Share

Tebasan Demi Tebasan!

       Sebagian prajurit yang diperintahkan oleh Patrick sudah berada di sekitar Seven dan Jhon. Mereka melihat keduanya sudah tidak berdaya. Empat orang prajurit melangkah dengan pelan untuk membawa tubuh Seven dan Jhon.

       Tubuh Jhon dengan mudah berhasil diangkat oleh dua orang prajurit. Lain halnya dengan tubuh Seven, dua orang prajurit kesulitan mengangkatnya. Tubuh Seven beratnya seperti sebuah benda yang beratnya 50 kilogram.

       Dua orang prajurit meminta teman-temannya untuk mengangkat tubuh Seven. Ketika dua orang prajurit datang membantu, tubuh Seven tetap saja tidak bisa diangkat. Mereka kembali meminta tambahan personil untuk mengangkat tubuh Seven.

       Hingga sepuluh prajurit masih kesusahan mengangkat tubuh Seven. Entah apa yang terjadi pada tubuh Seven. Tak lama kemudian, Patrick datang dengan wajah kesal. “Dasar tidak berguna! Mengangkat satu orang saja tidak bisa.”

       Seorang prajurit menyahut, “Silakan Komandan untuk mengangkat sendiri.”

       Patrick hanya berdecak kesal mendengarkan sahutan prajuritnya. Kedua kakinya melangkah mendekati tubuh Seven. Dia mencondongkan tubuhnya ke depan, kedua tangannya menyelip di antara tanah dan punggung Seven.

       Dalam hitungan ketiga, Patrick mengangkat tubuh Seven. Suara retakan punggung Patrick sekilas terdengar. Apa yang diucapkan oleh prajuritnya benar-benar nyata. Tubuh Seven sangat sulit untuk diangkat.

       Brush!

       Sebuah serangan menyerang Patrick dari depan. Beruntungnya Patrick berhasil menghindar dengan meloncat ke belakang. Kedua matanya melirik ke depan melihat siapa yang menyerangnya. Ternyata hanya seorang wanita yang napasnya terengah-rengah.

       “Apa maumu, hah?” tanya Patrick dengan sombong. Aurel dengan nada keras memintanya agar tidak menyentuh tubuh Seven.

       Patrick hanya terkekeh. Dengan sengaja melangkah kembali mendekati Seven, lalu kaki kanannya menendang tubuh Seven dengan keras.

       Aurel emosi dan geram melihat tubuh Seven ditendang-tendan. Tanpa melakukan perhitungan, dia kembali bersiap menyerang Patrick. Kedua tangannya bergerak-gerak. Beberapa detik kemudian kedua telapak tangannya saling menempel. Terakhir dia menarik kedua tangannya ke belakang sambil mengepal, lalu mencondongkan kedua telapak tangannya ke depan.

       Dua gelombang sihir angin keluar dari kedua telapak tangan Aurel. Gelombang ini menyerang Patrick dengan sangat cepat. Sehingga tidak ada waktu baginya melakukan sihir pertahanan. Akan tetapi, dia berhasil menghindarinya dengan meloncat ke atas.

       Ketika di atas, tubuh Patrick menghilang. Aurel melirik ke sana-sini mencari keberadaan Patrick. Pada saat itu, ratusan serangan sihir menyerang Aurel sendirian dari segala arah. Aurel hanya bisa terdiam sembari menutup kedua matanya.

       Duar!

       Ledakan besar kembali terjadi. Perlahan Aurel membuka kelopak matanya. Dalam hatinya dia bertanya-tanya, “Me-mengapa aku masih hidup?” kedua matanya melirik ke depan. Wajahnya terkejut melihat seorang laki-laki berada di depannya menahan semua ratusan serangan sihir.

       “Se-seven? Ka-kau masih hidup?”

       Seven melirik ke arah Aurel sembari memperlihatkan senyuman yang begitu manis. “Tentu saja. Kau tunggu di sini dan sembuhkan Jhon.”

       Setelah itu, Seven kembali melesat seperti angin. Dia kembali menarikan tubuhnya sembari mengayunkan pedangnya ke sana-sini. Kali ini, tebasan demi tebasan mengenai beberapa tubuh penyihir yang menyerangnya.

       Patrick terkejut melihat laki-laki yang mereka serang masih bisa berdiri. “Siapa dia sebenarnya?” tanyanya dalam hati penasaran. Sebuah gelombang tebasan tiba-tiba muncul di depan matanya. Refleks tubuhnya menunduk ke depan. Dia bersyukur bisa menghindari tebasan kejutan.

       “Hebat juga ternyata kau,” puji Seven sembari tersenyum sinis.

       Patrick berdecak kesal, tangan kanannya mengepal. Dia kembali memberikan perintah pada sebagian prajurit dan penyihir untuk menyerang pemuda ini.

