Share

Antara Bos dan Calon Suami
Antara Bos dan Calon Suami
Penulis: Jeon Juliet

Prolog

Malam itu hujan turun sangat deras seiring air mata Zarea yang berjatuhan membasahi pipi. Dia menangis di bawah guyuran hujan bersama Regan yang berlutut di hadapannya.

“Zarea, aku mohon. Jangan ambil keputusan sepihak seperti ini. Hubungan kita tinggal selangkah lagi, Za… aku nggak mau berakhir sia-sia.”

Zarea menghapus air mata yang bercampur hujan di wajahnya. Pandangannya samar-samar menatap laki-laki di hadapannya itu.

“Maaf, Regan… aku nggak bisa. Wasiat orang tuaku lebih penting dari apa pun.”

Suara yang terhalau petir itu masih jelas terdengar di telinga Regan. “Kita cari jalan keluarnya sama-sama, Za… aku yakin dalam hati kecil kamu masih ingin kita bersama, kan? Ayo, Za… kita cari solusi. Bukan memutuskan untuk berpisah!”

“Sekali lagi maaf, Re… Aku udah nggak cinta sama kamu. Selama ini kamu juga terganggu dengan pekerjaanku yang nggak bisa luangin waktu buat kamu. Percuma kita lanjutkan kalau akhirnya kita yang sama-sama tertekan.”

Ucapan Zarea tak kalah memekakkan telinga dari suara petir yang menggelegar. Regan menggelengkan kepalanya dengan cepat.

“Nggak, Zarea… kamu jangan bicara seperti itu! Aku tahu kamu nggak mudah berpaling begitu saja! Aku juga akan coba ngerti kesibukan kamu. Aku rela mengalah jika kita sama-sama lagi.”

Perlahan Zarea melepas genggaman tangan Regan. “Kamu salah, Re… hati manusia nggak ada yang tahu. Melupakan kamu bukan hal sulit buat aku. Kesempatan kamu udah habis. Selama ini aku selalu menurunkan ego untuk mencoba mengerti kamu. Tapi, kamu selalu merasa paling tersakiti.”

Regan masih belum beranjak dari posisinya dan menatap wajah Zarea dari bawah. Perempuan itu berusaha menghindari kontak mata dengan Regan.

“Apa yang harus aku lakukan untuk mendapat maaf darimu, Za?”

“Aku sudah memaafkanmu. Tapi, tidak untuk bersama lagi.” 

“Lalu, apa kamu akan menerima lamaran Edward?”

Pertanyaan Regan itu membuat air mata Zarea semakin deras menetes. Namun, sebisa mungkin dia mencoba tegar. Kepalanya mengangguk dan membalas tatapan Regan dengan tegar.

“Harusnya begitu. Dan pernikahan kami digelar dalam waktu dekat. Jadi, biasakan dirimu tanpa aku, Re… aku akan menjadi istri dari pewaris tunggal Retro. Bukan lagi menjadi tunanganmu.”

“Nggak! Nggak mungkin! Kamu pasti bohong! Kamu nggak cinta sama dia! Jangan korbankan perasaanmu!” 

Bibir Zarea tiba-tiba tersenyum tipis dengan terpaksa dan melepas sebuah cincin yang melingkar di jari manisnya. “Maaf, Regan… Kita sampai di sini. Aku mencintai Pak Edward,” ucapnya seraya meletakkan cincin itu di telapak tangan Regan yang basah oleh air hujan

Selepas mengucapkan sepatah kata menyakitkan untuk Regan itu, Zarea membalik badannya dan berjalan dengan air mata yang semakin berderai. Punggungnya bergetar hebat dengan tangan yang membekap mulutnya. 

“Maaf aku sudah berbohong. I still love you, Regan.”

Tiba-tiba saja ada pria yang turun dari mobil dan berlari memayunginya. “Sayang, kenapa kamu hujan-hujanan?”

Zarea berusaha mengulas senyum dihadapan pria itu meskipun air matanya tak berhenti mengalir tersapu hujan. “Tadi saya lupa bawa payung. Pak Edward mau ke mana?”

“Mau ke rumahmu. Keluargaku mau membicarakan pernikahan kita.” 

Zarea menganggukkan kepala seolah pasrah dengan segala keputusannya. Edward merangkul Zarea menuju mobil dan membukakan pintu untuknya.

Regan melihat semua. Tunangan yang sangat dia cinta akan menikah dengan laki-laki lain.

