Share

Bab 7

Author: Zakrya
Rafael benar-benar hilang?

Dhea terpaku di tempat, tidak berani bergerak. Pisau buah itu sudah meninggalkan goresan tipis di lehernya, rasanya perih menusuk.

"Sadar sedikit, aku nggak tahu di mana anakmu!" pekik Dhea.

Larissa seperti orang yang kehilangan akal sehat. Tangan yang menggenggam pisau bergetar hebat.

"Nggak mungkin! Cuma kamu yang nggak suka sama Rafael. Hari ini kamu juga memanggil begitu banyak mobil untuk mengangkut barang-barangmu. Kalau bukan kamu, siapa lagi?"

Matanya merah, benar-benar terlihat seperti ibu yang kehilangan anak. Suaranya sudah serak karena menangis, tetapi dia masih bersikeras berkata, "Nyonya, aku mohon kembalikan Rafael kepadaku. Dia satu-satunya sandaran hidupku."

Usai berbicara, Larissa langsung melemparkan pisau buah di tangannya, lalu jatuh berlutut di depan Dhea. "Nyonya, Rafael adalah nyawaku ...."

Dhea akhirnya terbebas dari cengkeraman. Mendengar itu, dia merasa sangat ironis. Dia tak kuasa untuk bertanya, "Kembalikan? Dia cuma anak yatim piatu yang diadopsi, apa hubungannya sama kamu? Kenapa harus kukembalikan?"

"Dia itu ...." Larissa hampir keceplosan, tetapi segera sadar, lalu buru-buru berhenti. Dia hanya bisa terisak lirih.

Kali ini, giliran Dhea yang tidak mau melepaskan. Semua terlihat jelas di matanya. Matanya berkilat, dia sengaja memancing Larissa, "Dia itu siapamu, hah? Coba kamu bilang!"

"Cukup!" hardik Yordan dengan suara dingin. "Dhea, jangan terlalu mendesaknya."

Mata Dhea bergetar hebat. Dia menatap Yordan dengan tidak percaya. Sejak kecil mereka tumbuh bersama, Yordan tidak pernah tega mengucapkan satu kata kasar padanya. Barusan ketika Larissa menyanderanya, Yordan pun tidak membantunya sama sekali.

Ini pertama kalinya Yordan berbicara padanya dengan nada keras, demi melindungi selingkuhan dan anak haramnya!

Kecewa .... Semua emosi menumpuk dalam benaknya berkumpul menjadi satu kata itu. Kini, Dhea benar-benar kecewa pada Yordan.

Yordan bisa melihat perubahan ekspresinya. Merasa kata-katanya barusan terlalu berlebihan, dia buru-buru melembutkan nadanya. "Dhea, aku nggak bermaksud menyalahkanmu. Sejak diadopsi, Rafael dirawat sama dia. Tadi dia cuma terbawa emosi ...."

Dhea menyela dengan dingin, "Nggak perlu dilanjutkan lagi, aku nggak mau dengar. Yordan, aku ulangi sekali lagi, aku nggak tahu di mana anakmu. Kalau memang hilang, lapor saja ke polisi."

Tatapannya tanpa sedikit pun emosi, tenang sampai membuat Yordan gelisah. Bahkan saat Dhea mengatakan Rafael adalah anak Yordan, Yordan tidak sadar.

Saat ini, asisten buru-buru masuk. "Pak, anaknya sudah ditemukan. Dia ada di sebuah truk yang mau ke luar kota. Untung truknya belum jalan jauh. Sekarang sudah dalam perjalanan pulang."

Semua orang di ruangan menghela napas lega, hanya Dhea yang tidak bisa ikut lega. Hari ini memang dia memanggil beberapa mobil untuk mengirim barang ke balai lelang dan ini jelas membuat semua kecurigaan mengarah padanya.

Anindya duduk di sofa, mendengus dingin. "Kamu sendiri nggak bisa melahirkan. Sudah kuberikan seorang anak pun masih nggak puas. Menurutku, kamu memang mau membuat Keluarga Furama nggak punya keturunan."

Ucapan Anindya sangat menusuk, seolah-olah merobek luka lama Dhea dan menaburkan garam di atasnya.

Secara refleks, dia menoleh ke arah Yordan, lalu mendapati Yordan justru menatap Larissa dengan sorot mata tajam, tidak tahu sedang memikirkan apa.

Dhea merasakan sesak di dadanya, napasnya tertahan. Dia mentertawakan dirinya sendiri. "Benar, dulu aku seharusnya nggak mempertaruhkan nyawaku untuk menyelamatkan Yordan. Seharusnya aku biarkan saja dia mati."

Begitu kata-kata itu dilontarkan, hatinya hancur berkeping-keping.

