Share

Bab 6

Author: Zakrya
Di meja makan, Dhea menatap sarapan panas di depannya. Rasanya hambar seperti mengunyah lilin.

Kelembutan penuh perhatian Yordan, ditambah provokasi Larissa, semuanya terus terngiang di benak Dhea, membuatnya benar-benar tak bisa menelan makanan.

Dhea langsung berbalik dan naik ke lantai atas, mulai membereskan barang-barangnya. Vila ini menyimpan terlalu banyak kenangan mereka, dia harus membuang satu per satu dengan tangannya sendiri.

Entah sejak kapan, Larissa sudah berdiri di belakangnya. "Benar-benar bisa menahan diri ya. Rafael adalah penerus masa depan Keluarga Furama dan aku adalah ibu kandung penerus itu. Di rumah ini, kamu nggak punya tempat."

Dhea menoleh, menatapnya dengan senyuman tipis yang dingin. "Terus, kenapa?"

Reaksi tenang itu membuat Larissa sedikit tak berdaya. Dia mengerutkan kening, lalu melanjutkan, "Aku tahu kamu nggak mau cerai, tapi kamu nggak bisa seegois itu. Kamu menahan posisi Nyonya Furama tanpa mau melepaskannya. Keluarga Furama nggak sudi menerima seorang wanita yang nggak bisa melahirkan."

Dhea mencibir, sorot matanya penuh ejekan. "Posisi Nyonya Furama? Kalau kamu suka, ambil saja."

Sambil berkata begitu, dia langsung mengeluarkan surat perjanjian cerai dari tasnya, lalu menyerahkannya ke Larissa.

"Kamu tahu gimana perasaan Yordan padaku. Buat dia setuju bercerai itu bukan perkara mudah.

Sekarang aku kasih surat perjanjian cerai ini ke kamu. Kalau kamu mampu, suruh dia tanda tangan, lalu kirimkan padaku. Kalau nggak mampu, ya siap-siap seumur hidup jadi wanita tanpa status!"

Wajah Larissa langsung berseri-seri. Dia cepat-cepat merebut dokumen itu. Melihat tanda tangan Dhea sudah tertera di atasnya, ekspresinya menjadi penasaran. "Kamu benar-benar rela meninggalkan Yordan?"

Hati Dhea sedikit bergetar. Ketika cinta pada seseorang sudah mengisi hampir seluruh hidupnya, mendengar kata "meninggalkan" itu jelas mustahil membuatnya benar-benar tenang.

Dia perlahan menutup mata, menekan rasa getir yang meluap di hatinya. Saat kembali membuka mata, yang tersisa hanyalah ketenangan. "Aku nggak sudi berebut laki-laki dengan orang lain!"

Dia bisa saja mengorbankan nyawa untuk Yordan, tetapi pengkhianatan adalah sesuatu yang tidak bisa dia terima.

Larissa terkekeh-kekeh, merasa Dhea hanya keras kepala. Namun, dia tetap membawa surat perjanjian cerai itu pergi.

Dhea menatap ruang ganti yang dipenuhi hadiah-hadiah pemberian Yordan. Hatinya terasa hampa.

Dia mulai berkemas. Pakaian, dokumen, barang-barang penting, semua dimasukkan ke koper, tidak ada yang tertinggal.

Adapun semua hadiah dari Yordan, dia tidak menyisakan satu pun. Semuanya dikemas rapi, lalu dikirim ke balai lelang. Karena sudah memutuskan pergi, dia harus membereskan semua hingga bersih.

Para pelayan diam-diam memperhatikan dari jauh, saling berbisik tentang apa yang sebenarnya terjadi. Dhea malas menjelaskan apa pun.

Setelah semuanya selesai dibereskan, waktu sudah sore. Dhea duduk di ruang tamu dengan koper yang sudah siap, menunggu Naira datang menjemputnya.

Saat ini, Dhea baru tersadar. Seharian ini dia tidak melihat Rafael sama sekali. Apa benar anak itu sudah dikirim pergi?

Ketika dia masih dipenuhi tanda tanya, tiba-tiba Yordan bergegas pulang. Di belakangnya ada Larissa dan Anindya.

"Nyonya, kumohon, katakan padaku Rafael ada di mana?" Larissa berlari ke arahnya sambil menangis. Kedua tangannya mencengkeram lengan Dhea dan mengguncangnya keras-keras.

