Madu Pilihan Untuk Suamiku

Madu Pilihan Untuk Suamiku

Oleh:  Bukan superstar  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
26Bab
593Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Jika para pria akan bahagia dengan pernikahan keduanya, tapi tidak dengan Bastian. Pria tampan yang sudah lama mengarungi bahtera rumah tangga dengan istri pertamanya itu malah bingung. Pasalnya sang istri memaksa, bahkan mencarikan sendiri wanita untuk menjadi madunya. "Sampai kapanpun aku tidak akan pernah menikah lagi! Aku sangat mencintaimu, Sayang! Atau kamu sudah tak mencintaiku lagi?" Bastian menyelami mata istrinya, mencari jawaban atas keresahan hatinya.

Lihat lebih banyak
Madu Pilihan Untuk Suamiku Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
26 Bab
Pernikahan kedua
"Sah!"Sebuah kalimat pendek berdengung di telinga Lidia Safitri. Hari ini adalah hari dimana suaminya menikah lagi dengan seorang wanita muda yang di pilihnya sendiri.Pernikahan sederhana di gelar di kediaman suami yang di hadiri keluarga dekat serta para tetangga.Wanita berhijab itu tersenyum getir, menyaksikan sang suami---Bastian Prayoga menyalami satu-persatu sanak saudaranya yang tengah memberi ucapan selamat atas pernikahan keduanya. Sementara Alice--madu mudanya sedari tadi hanya menundukkan kepala kala mendengar pujian dari keluarga mertuanya.Fitri meraup udara sebanyak-banyaknya. Dadanya bergemuruh hebat sekarang ini, seakan ada yang menghimpit Paru-parunya. Sesak, itulah yang dia rasakan saat ini.Wanita itu tertunduk lemas sambil meremaa gamis putihnya, menetralkan perasaan cemburnya yang kini bersarang.Entah dorongan dari mana, ia mengangkat wajahnya lagi. Dan tanpa sengaja matanya bertubrukan lansung dengan mata sang suami.Tatapannya penuh damba pada Bastian namun,
Baca selengkapnya
Aku tidak mandul, Mbak!
Fitri begitu terkejut merasakan tangan kekar tiba-tiba melingkar di perutnya. Segera ia memutar tubuh sambil berusaha melepaskan tangan tersebut. Matanya terbelalak seketika ketika melihat suaminya yang tengah melakukan itu."Mas, kenapa ada disini?"Fitri menoleh ke kanan dan kekiri, ia merasa khawatir jika mertua dan kakak iparnya melihat keberadaan sang suami bersamanya."Memangnya kenapa? Apa ada masalah? Aku merindukanmu, Sayang. Apa kamu sudah puas sekarang? Keinginanmu sudah ku turuti, katakan, apa lagi yang harus kukorbankan, selain perasaanku ini," ucap Bastian dengan suara bergetar."Maafkan aku Mas, tapi aku melakukan ini untuk kebahagiaanmu,"Bastian mendengus sesaat, selalu itu jawaban yang di lontarkan istrinya. Apa istrinya pikir ia bahagia dengan pernikahan ini."Kamu benar-benar egois, Fitri. Tidakkah kamu tahu kebahagianku adalah dirimu. Jangan salahkan aku jika sikapmu ini bisa saja membuatku berpaling," Bastian menggertak dengan tegas."Tidak apa, Mas, aku ikhlas,"
Baca selengkapnya
Malam pertama yang menyakitkan
"Dimana Fitri?" Bukannya mengiyakan ajakan Alice, Bastian malah menanyakan keberadaan istri pertamanya."Mbak Fitri ke rumah Bunda, Mas, sebentar lagi dia akan kesini," jawab Alice takut-takut."Hm, pergilah! Aku akan menyusulmu nanti," Bastian lansung masuk kedalam kamar dan menutup pintu, meninggalkan istri mudanya yang masih berdiri mematung.Di dalam kamar, Bastian menngambil ponsel hendak menyusul Fitri kerumah bundanya, namun baru saja hendak keluar kamar, ponsel yang ada di tangannya berdering, menampilkan nama bidadariku menghiasi layar ponsel, siapa lagi kalau bukan nomor kontak Fitri.Bastian segera menjawab panggilan telepon dari istri pertamanya itu. "Sayang kamu dimana? Pulang cepat, kita makan malam sama-sama," ucapnya cepat membuat Fitri diujung sana terkekeh kecil."Mas, sepertinya aku masih lama di sini, aku harus memasak untuk Bunda, tadi tangan Bunda kecipratan minyak goreng, kulitnya melepuh Mas,""Loh, memangnya Mbak Rita kemana? Kenapa tidak dia saja yang mengga
