Aksa menurunkan Leta di ranjang, dia segera berjongkok melepaskan sepatu istrinya. Kaki kanan Leta terlihat bengkak dan kemerahan, Aksa mengelusnya tapi hal itu membuat Leta mendesis.
"Sakit?" tanya Aksa.
Leta mengangguk. "Hemm, jangan disentuh." ucapnya.
Aksa segera berdiri dan keluar dari kamar, tak menunggu lama dia kembali lagi dengan baskom berisi air hangat. Dia kembali mendekati istrinya dan membantu merendam kaki istrinya.
Hangat, itulah yang dirasakan oleh Leta. Kakinya terasa nyaman ketika bersentuhan dengan air hangat itu. Perlahan rasa sakit itu mereda.
Aksa lalu duduk di samping istrinya, menatap lembut wajah ayu istrinya. "Maafkan aku," ucap Aksa lalu memeluk istrinya dari samping.
Leta diam, dia hanya mengelus lembut kepala Aksa. Dia masih mencoba menata hatinya untuk kejadian tadi. Mungkin dia harus mempersiapkan hatinya juga untuk hal yang akan terjadi kedepannya.
"Aku sungguh mencintaimu Leta, kejadian tadi bukan kei
Farrel baru saja menebus obat lalu menghampiri Leta yang duduk di kursi tunggu tak jauh dari tempatnya. Dia lalu menghampiri sepupunya itu dan berdiri di depannya."Leta, ayo pulang. Obatnya sudah aku ambil," ucap Farrel menatap sepupunya itu.Leta mendongak, wajahnya masih kusut tapi dia berusaha memberikan senyuman pada Farrel."Bisakah kau antar aku untuk berjalan-jalan sebentar. Aku merasa bosan di rumah," ucapnya pelan.Farrel terdiam sesaat, dia tak mengiyakan bahkan tak menolak. Dia memandang Leta, merasa iba dengan hal yang terjadi pada rumah tangga sepupunya itu. Pasti Leta sangatlah tersiksa sejak adanya Zeline tinggal di sana. Setelah cukup lama terdiam akhirnya dia mengangguk pelan."Baiklah, ayo," ucapnya mengulurkan tangan di hadapan Leta.Leta menerima ukuran tangan tersebut dan tersenyum. Mereka berjalan beriringan menuju tempat di mana mobil mereka terparkir. Baru saja Farrel membukakan pintu untuk Leta, handphonenya bergetar
Aksa pulang larut malam ini, ketika dia sampai di rumah dia langsung naik ke atas menuju kamarnya. Saat dia membuka pintu dia tak melihat sosok istrinya di kamar itu. Dia mencoba mencari di kamar mandi tapi tetap saja tak ada Leta. Aksa melepaskan jasnya lalu turun lagi ke lantai bawah. Dia menghampiri kamar Kyra, mengintip pada pintu yang terbuka sedikit itu. Hanya ada Kyra dan Zeline di kamar.Aksa lalu menuju ke dapur, keadaan rumah itu sedikit sepi karena jam sudah menunjukan pukul 10 malam. Akhirnya Aksa menuju rumah belakang, dia yakin bahwa istrinya pasti ada di rumah bi Prima.Saat sampai di depan rumah, Aksa segera mengetuk pintu yang tertutup itu. Tak menunggu lama, sosok Farrel keluar dari rumah."Tuan," ucapnya kaget melihat tuannya malam-malam ke rumahnya."Apa Leta di sini?" tanya Aksa langsung."Leta? Saya tidak tahu, saya kan pulang bersama anda tadi," ucap Farrel. Memang, seharian dia di kantor Aksa setelah mengantar Leta pulang ta
Leta masih sedih, sejak pulang dari kampung halamannya Kyra belum mau bermain dengannya. Aksa yang merasa kasihan kepada istrinya itu mengajak Leta untuk ikut ke kantornya. Mau tak mau Leta mengiyakan ajakan suaminya.Saat Aksa ingin masuk ke mobil setelah menutup pintu sebelah yang di tempati Leta, Kyra memanggilnya."Papa." Kyra berlari dari dalam rumah menuju ke arah papanya.Aksa tersenyum, dia menyambut putri kecilnya lalu memeluknya. Menciumi kepala gadis mungilnya itu."Papa, bolehkah Kyra ikut mama untuk menjenguk oma ?" tanya Kyra dengan polosnya.Aksa yang mendengar itu menyerngitkan alisnya dalam. Dia lalu menatap tak suka ke arah Zeline yang baru saja keluar dari dalam rumah.Sedangkan Zeline yang ditatap hanya tersenyum sekilas pada Aksa, dia mendekat ke arah mereka."Apa Papa akan ikut?" tanya Zeline yang ikut berjongkok, agar dia bisa sejajar dengan Kyra dan Aksa. Leta yang melihat itu dari dalam mobil hanya diam memper
Aksa melirik ke arah Leta yang duduk di sofa, memainkan handphone nya dengan bosan. Dia tersenyum sedikit sebelum beranjak dari duduknya dan menghampiri istrinya."Kau bosan?" tanya Aksa yang duduk di sebelah Leta, dia menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah Leta.Leta melirik sekilas ke arah suaminya dan mengangguk. Dia kembali lagi, sibuk dengan handphonenya.Aksa tersenyum lagi, dia mengecup singkat pipi Leta. "Bagaimana jika kita jalan-jalan?" tanya Aksa, dia memeluk istrinya dari samping."Tidak, lagi pula kakiku masih sakit. Aku hanya merindukan Kyra, Aksa. Sudah beberapa hari ini dia tidak ingin bermain denganku. Apa aku membuat kesalahan?" tanya Leta lirih, suaranya terdengar begitu sedih.Aksa segera memeluk istrinya ketika melihat wajah muram dari istrinya lagi."Secepatnya, kita akan bisa bermain dengan Kyra lagi sayang. Aku masih mengajukan surat perceraian itu, entah kenapa sudah berbulan-bulan tapi belum masuk juga ke