Guncangan mendadak itu membuat Dhea terhuyung mundur, lalu tak sengaja membentur sudut meja di belakangnya. Rasa sakit yang tajam langsung menyerang.

Dia kesakitan sampai menarik napas dalam-dalam. "Kamu gila ya? Mana aku tahu dia ada di mana."

Larissa malah menangis semakin keras. Dia langsung meraih pisau buah di meja makan dan menempelkannya ke leher Dhea.

"Nyonya! Aku tahu kamu nggak suka Rafael, tapi kamu nggak boleh diam-diam mengirimnya pergi tanpa izin Tuan! Kembalikan Rafael kepadaku!"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Anak Suamiku yang Dirahasiakan   Bab 19

    Larissa benar-benar telah kehilangan kewarasannya. Sejak awal, dia memang kabur dari rumah sakit jiwa. Ditambah kali ini melukai Yordan, tentu saja Anindya tidak mungkin melepaskannya begitu saja.Akhirnya, karena tangisan dan permohonan Rafael, Anindya memilih mengurung Larissa di loteng rumah tua Keluarga Furama. Setiap hari ada orang yang berjaga dan tidak membiarkannya keluar untuk menimbulkan masalah lagi.Sementara itu, kondisi Yordan di rumah sakit juga masih belum stabil. Sebagian besar waktu Anindya dihabiskan untuk merawat Yordan, sehingga dia tidak terlalu memperhatikan keadaan Larissa lagi.Para pembantu di rumah pun tidak menyukai Larissa, sehingga mereka memperlakukannya dengan asal-asalan. Mereka hanya mengantar dua kali makan sehari sesuai jadwal. Soal dia mau makan atau tidak, sudah bukan urusan mereka.Hingga suatu hari, seorang pembantu tiba-tiba menyadari bahwa makanan yang dibawanya sudah tiga hari berturut-turut tak pernah tersentuh.Ketika dia mendorong pintu dan

  • Anak Suamiku yang Dirahasiakan   Bab 18

    Di dalam negeri, Keluarga Furama.Saat Yordan buru-buru kembali, dia melihat Larissa dengan rambut berantakan, pakaian kusut, wajah penuh noda dan jejak air mata. Seluruh tubuhnya tampak seperti iblis yang baru keluar dari neraka.Dalam pelukannya, dia mencengkeram Rafael dengan erat, lalu mengurung diri di sebuah kamar. Tak peduli siapa pun yang mencoba membujuk, dia sama sekali tidak mau membuka pintu.Melihat Yordan pulang, Anindya seolah-olah mendapatkan harapan. "Yordan, Larissa sudah gila. Tapi Rafael nggak bersalah, kamu harus segera menyelamatkan Rafael!"Wajah Yordan tampak lelah, kedua matanya yang penuh keletihan tampak merah padam. Dia mengangguk pelan, lalu langsung memerintahkan orang untuk mendobrak pintu dan melangkah masuk dengan tenang."Larissa, bukannya kamu ingin bertemu denganku? Sekarang aku sudah datang, lepaskan Rafael!"Larissa yang berada di dalam kamar mendadak menengadah dan menatap mata Yordan, lalu tertawa terbahak-bahak."Hahaha ...." Dia tertawa dengan

  • Anak Suamiku yang Dirahasiakan   Bab 17

    "Kamu sudah sadar." Suara Dhea tenang dan dingin, seakan mereka hanyalah dua orang asing yang kebetulan berpapasan.Yordan sampai gemetar karena terlalu bersemangat. Selama sebulan penuh dia tidak melihat Dhea, rindu yang menyesakkan itu hampir membuatnya gila. Kini, dia akhirnya bisa menatap wajah Dhea dan mendengar suaranya lagi. Perasaan rindu itu seketika meluap tak tertahankan.Dengan mata yang memerah, Yordan tiba-tiba bangkit dan merengkuh Dhea erat dalam pelukannya. "Dhea, ini benar-benar kamu .... Dhea, aku sangat merindukanmu." Suara Yordan rendah dan serak, sarat akan kerinduan dan cinta yang tak terbendung.Tubuh Dhea sedikit menegang, lalu dia mendorong Yordan dengan kuat. "Yordan, kita sudah bercerai!"Melihat pelukan yang tiba-tiba hampa, tatapan Yordan seketika dipenuhi kepedihan. "Dhea, aku nggak setuju sama perceraian itu," ucapnya cemas dan berusaha memperbaiki keadaan. "Hari itu aku sedang mabuk, aku sama sekali nggak sadar bahwa yang kutandatangani adalah surat cer