Malam itu hujan turun sangat deras seiring air mata Zarea yang berjatuhan membasahi pipi. Dia menangis di bawah guyuran hujan bersama Regan yang berlutut di hadapannya.

“Zarea, aku mohon. Jangan ambil keputusan sepihak seperti ini. Hubungan kita tinggal selangkah lagi, Za… aku nggak mau berakhir sia-sia.”

Zarea menghapus air mata yang bercampur hujan di wajahnya. Pandangannya samar-samar menatap laki-laki di hadapannya itu.

“Maaf, Regan… aku nggak bisa. Wasiat orang tuaku lebih penting dari apa pun.”

Suara yang terhalau petir itu masih jelas terdengar di telinga Regan. “Kita cari jalan keluarnya sama-sama, Za… aku yakin dalam hati kecil kamu masih ingin kita bersama, kan? Ayo, Za… kita cari solusi. Bukan memutuskan untuk berpisah!”

“Sekali lagi maaf, Re… Aku udah nggak cinta sama kamu. Selama ini kamu juga terganggu dengan pekerjaanku yang nggak bisa luangin waktu buat kamu. Percuma kita lanjutkan kalau akhirnya kita yang sama-sama tertekan.”

Ucapan Zarea tak kalah memekakkan telinga dari suara petir yang menggelegar. Regan menggelengkan kepalanya dengan cepat.

“Nggak, Zarea… kamu jangan bicara seperti itu! Aku tahu kamu nggak mudah berpaling begitu saja! Aku juga akan coba ngerti kesibukan kamu. Aku rela mengalah jika kita sama-sama lagi.”

Perlahan Zarea melepas genggaman tangan Regan. “Kamu salah, Re… hati manusia nggak ada yang tahu. Melupakan kamu bukan hal sulit buat aku. Kesempatan kamu udah habis. Selama ini aku selalu menurunkan ego untuk mencoba mengerti kamu. Tapi, kamu selalu merasa paling tersakiti.”

Regan masih belum beranjak dari posisinya dan menatap wajah Zarea dari bawah. Perempuan itu berusaha menghindari kontak mata dengan Regan.

“Apa yang harus aku lakukan untuk mendapat maaf darimu, Za?”

“Aku sudah memaafkanmu. Tapi, tidak untuk bersama lagi.” 

“Lalu, apa kamu akan menerima lamaran Edward?”

Pertanyaan Regan itu membuat air mata Zarea semakin deras menetes. Namun, sebisa mungkin dia mencoba tegar. Kepalanya mengangguk dan membalas tatapan Regan dengan tegar.

“Harusnya begitu. Dan pernikahan kami digelar dalam waktu dekat. Jadi, biasakan dirimu tanpa aku, Re… aku akan menjadi istri dari pewaris tunggal Retro. Bukan lagi menjadi tunanganmu.”

“Nggak! Nggak mungkin! Kamu pasti bohong! Kamu nggak cinta sama dia! Jangan korbankan perasaanmu!” 

Bibir Zarea tiba-tiba tersenyum tipis dengan terpaksa dan melepas sebuah cincin yang melingkar di jari manisnya. “Maaf, Regan… Kita sampai di sini. Aku mencintai Pak Edward,” ucapnya seraya meletakkan cincin itu di telapak tangan Regan yang basah oleh air hujan

Selepas mengucapkan sepatah kata menyakitkan untuk Regan itu, Zarea membalik badannya dan berjalan dengan air mata yang semakin berderai. Punggungnya bergetar hebat dengan tangan yang membekap mulutnya. 

“Maaf aku sudah berbohong. I still love you, Regan.”

Tiba-tiba saja ada pria yang turun dari mobil dan berlari memayunginya. “Sayang, kenapa kamu hujan-hujanan?”

Zarea berusaha mengulas senyum dihadapan pria itu meskipun air matanya tak berhenti mengalir tersapu hujan. “Tadi saya lupa bawa payung. Pak Edward mau ke mana?”

“Mau ke rumahmu. Keluargaku mau membicarakan pernikahan kita.” 

Zarea menganggukkan kepala seolah pasrah dengan segala keputusannya. Edward merangkul Zarea menuju mobil dan membukakan pintu untuknya.

Regan melihat semua. Tunangan yang sangat dia cinta akan menikah dengan laki-laki lain. 

To be contiue....

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
awal yang bagus.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status