemuran”.

Jefri tertawa. Dia setuju dengan pendapatnya. “padahal kalo jodoh mereka serasi, saling melengkapi. Mungkin mereka takut hasilnya nihil”.

“belum paham kayaknya. Soalnya satu sama lain masih nyaman dengan posisi pertemanannya”, Yasmin mulai menganalisa. ia mencoba berpendapat setau pengetahuannya sambil mengelus dagu, kemudian mengukir senyuman mencurigakan. “pasti ada suatu hari nanti, kalau mereka mulai sadar ada diantara kita bisa ngerusak mungkin hubungan mereka, baru tahu rasanya”.

“maksudnya?”.

“jadi lo yakin kalau Riri sama Zain ada saling rasa Jef?”

“justru aneh kalau mereka gak punya , kan? Sahabat cowok-cewek seperti macam kita mustahil bakalan nggak ada yang gak spesial,”.

Yasmin mengangguk setuju.

LOH KOK !?

“yesss hamdalah selesai,” Brivio disamping Riri berseru heboh. kini mereka beranjak pergi dari tempat.

“kaget woi”.

“bisa gak punya mulut gausah berisik di telinga gua ?”

“YES HAMDALAH SELESAI”

“Untung sabar”.  Riri mengelus dada. Dia harus lebih banyak bersabar. Kebal gak kebal. Kalau tidak, mana mungkin bisa selesai ini tugas sekarang?

Zain menoleh saat seseorang menepuk pundak dari sisinya yang lain, cewek itu memberikan kamera hasil yang tadi pada Zain. Zain menerimanya dengan senang hati. Riri mendongak dan tersenyum kecil, “makasih ya Zen akhirnya tugas ini tinggal diserahin.”

“sama-sama”,  Zain menjawab sambil tersenyum. Dan beberapa detik kemudian, jeritan cewek membuat kami tertuju pada arah suara, Yasmin tersandung dan tersungkur di selokan. Untungnya selokan tersebut tidak berisi air.

Jefri menyesap minumannya kuat-kuat. Langsungnya ia membantu cewek itu naik “hati-hati kalau jalan”.

“kalo lo gak bilang gitu , guanya gak bakalan kaget.”, ralat Yasmin gemas. Dia berdecak saat gerutuannya tidak dihiraukan.

Farel yang baru berada disana dengan Jefri, dia mengulurkan tangan , membantu sahabatnya berdiri. Sepertinya Kaki kiri Yasmin terkilir, sehingga jalannya agak tidak biasanya. Farel menoleh , menatap Yasmin yang memperhatikannya dengan Jefri di sampingnya.

Farel menepuk pundak Jefri, dan berkata “akhirnya, waktunya tiba”.

“maksud lo?”.

Farel berbisik di telinga Jefri ,”saatnya lo mesti Tanya jawaban jelasnya”.

Karena cedera di lututnya membuat kulit Yasmin robek sampai berdarah , cewek itu dibawa ke klinik kampus . Yasmin dituntun Riri, dibelakangnya Jefri. Zain membuntuti berjalan ke arah klinik terdekat disana. Sedangkan yang lain stay di mamang ketoprak.

Sampai di tempat tujuan. Ternyata kliniknya tutup. Zain pamit keluar mencari bahan penutup luka beserta Riri yang membuntuti. Yasmin duduk di sekitaran bangku yang tersedia, memeriksa lukanya sesaat, lalu dia menatap Jefri yang duduk di kursi depannya.

“napa, jef?”.

“gara-gara gua salah ngomong lu jadi salting”. Jefri ikut duduk disebelahnya.”untung selokannya kering, kalao gak badan lo bisa-bisa bau air comberan kan?”

“kali ini nasib baik dimiliki olehku ahahaha”.

“dasar”. Jefri merogok saku mengambil permen dan dikunyahnya. “lo tau? Orang yang selalu ada disetiap kita susah justru sering yang paling duluan pergi dari kita. Makanya gue gak seneng sama orang yang selalu ada buat gua. Mending kalau orang itu punya maksud tertentu . sama artinya salah satu orang itu, nyuruh…dia menjadi spesial dihatinya”.

Yasmin memberi jeda, “lo kira orang yang dipaksa buat jadi spesial itu seneng? Enggak. Mereka Cuma jadi beban. Gue gak mau di paksa siapa pun, beberapa orang yang hanya menaruh perhatian yang gua tau ya gua”.

Jarang sekali Yasmin bicara sesuatu sampai serius seperti sekarang itu artinya, yang dia katakana memang benar-benar isi hatinya , sesuatu yang tidak bisa diganggu gugat . Yasmin memang seperti itu. Dia ingin hidup suka-suka, tidak terkekang aturan dunia, selama dia masih mengikuti norma yang ada.

Karena Jefri santai dan tidak diambil pusing terhadap banyak hal, justru menjadi alasan Yasmin tetap setia memedulikannya melindungi, menjadi perisai agar orang-orang tidak terlalu menyakitinya.

Karena ia selalu menjadi orang yang paling tahu, karena ia tau kapan harus bicara.

“ini alcohol olesi di kakinya Buat bersihin luka”. Zain Riri datang. Yasmin tidak akan membahas lagi. Yasmin mendongak, menatap wajah Jefri dalam. Lalu dia menunduk, melihat lukanya di lutut beberapa jengkal dari wajahnya.

“gua mau apa yang lo maksud itu jef”, Yasmin bicara.

“ALHAMDULILAH”.

“kalian pacaran?”, Riri memastikan. Ia menoleh Zain begitupun Zain menatapnya dan kedua orang itu secara bergantian. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status