Share

16. Sabia

“Pak, bisa saya minta tolong,” ucapku pada Pak Rully saat aku mengajaknya bertemu di sebuah kafe.

“Apa?” Pak Rully asyik memainkan sendok diatas kopinya.

“Tolong jadikan Sabrina pemeran utama di series itu.”

Pak Rully memandangku terkejut. Tangannya berhenti memainkan sendok.

“Kenapa?”

“Jangan kepo, Pak.”

Pak Rully menyentil jidatku. Eh bukan mahram.

“Saya produsernya. Kamu jangan semena-mena,” kesalnya.

“Idih, memangnya Bapak saya apain?”

“Saya serius, Sabia.”

“Kalau begitu, datangi Papa saya,” ucapku asal.

“Sabia—“ Pak Rully mulai kehabisan kesabaran.

Padahal orang sabar anunya lebar. Eh maksudnya rezekinya. Tolong jangan berpikir yang iya-iya.

“Agar Mama mau memberi klarifikasi berita yang sedang viral itu, Pak.”

Pak Rully tertegun. Aku menunduk.

“Jadi...”

“Tolong,” pintaku dengan nada memohon. “bukannya aku juga ada hak untuk memilih siapa pemerannya?”

Pak Rully mengangguk. “Akan saya pertimbangkan.”

“Terima kasih, Pak.”

“Sabia—“

Aku bergumam menanggapi panggilan Pak Rully.

“Apa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status