Baca selengkapnya
Biarkan Alice melakukan tugasnya
Menjelang fajar, Fitri baru saja menjalankan ibudah subuh. Masih menggunakan mukena, wanita bertubuh ringkih itu duduk termenung di tepi ranjang sejenak, ia merasa tadi malam ada orang yang memeluk tubuhnya. Pikirnya tak mungkin Bastian, sebab suaminya itu tengah menghabiskan malam panjang bersama madunya.Puas bergelut dengan pemikirannya, wanita itu melepaskan mukenanya, lalu beranjak dari tempat tidur memulai aktivitasnya seperti biasa membantu menyiapkan sarapan untuk suaminya.Sesampainya di dapur, Fitri lansung memasak di bantu bik Mar yang selalu datang tepat pukul 5 pagi. Bastian lah yang meminta bik Mar datang jam 5 pagi untuk membantu Fitri mengerjakan pekerjaan rumah. Bik Mar memang tak menginap, karna rumahnya tidak jauh dari kediaman Bastian.Dengan cekatan Fitri mengiris sayur-mayur beserta bumbu dapur, seperti daun bawang, seledri, bawang merah dan bawang putih.Hari ini Fitri berencana memasak sayur sop dan tahu goreng kripsi.Selesai memesak Fitri segera mandi.Seten
Baca selengkapnya
Berbagi jatah tidur
Sungguh Fitri merasa tak enak hati karena dirinya suami dan kakak iparnya bersitegang, segera ia berdiri mendekati Bastian mengelus punggung kokoh suaminya."Mas, Mbak Rita tidak pernah menghasutku, aku sendirilah yang memintamu menikah lagi. Sudah ya Mas kasihan Mbak Rita," ucap Fitri lalu melihat Rita terisak pelan saat ini.Gemuruh di dada Bastian sirna dalam sekejap ketika tangan kecil itu mengusap punggungnya. Bastian menoleh, menatap sendu istrinya kemudian tanpa aba-aba menarik tangan Fitri dan menuntunnya berjalan ke ruang lain.Alice yang menyaksikan pemandangan itu menahan cemburu yang membuncah di relung hatinya. Tanpa sengaja matanya bertubrukan lansung dengan mata Rita yang sedang menghapus air matanya.Setelah Bastian dan Fitri menghilang. Rita menghampiri Alice dan duduk di sampingnya."Kamu kenapa Alice?" tanya Rita berbasa basi.Alice menggeleng cepat. "Gak kenapa-napa Mbak,""Ada apa? Alice, kenapa Rita?" Bunda Ira menautkan alis matanya."Sepertinya Alice cemburu Bu
Baca selengkapnya
Apa dia selingkuhanmu?
Seperti biasa di minggu pagi, Alice akan pergi ke pasar bersama bik Mar untuk membeli kebutuhan rumah tangga. Namun, pagi ini Alice sedikit merengut karna Fitri tidak ikutnya, biasanya madunya itu selalu menemankannya ke pasar. ."Kenapa Non, kok mukanya cemberut?" tanya bik Mar melihat Alice sejak tadi hanya diam saja.Alice menoleh pada bik Mar. "Mbak Fitri kok akhir-akhir ini sibuk banget ya, jadi gak seru deh! Apa memang biasa Mbak Fitri, selalu pergi pagi-pagi gitu setiap hari minggu. Sampai-sampai Mas Tian pun gak tahu Mbak Fitri pergi kemana?" cerocos Alice panjang lebar.Sebelum pergi ke pasar tadi Alice memang sempat bertanya pada Bastian, kemana Fitri pergi, namun Bastian sendiri tidak tahu kemana perginya Fitri.Bik Mar menggaruk kepala sesaat. "Hm, Bibi juga ndak tahu Non, baru sebulan ini Non Fitri Bibi perhatikan memang agak sibuk. Sudah lah ndak usah terlalu di pikirkan, lebih baik sekarang kita bergegas ke pasar sebelum hari semakin siang."Alice menghembuskan nafas pa
Baca selengkapnya
Hati yang kecewa
