Share

Bab 3. Serigala berbulu domba.

Amala masih mengepalkan tangannya.

Dia tidak habis pikir, kenapa mereka sangat membencinya hingga tega menggunakan cara sekejam itu. Amala benar-benar merasa hatinya hancur  berkeping-keping. 

Amala masih mengingat dengan jelas jika kemarin dia masihmenemani Nathalie minum kopi di cafe. Mereka masih sempat bercanda dan tertawa berdua. Nathalie bahkan bertanya tentang kabar hubunganya dengan Khale. Tanpa terlihat sedikitpun kecurangan dari Nathalie. 

Tanpa ada masalah sedikitpun diantara mereka berdua. Sampai detik ini, Amala tidak pernah tahu jika Nathalie diam-diam mencintai tunangannya. Lalu sengaja membuat rencana licik untuk menjebaknya agar Khale meninggalkan dirinya.

Amala menjadi seperti orang yang bodoh. Dia dikhianati oleh sahabatnya sendiri, juga oleh calon ibu mertuanya yang selama ini selalu menganggapnya sebagai anak dan begitu menyayanginya. Dia tidak tahu, jika sebenarnya Sabrina sangat membencinya dan hanya berpura-pura mengasihinya.

Padahal, Keluarga Anderson berjanji akan menjaga harta peninggalan keluarga Knight, tetapi nyatanya mereka malah menguasai dan mengambil alih semua harta yang seharusnya milik Amala, lebih parahnya Amala di usir dari rumahnya sendiri. 

Memikirkan semua itu, Amala tidak bisa menahan diri lagi. Dia perlahan, keluar dari balik pohon dan mendekati mereka.

Dua orang itu menoleh saat mendengar suara langkah. Mereka terkejut dan panik saat melihat Amala sudah berdiri di belakang mereka dan menatap mereka dengan sangat dingin.

Melihat ekspresi wajah Amala seperti itu, baik Sabrina maupun Nathalie sudah bisa menduga jika Amala telah mendengar semua pembicaraan mereka tadi.

"Berani sekali kamu menguping kami, Amala! Dimana kesopanan kamu? Apa putri dari keluarga Knight seperti ini? Apakah ini ajaran orang tuamu ketika dulu?" Sabrina langsung menyerang Amala terlebih dahulu sebelum Amala sempat bicara sepatah kata pun. Itu membuat Amala sangat marah.

"Jangan menilai keluarga Knight kami, Ibu! Apalagi mendiang orang tuaku! Setidaknya, kami tidak sepicik kalian. Kalian sudah menjebakku lalu mengambil harta keluargaku! Dan ternyata sesuai dugaanku, kalian sudah mengatur semua itu untuk menguasai harta orang tuaku dan

memisahkan aku dengan Khale! Apa salahku, Ibu! Kenapa begitu kejam?" Amala berteriak pada Sabrina.

"Amala, berani kamu bicara sekasar itu dan berteriak pada Ibu? Dia orang yang lebih tua! Cepat minta maaf!" Nathalie membela Sabrina.

Amala menoleh padanya dengan tatapan sangat dingin. Saking dinginnya hingga seperti mayat.

"Nathalie, aku tidak menyangka, kamu mengkhianatiku sampai seperti itu.  Apa kamu tidak punya hati melakukan semua ini padaku? Kamu tidak bermoral, Nathalie!" Amala menunjuk wajah Nathalie tanpa sedikitpun kesopanan lagi.

Bukannya marah atau tersinggung diperlakukan seperti itu, Nathalie malah tersenyum, kemudian berpura-pura memasang wajah sedih.

"Maafkan aku Amala. Aku tahu ini salah. Tapi kamu harus tahu, aku jatuh cinta pada Khale sejak pertama kamu mengenalkannya padaku. Tapi Khale malah memilihmu. Aku jadi harus berusaha lebih keras untuk itu. Jadi, jangan salahkan aku ya?"

Mendengar pengakuan jujur Nathalie, Amala menggertakkan giginya, hatinya terlampau sakit.

"Nathalie, jangan hiraukan ucapannya. Kamu dan dia tentu berbeda. Kamu adalah menantu idamanku. Sementara dia hanya orang buangan keluarga Anderson kami." Sabrina berkata demikian pada Nathalie dan menoleh pada Amala dengan sinis.

"Kamu masih ingin kembali pada Khale? Selama aku masih hidup, jangan harap kamu bisa mendekati putraku lagi, apalagi sampai masuk kedalam rumah yang bukan lagi milikmu," ucap Sabrina.