Yordan kaget, menoleh menatapnya, melihat kesedihan di mata Dhea. Goresan merah di lehernya semakin mencolok, membuat hati Yordan mencelos. "Dhea, jangan bicara kalau lagi marah."

Dia buru-buru melangkah maju, ingin meraih tangan Dhea, tetapi Dhea menghindar. Tidak ada kesedihan yang lebih dalam daripada hati yang sudah mati. Teringat tangan itu semalam masih menyentuh tubuh Larissa, Dhea merasa sangat jijik!

Dhea tidak lagi menoleh padanya, hanya menunduk bermain ponsel, bertanya kepada Naira berapa lama lagi dia bisa sampai. Namun, balasan yang ditunggu tak kunjung datang.

Vila seketika sunyi, hanya tersisa suara tangisan Larissa yang tersendat-sendat.

Tak lama kemudian, Rafael dibawa pulang. Begitu melihat Dhea, dia langsung bersembunyi di belakang Yordan, menunjuk ke arah Dhea sambil berseru, "Papa, dia yang mau buang aku! Dia pelakunya!"

Mendengar itu, Anindya segera berdiri, wajahnya serius. "Dhea, apa lagi yang bisa kamu katakan? Rafael masih kecil, apa dia bisa berbohong?"

Sementara itu, tatapan Yordan bergetar. Saat mata mereka bertemu, Dhea langsung menangkap emosi yang tersembunyi di dalam sorot matanya. Pria ini sedang mencurigainya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Anak Suamiku yang Dirahasiakan   Bab 19

    Larissa benar-benar telah kehilangan kewarasannya. Sejak awal, dia memang kabur dari rumah sakit jiwa. Ditambah kali ini melukai Yordan, tentu saja Anindya tidak mungkin melepaskannya begitu saja.Akhirnya, karena tangisan dan permohonan Rafael, Anindya memilih mengurung Larissa di loteng rumah tua Keluarga Furama. Setiap hari ada orang yang berjaga dan tidak membiarkannya keluar untuk menimbulkan masalah lagi.Sementara itu, kondisi Yordan di rumah sakit juga masih belum stabil. Sebagian besar waktu Anindya dihabiskan untuk merawat Yordan, sehingga dia tidak terlalu memperhatikan keadaan Larissa lagi.Para pembantu di rumah pun tidak menyukai Larissa, sehingga mereka memperlakukannya dengan asal-asalan. Mereka hanya mengantar dua kali makan sehari sesuai jadwal. Soal dia mau makan atau tidak, sudah bukan urusan mereka.Hingga suatu hari, seorang pembantu tiba-tiba menyadari bahwa makanan yang dibawanya sudah tiga hari berturut-turut tak pernah tersentuh.Ketika dia mendorong pintu dan

  • Anak Suamiku yang Dirahasiakan   Bab 18

    Di dalam negeri, Keluarga Furama.Saat Yordan buru-buru kembali, dia melihat Larissa dengan rambut berantakan, pakaian kusut, wajah penuh noda dan jejak air mata. Seluruh tubuhnya tampak seperti iblis yang baru keluar dari neraka.Dalam pelukannya, dia mencengkeram Rafael dengan erat, lalu mengurung diri di sebuah kamar. Tak peduli siapa pun yang mencoba membujuk, dia sama sekali tidak mau membuka pintu.Melihat Yordan pulang, Anindya seolah-olah mendapatkan harapan. "Yordan, Larissa sudah gila. Tapi Rafael nggak bersalah, kamu harus segera menyelamatkan Rafael!"Wajah Yordan tampak lelah, kedua matanya yang penuh keletihan tampak merah padam. Dia mengangguk pelan, lalu langsung memerintahkan orang untuk mendobrak pintu dan melangkah masuk dengan tenang."Larissa, bukannya kamu ingin bertemu denganku? Sekarang aku sudah datang, lepaskan Rafael!"Larissa yang berada di dalam kamar mendadak menengadah dan menatap mata Yordan, lalu tertawa terbahak-bahak."Hahaha ...." Dia tertawa dengan

