Share

Hubungan Jarah Jauh

Pagi-pagi sekali bel rumah Zarea sudah berbunyi. Sementara itu, dua pemilik rumahnya tengah menikmati sarapan pagi mereka. Zarea seketika menghentikan gerakan tangannya dan menatap Aslan dengan tajam.

"Tuh, bukain!"

Tentu saja permintaan Zarea membuat Aslan memutar mata.

"Ogah! Buka aja sendiri. Lagian siapa suruh pagi-pagi ke rumah orang."

Menyuruh Aslan hanya membuat Zarea menghela napas jenuh dan terpaksa angkat kaki dari meja makan. "Ck, emang susah nyuruh bocil!"

Aslan tak peduli dengan sindiran Zarea dan tetap menikmati makan paginya dengan santai.

"Pagi, Sayang...."

Baru saja membuka pintu, Zarea dikagetkan kedatangan Regan yang mengejutkannya dengan membawa bouquet mawar putih.'

"Regan? Tumben pagi-pagi ke sini? Ngapain?"

Bukannya menyambut dengan antusias, Zarea justru meresponnya dengan kening yang mengerut.

"Mau nganter kamu berangkat kerja. Gimana, udah siap, kan?"

Mendengar itu Zarea berubah semakin antusias. Jelas saja senang bukan main jika diantar sang pujaan hati. Terlebih dia tidak harus adu mulut dengan Aslan yang suka kebut-kebutan di jalan. Tinggal duduk manis di dalam mobil menikmati pemandangan kota bersama tunangannya.

"Oh, udah kok. Bentar ya aku ambil tas dulu sama sekalian ngasih tahu Aslan."

Zarea bergegas kembali masuk ke rumah meninggalkan Regan yang masih berdiri mematung di depan pintu. Pria itu lantas menraik tangan Zarea.

"Ini bunganya disimpan dulu, dong, Sayang... Kan aku beliin buat kamu. Masa aku bawa pulang lagi?"

Senyuman manis Zarea terbit seiring menerima bouquet mawar putih dari Regan yang menjadi bunga kesukaannya.

"Oh iya, makasih ya, Re...."

"Sama-sama, Sayang."

Kaki jenjang Zarea melangkah dengan cepat menuju kamar untuk mengambil tas dan dokumen-dokumen pentingnya.

"Aslan, Kakak berangkat dulu. Kalau udah selesai jangan lupa diberesin, pintunya jangan lupa dikunci, naik motornya jangan ngebut-ngebut!" Meskipun terkesan buru-buru, area tak lupa memberi pesan pada adik semata wayangnya yang cukup susah diatur.

"Lah, berangkat sama siapa lo, Kak?" Dari ruang makan pun Aslan menjawabnya dengan teriakan tak kalah nyaring dari Zarea.

"Sama Regan. Duluan ya?"

"Eh, tunggu, Kak!" Zarea spontan menghentikan langkahnya dan menunggu Aslan yang berlari ke arahnya.

Zarea mengerutkan kening ketika Aslan tiba-tiba mengulurkan tangannya. "Kemarin kan udah Kakak kasih seratus ribu!"

Tanpa banyak bicara Aslan menarik tangan Zarea dan mengecupnya. "Salim, Kak. Elah... Nething mulu jadi orang."

Interaksi mereka tak luput dari pandangan Regan yang melihat dengan tersenyum. Meskipun sering bertengkar meributkan hal-hal kecil, kakak beradik itu sangat manis dan terlihat saling menyayangi satu sama lain.

***

Selama di dalam mobil Regan berkali-kali melirik Zarea yang duduk di sebelahnya. Tatapannya membuat Zarea berkali-kali merapikan rambut.

"Regan, ngapain sih lihatin aku kayak gitu? Kalau nyetir itu fokus sama jalannya, bukan ke aku!"

Regan terkekeh. Masih saja perempuanya itu salah tingkah di hadapnnya. "Gimana aku bisa fokus kalau di sampingku aja ada bidadari yang bikin lupa diri." Rayuan gombal sudah sering diucapkan Regan pada Zarea. Dia memang romantis, tapi tidak pandai merangkai kata-kata gombal layaknya pujangga. Hanya bisa plagiat kata-kata yang lewat di beranda sosial medianya.

Zarea pun juga ikut terbahak oleh rayuan klise Regan. "Udah deh, Re... kamu nggak usah gombal-gombal segala. Garing tahu nggak."

"Ck, kamu, Za... namanya juga usaha. Sekali-kali baper lah sama rayuanku."

"Nggak, Re... kamu tuh nggak cocok gombal-gombaan segala. Jatuhnya malah jadi alay kayak Alsan!"

Keduanya tertawa lepas dengan ucapan Zarea itu. "Salah lagi? Terus, gimana aku bisa bikin baper kamu kalau digombalin aja nggak mau?"

"Kata-kata itu nggak penting, Regan... yang terpenting itu tindakan."

"Oh, maksudnya kamu mau langsung dicium gini?" tanya Regan spontan melempar wajahnya menghadap Zarea, namun perempuan itu segera menghindar.

"Ih, nggak gitu juga kali, Re... Kamu itu mesum aja otaknya. Maksudnya tindakan itu ya pengorbanan kamu. Gimana kamu perjuangin aku," jawab Zarea sambil menertwakan Regan hingga mengacak rambutnya.

"Hah! bener ya kata orang kalau pria memang selalu salah, wanita dimana-mana membingungkan, dilamar nggak mau,  dicium nggak boleh. Apa minta diselingkuhin aja kayaknya." Regan mencoba memancing kecemburuan Zarea dan berhasil.

Perempuan itu melotot dengan tangan yang mengepal di depan wajah Regan. "Awas aja kamu berani selingkuh!"

Regan justru terkekeh dengan puas mendengar ancaman Zarea. "Bercanda, Sayang... Tapi, kalau sering-sering cemburu nggak apa-apa kok. Kapan lagi dicemburuan tunangan sendiri."

"Ck, nggaK lucu!"

"Lucu kok. Itu buktinya ketawa."

Regan memang tak pandai menggombal, tapi dia pandai membuat Zarea tertawa dengan apa pun yang dia lakukan. Yah, namanya juga cinta. Mau bagaimana lagi. Hal sesederhana apa pun bisa saja membuat bahagia.

"Oh iya, siang ini aku harus ke Bandung buat handle restoran yang di sana, kira-kira sampai sebulan. Kamu nggak apa-apa kan aku tinggal sebentar?"

Zarea tiba-tiba mengerucutkan bibirnya. "Kok lama banget sampai sebulan?" tanyanya.

Regan cukup mengerti kekecewaan Zarea. Mereka sudah jarang bertemu dan sekarang harus berpisah. "Iya, soalnya management disana kacau banget, Za... aku harus handle sampai bener-bener stabil lagi. Tahan dulu ya kangennya?" 

"Aku sih kuat-kuat aja buat nggak kangen sama kamu, yang terpenting kamunya jaga mata, jaga hati juga!" Ancaman Zarea kembali membuat Regan semakin terkekeh.

"You are the one and only my Zarea, nothing else," ucapnya.

Zarea seketika mengacungkan telunjuknya untuk mengikat ucapan Regan. "Okay, Keep your promise!"

To be continue....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status