Share

Anak Sang Milyader
Anak Sang Milyader
Author: Elwi Chloe

KEHABISAN PILIHAN

"Tuan Leon, sebagai ucapan terima kasih. Saya ingin mengenalkan primadona di bar ini, dia barang baru."

Leon yang baru saja meneguk minumannya, menoleh ke samping. Tepatnya ke arah yang ditunjuk oleh partner bisnisnya itu, orang yang mengundangnya datang ke bar untuk merayakan kerjasama yang sudah dijalin dengan baik.

Di sana, ada seorang wanita yang memakai gaun merah ketat. Sehingga lekuk tubuhnya terlihat cukup jelas.

"Jecy akan menemani malam anda, Tuan! Saya sudah pilihkan yang terbaik untuk anda!" ucap pria itu dengan senyum puas. Merasa bangga jika dia sudah memberikan yang terbaik untuk CEO J Crop, dengan memperkenalkan wanita yang baru saja dia panggil.

Leon Victor Januartha, umur 27 tahun. Seorang putra sulung dari pembisnis terkenal di dunia. Dia terlahir di dalam keluarga yang harmonis dan tidak pernah kekurangan apapun sejak kecil.

Untuk Leon yang memiliki kemampuan bisnis luar biasa, dia adalah seorang yang sering di berita.

Namun.

Temperamennya itu, ya dia juga terkenal. Karena memiliki temperamen yang buruk.

Dia hobi bermain dengan wanita, dan tidak pernah mempunyai hubungan yang stabil. Dia juga menderita Disleksia, sering mengabaikan orang-orang di sekitarnya, dan berapa rendahnya dia membuat sarkasme.

Leon tertawa sinis, dia menghargai usaha partner bisnisnya untuk membuatnya senang. Diperhatikannya sang wanita dari ujung kaki hingga naik ke atas. Seolah sedang menilai penampilannya.

Menatap rambut cokelat muda yang mungkin terasa lembut jika disentuh oleh jari-jarinya, leher putih yang halus, mata amber yang menatapnya tajam, dan ekspresi enggan yang terlihat jelas.

"Masih perawan?" tanya Leon yang membuat wanita itu pucat pasi.

Jecy meremas ujung roknya, menahan emosi dan kegelisahan, hal itu tidak luput dari tatapan mata biru turquoise.

"Kau tuli? Kenapa diam saja?" tanya Leon ketus, "Kalau tuli pergi saja! Saya tidak butuh kau!"

"Y... ya, saya masih perawan, Tuan," jawab Jecy sambil menunduk.

Ada sesuatu tentang Jecy yang membuat Leon merasa berbeda. Wanita itu memang cantik. Akan tetapi, dia sudah bertemu yang lebih cantik berkali-kali lipat. Seksi? Ya wanita penghibur itu memang seksi sekali.

Entah, dia sendiri tidak bisa menjelaskan. Sesuatu tentang Jecy yang dianggapnya terlihat polos dan malu-malu, membuatnya tertantang untuk membuktikan apakah masih polos seperti kelihatan, atau hanya kedok saja untuk menggoda dirinya.

Apapun itu, Leon tidak berkedip memandangi tubuh sintal Jecy yang berdiri beberapa langkah di depannya.

"Hmm, aku tidak sabar membawamu ke atas ranjang," ucap Leon terkekeh sendiri.

**

Leon membuka dasi dan jas yang dikenakannya, meletakkannya pada sandaran sofa, lalu mendudukkan tubuhnya dengan santai.

Berbeda dengan Jecy yang berdiri kaku dengan kepala yang menunduk, dia benar-benar merasa canggung.

"Duduklah," ujar Leon mempersilakan.

Jecy sedikit tersentak mendengar suara berat yang lebih terdengar seperti memerintah. Bulu matanya bergetar cepat. Dengan keraguan, dia menatap Leon yang dengan elegannya menuangkan wine ke dalam gelas.

"Ayo minum dulu," Leon tersenyum tipis dan mengangkat gelas yang sudah terisi cairan berwarna merah keunguan.

Ini lembut, pikir Jecy ketika mendudukkan tubuhnya di sofa tepat di depan Leon, lalu dia menggeleng dan berucap, "Aku tidak minum alkohol."

"Berapa umurmu, hmm?" tanya Leon, dan tidak melepas lirikan dari wanita yang duduk di depannya.

"Dua puluh tahun, Tuan," jawab Jecy cepat.

"Setidaknya kau tidak di bawah umur," ucap Leon sambil menganggukkan kepala. Dia menatap gelas anggur, dan meneguknya.