       Seven menggelengkan kepalanya lagi, lalu melakukan satu kali tebasan ke arah puluhan prajurit dan penyihir yang menyerangnya. Dalam sekejap sepuluh prajurit dan penyihir tumbang. Beberapa prajurit dan penyihir melangkah mundu. Mereka sedikit ketakutan dengan kekuatan tebasannya.

       Seven terkekeh, dia memperkenalkan dirinya bernama Pangeran Seven. Dia adalah seorang pangeran Kerajaan Malvevis.

       Mendengar nama sang pangeran, seketika beberapa penduduk kota Crucio berdiri dan memberikan semangat padanya. Dalam sekali bentakan Patrick berhasil membuat penduduk kota Crucio kembali ketakutan.

       Sekarang gantian gilirian Patrick yang memperkenalkan dirinya. Dia adalah seorang Komandan pasukan Kerajaan Zephyra. Dirinya diperintahkan oleh sang raja untuk membumi hanguskan kota terpenting Kerajaan Malvevis.

       “Aku peringatkan jangan macam-macam dengan Kerajaan Malvevis,” pesan Seven dengan nada dingin.

       Patrick sama sekali tidak peduli. “Kau pikir aku takut? Tentu saja!” tubuhnya kembali menghilang.

       Kali ini, Seven merespon dengan cepat. Dia kembali menebaskan pedangnya untuk menumbang beberapa penyihir dalam waktu satu menit. “Serangan yang sama tidak akan mempan padaku.”

       “Siapa bilang?” Patrick muncul di belakang Seven. Kedua tangannya mengayun dari atas ke bawah. Dua tebasan menyerang kedua bahu Seven. Refleks Seven memutar tubuhnya. Memegang pedang menggunakan kedua tangannya untuk menahan dua tebasan Patrick.

       Patrick tersenyum sinis sembari memberikan tekanan pada dua pedangnya. Seven berusaha keras menahan dua pedang yang akan menyerangnya. Tidak ingin kalah, dia menggunakan cara licik.

       Kaki kanan Seven menendang tanah ke atas, sehingga tanahnya mengenai mata Patrick. Patrick melangkah mundur karena matanya kepedihan. Dia memerintahkan sebagian prajurit untuk mengulur waktu.

       Namun, para prajuritnya sudah tidak berani melawan Seven, karena mereka takut akan tebasannya. Akan tetapi, Patrick memberikan ancaman yang serius. Sehingga para prajurit mau tidak mau harus mengikuti perintah sang komandan.

       Beberapa prajurit berlari ke arah Seven sembari menghunuskan pedangnya masing-masing. Satu tebasan menyerang Seven dari belakang. Seven menggunakan tangan kirinya untuk menahan tebasan dari belakang, lalu menggunakan tangan kanannya untuk menahan tebasan dari depan.

       “Cih! Mudah sekali, tetapi itu cukup sulit, kecuali ... kecuali aku menggunakan kekuatan pedang ini,” ungkap Seven dalam hatinya.

       Sudah beberapa kali Seven menahan semua tebasan yang dilakukan oleh beberapa prajurit. Semuanya bisa ditahan dengan mudah. Dia kembali menggelengkan kepalanya lagi-lagi, tubuhnya seketika menghilang. Tebasan demi tebasan tiba-tiba menyerang tubuh beberapa prajurit.

       Tidak hanya beberapa prajurit. Sebagian penyihir juga terkena tebasan Seven. Seven terkekeh setelah melakukan tebasannya. Dia menyisakan sepuluh prajurit dan penyihir yang masih hidup. “Bagaimana, Tuan Patrick? Apakah kau takut padaku?”

       Tiba-tiba tiga orang dari belakang Seven muncul. Mereka memegang kedua tangan dan kaki Seven dengan erat. Satu orang lagi memegang perut Seven.  Hal ini, membuat Seven berdecak kesal. Bisa-bisanya dia lengah pada hal seperti ini.

       Patrick memuji keberanian ketiga prajuritnya. Dia meminta mereka untuk menahannya selama dua menit. Kedua tangannya kembali mengambil dua pedang yang tergeletak di tanah. Tubuhnya bersiap melakukan tebasan. “Apakah kau sudah siap mati, Pangeran bodoh?”

       Seven mengeram sembari menggerak-gerakkan tubuhnya, agar bisa melepaskan diri dari cengkraman ketiga orang. Sialnya, cengkraman ketiga orang ini sangat kuat.

       Dalam hitungan ketiga, Patrick melesat seperti badai ke arah Seven. Melakukan dua tebasan sekaligus. Dua tebasannya sama sekali tidak melesat. Suara ledakan pun kembali terdengar di dekat tubuh Seven. Wajahnya terkekeh setelah melakukan tebasannya, lalu dia memutar tubuhnya untuk melihat kematian sang pangeran.

       “Apa?!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status