  • Anak Suamiku yang Dirahasiakan   Bab 17

    "Kamu sudah sadar." Suara Dhea tenang dan dingin, seakan mereka hanyalah dua orang asing yang kebetulan berpapasan.Yordan sampai gemetar karena terlalu bersemangat. Selama sebulan penuh dia tidak melihat Dhea, rindu yang menyesakkan itu hampir membuatnya gila. Kini, dia akhirnya bisa menatap wajah Dhea dan mendengar suaranya lagi. Perasaan rindu itu seketika meluap tak tertahankan.Dengan mata yang memerah, Yordan tiba-tiba bangkit dan merengkuh Dhea erat dalam pelukannya. "Dhea, ini benar-benar kamu .... Dhea, aku sangat merindukanmu." Suara Yordan rendah dan serak, sarat akan kerinduan dan cinta yang tak terbendung.Tubuh Dhea sedikit menegang, lalu dia mendorong Yordan dengan kuat. "Yordan, kita sudah bercerai!"Melihat pelukan yang tiba-tiba hampa, tatapan Yordan seketika dipenuhi kepedihan. "Dhea, aku nggak setuju sama perceraian itu," ucapnya cemas dan berusaha memperbaiki keadaan. "Hari itu aku sedang mabuk, aku sama sekali nggak sadar bahwa yang kutandatangani adalah surat cer

  • Anak Suamiku yang Dirahasiakan   Bab 16

    Dari balik taman, Yordan menatap Dhea dari kejauhan. Mata kelamnya penuh dengan perasaan mendalam, seolah ingin mengukir sosok wanita itu ke dalam hatinya.Namun, Dhea hanya menatapnya dengan tenang. Rasa berdebar dan sakit hati yang dulu begitu kuat, saat ini semuanya telah berubah menjadi kehampaan.Dengan sikap tak peduli, dia menutup jendela dan mengalihkan pandangan dari wajah yang kini hanya membuatnya muak.Tak lama kemudian, seorang pelayan bergegas datang. "Nona Dhea, di depan ada seorang Pak Yordan yang ingin bertemu dengan Anda."Tatapan Dhea tetap datar dan suaranya terdengar dingin, "Aku nggak mau bertemu. Suruh dia pergi."Pelayan itu langsung mengangguk dan pergi, lalu tak pernah lagi menyebutkan nama pria itu. Dhea pun menghapus sosok pria itu dari pikirannya.Sampai menjelang senja, saat suara hujan terdengar deras di luar jendela, Laura pun terbangun. Kondisinya sudah jauh lebih baik, sifat cerianya kembali muncul. Dia menempelkan wajah mungilnya ke kaca jendela, lalu

  • Anak Suamiku yang Dirahasiakan   Bab 15

    Larissa dipaksa menggugurkan anaknya. Saat tubuhnya masih lemah, dia malah dilemparkan ke rumah sakit jiwa. Dengan hati yang sudah mati rasa, dia terbaring di ranjang. Wajahnya pucat pasi, seakan seluruh tenaga telah disedot habis.Yordan muncul di hadapannya. Dia menghantamkan tumpukan bukti itu ke wajah Larissa. "Kamu benar-benar mengira semua yang kamu lakukan nggak akan ketahuan? Bahkan anak kandungmu sendiri pun sanggup kamu celakai. Kamu sama sekali nggak pantas disebut seorang ibu!"Melihat foto dan dokumen itu, wajah Larissa langsung pucat. Dia sadar semua perbuatannya sudah terbongkar. Bibirnya bergetar hebat. Dia ingin menjelaskan, tetapi tidak ada sepatah kata pun yang bisa keluar.Tatapan Yordan begitu dingin, matanya tampak hitam pekat. "Larissa, aku sudah memberimu kesempatan berkali-kali, tapi kamu malah memilih merusak dirimu sendiri. Mulai sekarang, jangan pernah bermimpi bisa bertemu Rafael lagi seumur hidupmu. Habiskan sisa waktumu dengan tenang di rumah sakit jiwa i

  • Anak Suamiku yang Dirahasiakan   Bab 14

    Yordan diusir oleh Keluarga Prawita dengan membawa semua bukti. Dia tahu dirinya harus memberi Keluarga Prawita sebuah penjelasan. Kalau tidak, bukan hanya Mahesa yang tidak akan mengizinkannya bertemu Dhea, bahkan dia sendiri pun tidak berani untuk menemui Dhea.Langit di luar berubah mendung. Awan hitam yang kelam seolah hendak runtuh menimpa bumi. Di sepanjang perjalanan menuju rumah lama Keluarga Furama, ekspresi Yordan tampak sangat muram.Para tamu sudah pergi. Dia langsung menerobos masuk ke kamar Larissa dengan penuh amarah. "Larissa, aku sudah memperingatkanmu! Kalau kamu ingin Rafael tetap tinggal di Keluarga Furama, jangan pernah membuat Dhea merasa tersakiti!"Tangannya mencengkeram leher Larissa, genggaman itu semakin kuat. "Kenapa kamu masih berani mendekatinya? Apa sebenarnya maksud dari surat perjanjian cerai itu!"Mata Yordan memerah, tatapannya sudah tak menyisakan kelembutan sedikit pun, seolah ingin melahap wanita di hadapannya hidup-hidup. Wajah Larissa memerah. De

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status