  • Anak Suamiku yang Dirahasiakan   Bab 16

    Dari balik taman, Yordan menatap Dhea dari kejauhan. Mata kelamnya penuh dengan perasaan mendalam, seolah ingin mengukir sosok wanita itu ke dalam hatinya.Namun, Dhea hanya menatapnya dengan tenang. Rasa berdebar dan sakit hati yang dulu begitu kuat, saat ini semuanya telah berubah menjadi kehampaan.Dengan sikap tak peduli, dia menutup jendela dan mengalihkan pandangan dari wajah yang kini hanya membuatnya muak.Tak lama kemudian, seorang pelayan bergegas datang. "Nona Dhea, di depan ada seorang Pak Yordan yang ingin bertemu dengan Anda."Tatapan Dhea tetap datar dan suaranya terdengar dingin, "Aku nggak mau bertemu. Suruh dia pergi."Pelayan itu langsung mengangguk dan pergi, lalu tak pernah lagi menyebutkan nama pria itu. Dhea pun menghapus sosok pria itu dari pikirannya.Sampai menjelang senja, saat suara hujan terdengar deras di luar jendela, Laura pun terbangun. Kondisinya sudah jauh lebih baik, sifat cerianya kembali muncul. Dia menempelkan wajah mungilnya ke kaca jendela, lalu

  • Anak Suamiku yang Dirahasiakan   Bab 15

    Larissa dipaksa menggugurkan anaknya. Saat tubuhnya masih lemah, dia malah dilemparkan ke rumah sakit jiwa. Dengan hati yang sudah mati rasa, dia terbaring di ranjang. Wajahnya pucat pasi, seakan seluruh tenaga telah disedot habis.Yordan muncul di hadapannya. Dia menghantamkan tumpukan bukti itu ke wajah Larissa. "Kamu benar-benar mengira semua yang kamu lakukan nggak akan ketahuan? Bahkan anak kandungmu sendiri pun sanggup kamu celakai. Kamu sama sekali nggak pantas disebut seorang ibu!"Melihat foto dan dokumen itu, wajah Larissa langsung pucat. Dia sadar semua perbuatannya sudah terbongkar. Bibirnya bergetar hebat. Dia ingin menjelaskan, tetapi tidak ada sepatah kata pun yang bisa keluar.Tatapan Yordan begitu dingin, matanya tampak hitam pekat. "Larissa, aku sudah memberimu kesempatan berkali-kali, tapi kamu malah memilih merusak dirimu sendiri. Mulai sekarang, jangan pernah bermimpi bisa bertemu Rafael lagi seumur hidupmu. Habiskan sisa waktumu dengan tenang di rumah sakit jiwa i

  • Anak Suamiku yang Dirahasiakan   Bab 14

    Yordan diusir oleh Keluarga Prawita dengan membawa semua bukti. Dia tahu dirinya harus memberi Keluarga Prawita sebuah penjelasan. Kalau tidak, bukan hanya Mahesa yang tidak akan mengizinkannya bertemu Dhea, bahkan dia sendiri pun tidak berani untuk menemui Dhea.Langit di luar berubah mendung. Awan hitam yang kelam seolah hendak runtuh menimpa bumi. Di sepanjang perjalanan menuju rumah lama Keluarga Furama, ekspresi Yordan tampak sangat muram.Para tamu sudah pergi. Dia langsung menerobos masuk ke kamar Larissa dengan penuh amarah. "Larissa, aku sudah memperingatkanmu! Kalau kamu ingin Rafael tetap tinggal di Keluarga Furama, jangan pernah membuat Dhea merasa tersakiti!"Tangannya mencengkeram leher Larissa, genggaman itu semakin kuat. "Kenapa kamu masih berani mendekatinya? Apa sebenarnya maksud dari surat perjanjian cerai itu!"Mata Yordan memerah, tatapannya sudah tak menyisakan kelembutan sedikit pun, seolah ingin melahap wanita di hadapannya hidup-hidup. Wajah Larissa memerah. De

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status