"Satu lagi, Amala. Kamu bertanya apa salahmu? Karena kamu adalah anak dari wanita yang aku benci! Ibumu selalu mengalahkan aku dalam segala hal. Dia mendapatkan ayahmu, padahal dia jelas tahu jika aku dulu, menyukai ayahmu. Aku hanya ingin, dia melihat putrinya menderita dari neraka sana!" Sabrina berkata dengan begitu puas. Selesai bicara demikian, Sabrina mengajak Nathalie masuk, menuntun tangan Nathalie dengan begitu romantis.

Amala kembali membeku, menatap langkah dua orang itu hingga hilang di balik pintu. Amala baru menyadari jika selama ini dia sungguh bodoh dan bisa tertipu dengan begitu mudah oleh ketulusan palsu mereka.

Tapi siapa yang menyangka? Sepuluh tahun dia telah hidup bersama keluarga Anderson ini, mereka begitu menyayanginya dengan sangat sempurna. 

Lalu ketika Khale ingin menikahinya, kedua orang tua Khale setuju. Amala tidak pernah menyadari, jika semua itu hanyalah bagian rencana dari mereka untuk membodohi dirinya.

Sekarang Amala sadar seratus persen, jika itu semua sudah diatur dan dirancang sempurna oleh mereka.

Amala telah hidup bersama sekelompok serigala berbulu domba selama bertahun-tahun lamanya. Tanpa menyadarinya.

Amala terduduk di tengah teras rumah mewah yang seharusnya masih haknya sepenuhnya itu. Dengan hembusan angin malam yang dingin menusuk tulang belulangnya. Dia mendekap dirinya sendiri dengan air mata yang mengalir tak berhenti.

Dia mengingat Khale, dia ingin memberitahu tentang semua ini. Tentang rencana mereka, tentang orang tua Khale yang telah memindahkan harta milik keluarga Knight. Tentang jebakan mereka yang ingin hubungan antara dirinya dan Khale berakhir.

Tapi, apakah Khale akan percaya padanya? Sepertinya itu tidak akan mungkin. Saat ini dimata Khale, Amala hanyalah seorang jalang. Khale sangat membencinya sekarang.

Apalagi dirinya sekarang telah ternoda.

Memikirkan itu, Amala menjadi ragu. Lalu saat mengingat tatapan penuh kebencian Khale padanya.

Amala kemudian melangkah perlahan untuk meninggalkan rumah itu. Rumah yang telah meninggalkan banyak sekali kenangan untuk dirinya. Tanpa peduli dengan ponsel yang ingin ia ambil tadi.

Dia menoleh ke rumah itu untuk yang terakhir kalinya. Amala berjanji di dalam hatinya. Suatu saat nanti sakit hati ini, akan ia balas! 

****

Di pinggiran kota S.

Di sebuah rumah sederhana.

Bibi Lusi menghampiri Amala yang termenung di sisi tempat tidur. 

Sudah hampir tiga bulan tinggal di sini, itu tidak membuat Amala merasa jauh lebih baik. Dia justru terlihat semakin tertekan dan dikuasai kesedihan. Dia sering menangis jika mengingat pengkhianatan mereka.

Sabrina, mantan calon mertuanya sekaligus orang yang berpura-pura menyayanginya. Lalu Nathalie sahabat baiknya yang sering mendukung saat dia sedang ada masalah apapun.

Khale, laki-laki yang dulu begitu mencintainya, kini sangat membencinya.

Dia sekarang tidak punya apa-apa lagi, rumah, harta peninggalan keluarganya bahkan harga diri. Hanya noda yang ditinggalkan pria yang tidak dia kenal sama sekali itu dan malangnya, malam penuh kegilaan itu telah meninggalkan sesuatu pada tubuhnya yang membuat Amala hampir depresi.

"Nona Amala, bibi tahu ini berat untukmu. Tapi, kehidupan kecil dalam perutmu itu, sama sekali tidak bersalah. Mungkin jika dia disuruh meminta, dia juga tidak ingin berada disana."

Amala menunduk, tangannya meremas perutnya yang rata.

"Kenapa kamu harus hadir? Bukan aku menyalahkanmu, tapi waktumu tidak tepat." Amala berbicara pada perutnya.

Bibi Lusi mengulurkan tangannya ke atas kepala Amala, lalu membelai penuh kasih sayang.

"Saat ini, Nona mungkin rapuh. Tapi suatu saat kamu akan kuat. Jadikan dia hal paling berharga dalam hidupmu, dan berjuanglah dengannya. Kamu akan kuat ketika ada dia nanti, kamu tidak akan sendirian lagi. Percayalah."

Komen (1)
goodnovel comment avatar
amymende
yaah kenapa cerita begini ada dimana2 ya, klise n membosankan, mabuk, sex, hamil, balas dendam yg hampir sama dibanyak buku. good novel gimana tuh?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status