Please, jangan ditanya bagaimana rasa berdebar di dalam dada Jecy. Dentumannya sudah seperti genderang perang. Bahkan, keringat dingin sudah membasahi telapak tangan.

Leon memberi isyarat dengan menepuk sofa di sebelahnya, "Kau terlalu jauh, mendekatlah ke sini."

"Apakah aku ini anak anjingmu?" Jecy menggerutu di dalam hati. Merasa tidak punya pilihan, dia hanya bisa menurut karena tidak mau membuat suasana menjadi semakin canggung.

Perlahan, Jecy beranjak menuju sofa sebelah pria berambut hitam tebal itu. Namun, tiba-tiba tangannya ditarik hingga jatuh terduduk di atas pangkuan Leon, dan semakin dikejutkan karena bibir keduanya bertemu.

Jantung Jecy seakan berhenti berdetak. Matanya terbuka lebar dan tubuhnya mematung. Wajah Leon begitu dekat dengannya. Napas pria tampan itu terdengar menderu, terasa jelas mendesir di pipinya.

Leon mencium Jecy dengan begitu tiba-tiba. Terasa kasar dan tergesa-gesa. Seakan memakan buah kesukaan dan tidak ingin segera berakhir.

Bibir Leon mengait bibir bawah Jecy. Lidahnya membasahi seluruh bibir tersebut, merasakan peach flavour begitu segar. Kemudian mengigit dan menarik ke atas dengan kasar. Sontak wanita itu mendorongnya untuk melepaskan diri.

"Kenapa kau menggigitku?"

Respon terkejut si wanita, justru terlihat lucu di mata Leon. Membuat dia semakin penasaran apakah kepolosan itu nyata, atau semua hanya dibuat-buat. Bagaimana sebenarnya kepribadian asli dari Jecy?

"Apa tidak boleh?" kekeh Leon mengusap saliva yang tertinggal di bibinya dengan ibu jari.

"Sakit, gigi tuan tajam," protes Jecy takut-takut.

Leon terkekeh puas karena mulai merasakan ketakutan mangsa barunya. Ditariknya pinggul Jecy supaya tubuh keduanya semakin menempel, diusapnya pinggul itu dengan gerakan memutar, yang membuat wanita itu menggeliat tidak nyaman.

"Karena ini adalah pertama kalinya untukmu, aku akan bersikap lembut."

Si wanita hanya mengangguk dan menatap nanar. Mau apa lagi selain mengiyakan semua perkataan dan keinginan pria yang harus dilayaninya ini? Dia menguatkan hati. Demi uang berlimpah. Demi segalanya.

Jecy Ketlovly telah kehilangan keberuntungannya selama yang dia ingat. Di antara nenek yang sakit, rentenir yang mengancam, dan bos lama yang membuatnya hampir tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, membuatnya benar-benar kehabisan pilihan.

Suatu hal yang harus dia pertaruhkan untuk mendapatkan uang, yakni tubuhnya sendiri.

Detik berikutnya, bibir keduanya bertemu kembali. Telapak tangan Leon bergerilya masuk ke balik tengkuk, menahan agar wajah Jecy tidak mundur saat dia menekan bibirnya lebih hebat, dengan ciuman yang lebih intens, tanpa jeda.

Puas dengan menyesap bibir. Lidah Leon turun ke leher. Jecy refleks mendongakkan kepala dan sedikit memiringkannya ke kanan, membiarkan tuan-nya bermain lebih leluasa di sana.

"Harummu lembut sekali. Seperti... Lavender dan Rosemary? Aku sangat suka," gumam Leon semakin memburu napas. Bibir dan lidah bergantian merasakan kelembutan kulit leher Jecy.

"Mmmhhh," desah Jecy mulai terbawa suasana.

Telapak tangan Leon sudah mulai meraba kedua tonjokan yang menyembul. Bergerak memutar dan diakhiri dengan meremas lembut.

Jecy merasa sentuhan di tubuhnya terasa panas. Dia tidak mau bereaksi dan terseret mengikuti nafsu pria itu. Namun, kenapa rasanya enak? Perasaan apa ini? Seperti ada sesuatu yang menggelitik di bawah sana.

"Sepertinya kau menikmatinya," bisik Leon seduktif dan terdengar merendahkan, tangan terampilnya sudah bermain ke mana-mana.

"Benar, begini pun tidak apa... Jika hal ini bisa menyelesaikan segalanya," batin Jecy bergemuruh, matanya terus terpejam tidak berani melihat pria yang semakin gencar memainkan tubuhnya.

_To Be Continued_

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Tukang Copy
lumayan untuk pembukaan cukup
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status