"Fitri, penyakitmu mulai memasuki stadium akhir apa kamu tidak mau di operasi?" tanya Aldi, pria berperwakan semampai yang berprofesi sebagai dokter spesialis bedah.Aldi sangatlah geram karna Fitri sengaja mengulur-ulur waktu, padahal penyakit kanker otak yang menggerogoti tubuhnya semakin parah. Hal itu bisa terlihat pada tubuhnya yang semakin kurus.Sudah beberapa bulan ini Aldi di tugaskan di desa tempat tinggal Fitri. Sewaktu itu dia yang baru di pindah tugaskan, begitu terkejut saat bertemu Fitri di klinik sebagai pasiennya."Iya aku tau itu, tapi aku tidak mau di operasi sekarang, tunggu saatnya tiba, aku akan meminta bantuanmu nanti," jawab Fitri."Tapi sampai kapan, Fit? Maaf jika aku terlalu ikut campur, tapi apakah suamimu sudah mengetahui penyakitmu ini? Karna selama kamu meminta obat padaku kamu tidak pernah mengajaknya," tanya Aldi penasaran.Fitri menggeleng.Aldi menghembuskan nafas kasar. "Fitri, sebaiknya kamu ketakan penyakitmu pada suamimu. Ini obat makanlah dengan
Baca selengkapnya
Saran Rita
Fitri segera keluar dari kamar menuju ke sumber suara."Wow, wow, enak sekali kau ya! Menyuruh-nyuruh Alice memasak! Sedangkan kau? Dasar kau ini memenag istri tidak tau di untung! Alice itu bisa saja saat ini tengah hamil! Seharusnya kau yang mengerjakan semua pekerjaan rumah!"Fitri tersentak, baru saja ia tiba, namun sudah di teriaki kakak iparnya."Maaf Mbak aku tidak ada menyuruhnya, tadi aku malah menyuruhnya agar istrahat saja," terang Fitri karna memang setelah mencuci pakaian Alice tadi dia menyuruh Alice agar istrahat."Benar begitu Alice?" Rita mengalihkan pandangan pada Alice.Alice menggeleng. "Nggak, Mbak Fitri gak ada bilang sama aku untuk istirahat. Sudahlah Mbak, aku ingin memasak untuk Mas Tian juga." Alice berbohong, sengaja ingin membuat Fitri tak betah tinggal di rumah."Ck ck ck, lihat ini menantu pertama Bunda, bisa-bisanya dia mengarang cerita!" Rita beralih menatap Bunda Ira yang sedari tadi duduk dengan tenang di sofa."Rita, sudahlah, jangan dibesar-besarkan
Baca selengkapnya
BAB 9
"Tidak bisa, aku sibuk! Buang-buang waktu saja!" Bastian mendengus kesal.Senyuman di wajah Alice seketika lenyap. Rita, menyenggol lengan bunda Ira, memberi isyarat pada bundanya itu agar mau membujuk sang adik yang keras kepala."Bas, Bunda mohon, turuti kemauan Bunda dan kakakmu." Bunda Ira menatap sendu putranya sambil menyatukan kedua tangan ke depan dada.Bastian di terpa dilema, karna sampai sekarang ia belum bisa menerima Alice sepenuhnya. Apalagi melihat sikap asli istri mudanya yang kasar, membuat Bastian semakin tidak menyukainya. Cukup lama Bastian diam, berpikir sebelum menjawab permintaan sang Bunda.Bunda Ira kemudian mendekat, menangkup kedua pipi putranya. "Bas, Bunda mohon."Bastian terhenyak, melihat pancaran mata sang bunda semakin menyiratkan kesedihan. Setelah menimbang-nimbang sesaat akhirnya Bastian memutuskan."Baiklah, tapi dengan satu syarat.""Syarat?" Mata Rita dan Bunda Ira terbuka lebar. "Ya, aku ingin Fitri juga ikut."Mata Alice dan Rita seketika terbe
Baca selengkapnya
BAB. 10
"Fitri!"Reflek Fitri memutar tubuh kebelakang. Dan seketika matanya membola melihat Bastian yang berjarak beberapa meter darinya tampak terengah-engah mengatur nafas yang tersengal."Mas, kenapa ada di sini? Alice dimana?" tanya Fitri penasaran. Dia mengedarkan pandangan mencari keberadaan madunya di sekitar, namun sama sekali tak ada ia lihat. Bastian enggan menjawab pertanyaan Fitri, dia malah berlari mendekati istrinya itu, kemudian menarik dan memeluk pinggangnya sangat erat."Mas."Fitri kebingungan, ada apa dengan suaminya. Bukankah seharusnya dia makan malam bersama Alice, tapi kenapa Bastian ada di sini."Mas," panggil Fitri sekali lagi. Namun, masih tak ada sahutan dari suaminya.Sekarang dahi Fitri berkerut kuat. "Mas, dimana Alice?"Bastian melepaskan pelukan, kemudian menempelkan jari telunjuknya di bibir Fitri. "Sssttt, diamlah Sayang, Alice berada di tempat yang aman.""Tapi--"Bastian membungkam bibir Fitri, melabuhkan kecupan. Fitri terkejut, matanya bergerak kesegala
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status