Share

Chapter 4

Bulan telah berganti bulan, Aurora sudah belajar banyak hal tentang ilmu bela diri. Bahkan gadis itu belajar bagaimana cara menembak dan memanah. Keinginan nya untuk keluar dari mansion ini sudah tipis. Aurora hanya berpikir jika ia keluar akan kemana dirinya pulang. Ayah? tidak,jika ayah nya tahu dia bebas sudah pasti Aurora akan di jual kembali. 

Sean juga memberi nya guru untuk belajar beberapa bahasa luar. Aurora sangat pintar, tak butuh waktu lama untuk mengajari gadis itu. Sean sangat kagum pada kepintaran gadis itu. 

Ada satu hal yang membuat Sean jengah, Julian dan Aurora sangat akrab bahkan Aurora bisa tertawa lepas dengan Julian. Sedangkan dengan Sean, hanya ada rasa canggung ketika mereka sedang berdua.

"Tidak bisakah kau pergi ke kantor? hampir setiap hari kau datang ke mansion ku!" ucap Sean kesal. Meski Sean sedang menekuk wajah nya, namun lelaki itu tetap terlihat sangat tampan. 

"Kau mengusir ku?" dengan enteng nya Julian bertanya seperti itu. 

"Perjalan dari kantor ke mansion ku butuh waktu satu jam, apa kau tidak merasa lelah jika harus pulang pergi?" 

"Tidak, rasa lelah ku akan hilang jika aku sudah melihat wajah Aurora." jawab Julian dengan santai nya. Aurora hanya tertunduk takut ketika melirik wajah Sean yang langsung berubah menakutkan. "Jika di perbolehkan, aku akan meminta izin pada mu untuk tinggal di sini...!" seru Julian memancing emosi Sean. 

"Jika kau tidak pergi sekarang juga, ucapkan selamat tinggal pada gaji mu bulan depan!" ancam Sean seketika membuat Julian menarik permohonan nya. "Aku akan pergi ke rumah utama, Daddy meminta ku pulang." ujar Sean lali lelaki itu pergi tanpa pamit. Julian mengikuti Sean, sedangkan Aurora hanya bisa menatap punggung ke dua lelaki itu. 

Paman Smith menghampiri Aurora lalu memberikan gadis itu jus orange, "Kau sekarang sudah terlihat kuat Rora. Paman senang melihat kau sekarang." ucap paman Smith sembari memberi semangat pada gadis itu. 

"Tapi paman, kenapa Sean selalu meminta ku untuk mengikuti pelajaran yang dia berikan?" tanya gadis itu tidak mengerti. 

"Secara langsung, kau sudah bagian hidup dari Sean. Sean memiliki banyak musuh dari rekan bisnis maupun orang yang tidak suka pada keluarga Egalia. Suatu hari kau akan mengerti kenapa Sean menyuruh mu menguasai beberapa ilmu bela diri." tutur paman Smith semakin membuat Aurora tidak mengerti. 

Di tempat lain, Sean dan Daddy nya sudah duduk manis di ruang keluarga. "Apa yang ingin Daddy bicarakan?" tanya Sean curiga pada lelaki paruh baya itu. 

"Daddy dan papi Alice sudah menentukan tanggal pernikahan kalian." Andreson berucap dengan santai hingga membuat telinga Sean menjadi panas. 

"Aku tidak ingin menikah!" seru nya masih mengontrol diri. 

"Kau tidak bisa menolak Sean. Daddy sudah sepakat!" suara tegas tak bisa di bantah. 

"Aku sudah memiliki pilihan tersendiri. Daddy harus sadar jika keluarga Alice hanya memanfaatkan keluarga kita saja." Sean mencoba bernego dengan Andreson. 

Masih terlihat santai percakapan antara ayah dan anak itu, "Keluarga Charles tidak akan memanfaatkan kita...!" seru Andreson dengan tegas nya. 

Sean tertawa garing, mengendurkan dasinya. "Daddy harus keluar sesekali...!" balas Sean tak mau kalah. "Aku akan tetap menolak menikah dengan Alice." ucap nya tegas dengan sorot mata tajam.

"Jika kau tak mau menikah Dengan Alice, maka kau harus mencari calon istri dalam tiga hari dan kau juga harus menikah sah dengan nya." Andreson mencoba menekan anak nya, karena ia tahu jika selama Ini sean tidak pernah dekat dengan wanita mana pun. 

