Home / Zaman Kuno / BAYANGAN PENASEHAT AGUNG / Bab 5 Tantangan Dari Nyonya Rumah

Share

Bab 5 Tantangan Dari Nyonya Rumah

last update Last Updated: 2025-09-04 21:23:18

Nyonya besar mendekat, lalu menendang barisan tanah yang sudah Rael susun dengan susah payah. Benih tercecer. “Siapa memberimu izin melakukan ini? Kau pikir dirimu siapa?”

Rael menggenggam ujung bajunya, menahan diri. “Saya hanya… mencoba cara baru agar hasil panen lebih baik.”

Wanita itu menyipitkan mata, lalu menoleh pada penjaga. “Kalau nanti satu petak ini gagal, hukum dia ke ladang batu.”

Penjaga itu langsung mengangguk, tersenyum sinis ke arah Rael. “Seperti yang Nyonya kehendaki.”

Nyonya Besar pergi setelah mengancam Rael, meninggalkan para pekerja dan penjaga begitu saja. Terlihat jelas bahwa tujuan utamanya hanyalah untuk menekan Rael dengan ancaman.

Para penjaga pun paham maksud dari Nyonya Rumah. Semua itu semakin menunjukkan bahwa Rael memang sengaja dibuang oleh keluarganya—seperti siksaan tanpa henti, bahkan ia tidak diizinkan untuk mati. Hal itu jelas terlihat dari apa yang dilakukan Nyonya Rumah.

Setelah iringan Nyonya Rumah menjauh, Tian akhirnya bisa bernapas lega. Untung saja Rael tidak sampai dipukul, ia sudah ketakutan lebih dulu.

“Untung saja kau tidak dipukul,” ucap Tian lirih, masih menahan rasa takut yang belum sepenuhnya hilang dari wajahnya.

“Untuk apa aku dipukul? Aku tidak salah apa-apa,” jawab Rael dengan nada tegas. Matanya menatap lurus ke arah tanah, mencoba menahan amarah dan rasa sakit di dadanya.

“Apa kau tidak ingat perlakuan mereka yang menyiksamu selama ini?” tanya Tian, suaranya gemetar, seolah masih tidak percaya bahwa Rael bisa berbicara setenang itu setelah semua penderitaan yang ia alami.

“Sudahlah, jangan bahas lagi. Aku sudah muak dengan perlakuan mereka. Kita hanya harus membuktikan kalau idemu ini bagus,” kata Rael, kali ini suaranya penuh tekad. Tangannya mengepal erat, memperlihatkan betapa ia menahan rasa benci sekaligus semangat untuk melawan dengan caranya sendiri.

“Butuh enam bulan untuk bisa panen. Aku tak yakin akan bisa bertahan selama itu,” balas Tian dengan raut wajah cemas. Ia menunduk, membayangkan siksaan yang mungkin harus mereka tanggung selama menunggu.

“Aku hanya butuh tiga bulan saja. Kau tenang saja, pasti ini berhasil,” ujar Rael mantap, sorot matanya tajam seakan ingin meyakinkan Tian..

Hari semkin sore dan para pekerja Kembali ke tempat istirahat mereka begitu juga Rael Dimana ia memiliki tempat yang berbeda dari para pekerja lainnya.  Hal itu membuat Rael harus berpisah dengan Tian, cukup banyak informasi yang Rael dapatkan dari anak itu.

Malam itu Rael penasaran dengan rumah besar sebagai tempat tinggal Nyonya besar, dan hubungan keluarga yang di lluar nalar membuat Rael berusaha untuk menyelinap masuk ke sana, di saat para penajga sibuk dan suasan sudah terlihat sepi Rael diam-diam berjalan menuju rumah besar itu lewat pekarangan..

Langkah kakinya mendorongnya masuk lewat pintu belakang, di mana ada dapur besar yang kokoh dan mewah—sangat berbanding terbalik dengan tempat tinggalnya sekarang. Ternyata Nyonya Rumah hidup bermewah-mewahan.

Benar saja. Saat ia mendekat, pintu dapur terbuka, dan seorang pelayan tua keluar membawa sampah. Rael mengenali wajahnya—perempuan itu dulu sering diam-diam memberinya sepotong roti basi ketika ia masih tinggal di gudang.

Dengan cepat, Rael menahan mulut pelayan itu dari belakang, lalu berbisik pelan, “Tenang, ini aku. Rael.”