Aksa menutup dokumen yang berada di depannya. Dia menyenderkan badannya ke kursi, lalu menoleh, melihat istrinya yang ketiduran di sofa dengan buku yang ada di tangannya. Aksa tersenyum lalu beranjak mendekati Leta. Dilihatnya wajah ayu istrinya yang selalu membuatnya terpesona. Tak tega membangunkan istrinya, akhirnya Aksa beranjak keluar dari ruangannya menuju ke ruangan Vino.Vino menoleh saat melihat bosnya masuk ke ruangannya. Dia segera berdiri menyambut kedatangan Aksa itu."Bagiamana, apa sudah selesai?" tanya Aksa."Belum Tuan,orang itu sangatlah licik. Kita berhasil menemukan orang suruhannya, meskipun mereka mengaku tapi kita tak mempunyai bukti. Sehingga akan sulit untuk mengajukannya ke pihak kepolisian." ucap Vino.Aksa mengangguk dalam diamnya. Dia juga memikirkan, bagaimana caranya agar semua kedok orang itu terungkap. Dia sedikit kesulitan karena sekecil apapun petunjuk berhasil dihilangkan olehnya."Baiklah, aku sudah lama memberi
Leta dan Kyra menoleh ketika Aksa keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkapnya. Dia segera berjalan mendekati putri dan istrinya, berbaring di samping Kyra. Menopang kepalanya menatap putri kecilnya yang beberapa hari ini tak ingin dekat dengannya."Kau sudah makan sayang?" tanya Aksa."Sudah Papa, baru saja mama Leta menyuapiku." ucap Kyra."Habis makan kenapa malah tiduran, nanti perutmu bisa sakit. Kemarilah," ucap Aksa bangun dan duduk bersender di kepala ranjang. Kyra mengikuti hal itu, dia duduk di tengah-tengah kedua orang tuanya."Bagaimana dengan hari-hari Kyra? Apa selama ini Kyra tak merindukan Papa dan mama Leta sehingga Kyra tak ingin bermain bersama kami," ucap Aksa dengan suara memelas kepada Kyra. Dia menampilkan wajah yang dibuatnya menjadi sedih."Tidak Papa, Kyra juga merindukan kalian. Tapi mama Zeline selalu bilang jika Papa sudah melupakan Kyra," jawab Kyra juga ikut tertunduk sedih."Apa Kyra percaya bahwa papa da
Melihat tingkah adiknya membuat Tommy tak bisa menahan senyum mengejeknya. Ditatapnya wajah adiknya yang terlihat panik dan bingung dengan apa yang baru saja diucapkannya. Seolah menikmatinya, Tommy membiarkan hal itu terjadi sejenak sampai pelayan datang membawakan pesanan mereka."Apa.... Apa suratnya sudah keluar?" tanya Zeline menatap pak Ridwan, suaranya terdengar sekali sangat gugup.Pak Ridwan menoleh sekilas ke arah Tommy. Melihat Tommy menganggukan kepalanya dia tersenyum sedikit lalu menatap ke arah Zeline."Belum Nona, selama ini surat permohonan perceraian yang diajukan oleh pak Aksa belum naik ke pengadilan. Artinya anda dan pak Aksa belum resmi bercerai," ucap Pak Ridwan menjelaskan.Zeline menghela nafas lega, dia menyenderkan badannya pada sandaran kursi. Dia kira surat perceraiannya sudah keluar, tapi ternyata hal itu belum terjadi. Zeline sangat bersyukur tentang hal ini, dia menatap ke arah kakaknya yang juga menatapnya."Kau sen
Ruang makan itu kembali seperti semula, suara riang Kyra mendominasi membuat suasana hangat terlihat di keluarga kecil itu. Meskipun masih ada Zeline dengan muka masam, tapi sepertinya mereka tidak memperdulikan hal itu.Setelah selesai, Aksa segera berdiri. Dia mengecup kepala Kyra dan Leta bergantian, lalu berpamitan pergi untuk segera ke kantor."Sayang, bagaimana kalau habis sarapan kita melukis," ajak Zeline menatap ke arah Kyra."Tapi Kyra ingin bermain di taman bersama mama Leta." ucap Kyra."Mungkin kita bisa mengajak mama Zeline," ucap Leta lembut kepada Kyra, yang membuatnya langsung menoleh dan mengangguk tersenyum."Mama Zeline mau ikut kita?" tanya Kyra."Em...tidak, sepertinya Mama tidak enak badan. Lain kali saja," ucap Zeline mengelak. Dia tidak ingin jika harus berbagi Kyra juga dengan Leta.Akhirnya Kyra berpamitan pada Zeline, dia lalu pergi ke taman bersama Leta. Sedangkan Zeline, dia segera pergi dari ruang makan.