"Hmm...baiklah!" Sean menyanggupi tantangan dari Daddy nya hingga membuat lelaki paruh baya itu panik. 

Sean keluar dari ruang kerja Daddy nya, lelaki itu memutuskan untuk kembali ke mansionnya.Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, cukup melelahkan karena jarak dari rumah utama dan mansion  memakan waktu hampir dua jam. Sean pergi ke kamar Aurora dan mendapati gadis itu tidak ada. 

Sean menghela nafas lega ketika melihat Aurora yang sedang berlatih seorang diri. "Sudah malam, sebaiknya kau istirahat." suara Sean mengejutkan gadis yangs sedang fokus dengan pistol latihan nya itu. 

"Mengagetkan ku!" seru Aurora dengan mengusap dada nya. 

"Apa kau sudah makan malam?" entah kenapa pertanyaan Sean membuat hangat hati Aurora. 

"Sudah, bagaimana dengan mu?" tanya balik Aurora. Gadis itu terkadang tidak sungkan lagi untuk bertanya pada Sean. 

"Sudah.Istirahat lah, jangan memaksakan." perintah Sean. Entah kenapa laki-laki ini memiliki sifat yang tidak bisa di tebak, kadang bersikap hangat dan terkadang bersikap dingin.

Aurora dan Sean berjalan beriringan, tak ada yang bersuara hingga Aurora masuk ke dalam kamar nya. Sean memandang pintu yang tertutup itu lalu menghampiri Paman Smith sebelum ia kembali ke kamar nya. 

"Jangan biarkan dia sakit." perintah Sean dengan suara dingin nya. 

"Baik tuan." paman Smith seperti merasakan ada hal aneh dari gelagat Sean. 

Sean kembali ke kamarnya, mengguyur diri dengan air dingin.Setelah mandi, Sean berdiri di balkon kamarnya dengan segelas cairan yang berwarna merah sebagai penghangat tubuh nya. 

"Dia tidak akan menolak!" ucap Sean dengan seringai yang tak bisa di artikan. 

    

Malam semakin larut, Sean menyelesaikan pekerjaan sedikit sebelum ia pergi tidur. Sekali lagi, lelaki itu keluar kamar lalu berdiri di atas anak tangga sambil memandang pintu kamar Aurora yang bisa di lihat dengan sangat jelas. Entah apa yang di pikirkan nya, Sean kemudian kembali ke kamar nya. Sean berganti pakaian kemudian pria itu melajukan mobil nya di tengah malam. Jejeran pohon pinus mendominasi jalanan ini, Sean tak sedikit pun merasa takut karena ia masih berada di wilayahnya. Terlihat sepanjang perjalanan ada beberapa anak buah Sean yang menjaga kawasan itu dari musuh. 

Di club milik nya,Sean mencari seseorang yang biasa main ke tempat ini. Ya,Sean mencari Frans. Frans awal nya takut jika Sean akan meminta tebusan pada nya. Namun,setelah Sean meminta sesuatu pada lelaki itu, Frans langsung mengiyakan nya.

"Tapi ini tidak g****s." Frasn mencoba mencari ke untungan dari Sean.

"Berapa yang kau inginkan?" tanya Sean sambil menyesap minumannya. 

"Lima belas juta dollar saja." pinta Frans serakah "Untuk modal berjudi...!" seru nya kembali. 

"Kau, adalah ayah paling durjana yang ku temui sepanjang hidup ku. Demi uang kau rela menjual anak kandung mu sendiri." Sean mencibir lelaki itu. 

Dengan santai nya Frans berkata, "Dia bukan anak kandung ku!" 

Sean terhenyak kaget mendengar perkataan Frans. "Apa maksud mu?" tanya Sean tidak percaya. 

"Ayah kandung nya sudah mati ketika Aurora berusia satu bulan. Ketika dia berumur lima bulan aku menikahi ibu nya." dengan entengnya Frans menjelaskan latar belakang Aurora. 

"Apa Aurora tahu masalah ini?" tanya Sean penasaran.

"Tidak,...!" jawab Frans singkat. 

"Bawa barang nya besok jam sembilan pagi di sini maka akan ku beri uang mu." ujar Sean lalu pria itu pergi. 

Sepanjang perjalan pulang menuju mansion, Sean kembali membayangkan setiap ucapan Frans. Berapa hancurnya Aurora suatu saat  ketika ia tahu jika ia bukan anak kandung ayah nya. Sesampainya di mansion, Sean langsung pergi tidur. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status