Perempuan itu terkejut, hampir menjatuhkan bakul sampahnya. “Tuan muda?!” bisiknya tertahan, matanya melebar ketakutan. “Apa yang kau lakukan di sini? Kalau Nyonya besar tahu—”

“Justru itu,” Rael menatapnya lekat, “aku butuh tahu kenapa mereka ingin aku mati. Kenapa aku selalu diperlakukan berbeda. Katakan padaku… siapa sebenarnya aku?”

Pelayan tua itu gemetar, wajahnya pucat. Ia menoleh ke kanan-kiri, lalu menarik Rael masuk ke dapur kosong. Dengan suara bergetar, ia berkata, “Aku… aku tidak boleh. Kalau ada yang mendengar, aku juga akan dibunuh.”

Rael meraih tangannya erat. “Aku sudah setengah mati setiap hari. Aku berhak tahu.”

Hening sesaat. Lalu, dengan napas berat, pelayan itu berbisik:

“Kau bukan anak buangan biasa, Tuan muda,”

Rael membeku. Kata-kata itu seperti petir yang menyambar kepalanya.

Jadi… dugaanku benar. Ada sesuatu tentang asal-usulku yang mereka sembunyikan.

Pelayan tua itu baru saja membuka mulut lagi, suaranya bergetar.

“Ayahmu… dia bukan orang sembarangan. Kau… keturunan dari—”

Brak!

Pintu dapur mendadak terbuka keras. Cahaya lampu minyak menerobos masuk, disertai langkah sepatu berat menghantam lantai kayu. Seorang penjaga tinggi dengan pedang di pinggang berdiri di ambang pintu, wajahnya menyipit penuh curiga.

“Siapa di sini?” suaranya bergema dingin. “Aku mendengar suara.”

Pelayan tua itu langsung menutup mulutnya rapat-rapat, wajahnya pucat pasi. Rael refleks bersembunyi di balik rak kayu berisi karung gandum, menahan napas. Detak jantungnya terdengar jelas di telinganya sendiri, seperti genderang perang.

Penjaga itu melangkah masuk, matanya menyapu ruangan. Ia mendekat ke meja, lalu berhenti tepat di depan rak tempat Rael bersembunyi. Tangannya bergerak, meraih gagang pedang.

“Keluar!” bentaknya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • BAYANGAN PENASEHAT AGUNG   33. Memulihkan Diri

    Tatapannya kemudian terpaku pada halaman buku yang masih terbuka. Nama keluarga Rael terpampang jelas. Halim menghela napas panjang.“Sepertinya dia sudah membaca terlalu banyak.”Mak Risa segera menyiapkan ramuan dan obat. Ia mengangkat kepala Rael dengan hati-hati dan menyentuh pipinya yang dingin.“Anak ini keras kepala… tapi aku bisa lihat matanya. Ia menyimpan beban jauh lebih besar dari yang ia akui,” gumam Mak Risa lirih.Halim mengangguk, wajahnya serius.“Kita harus mempercepat rencana itu.”Mak Risa menatap suaminya, cemas. “Kau yakin? Kerajaan sedang diawasi. Jika mereka tahu kita membantu…—”“Kita sudah terlibat sejak kita menolongnya,” jawab Halim mantap. “Dan jika anak ini benar, keluarga kerajaan mungkin menyembunyikan sesuatu yang besar.”Tangan Rael bergerak sedikit, napasnya bergetar. Mak Risa menatapnya lembut.“Kau tak sendiri lagi, Nak. Mulai sekarang, kami akan menjagamu.”Sore menjelang ketika Rael perlahan membuka mata. Pandangannya masih kabur, cahaya matahari

  • BAYANGAN PENASEHAT AGUNG   32. Bukan Orang Biasa

    Halim menghela napas panjang sambil menggeleng pelan. Ia tahu Rael bukan tipe yang diam dan patuh begitu saja.Mak Risa yang memperhatikan interaksi mereka hanya tersenyum samar. Sebelum ahirnya mereka berdua berangkat Bersama ke istana, jarak yang di tempuh tidak jauh dengan menggunakan kuda, di rumah mereka juga hanya ada satu pelayan yang kadang datang kadang pula tidak, mereka tak mau memiliki banyak pekerja karena hal itu merepotkan. “Kau sebaiknya berhati-hati, Halim,” ucapnya lembut, kemudian berhenti sejenak, sebelum akhirnya dilanjukan, “Anak itu… pikirannya jauh lebih cepat dari usia tubuhnya.” “Justru itu yang membuatku khawatir,” jawabnya yang tidak terlalu khawatir.Rael mengamati pintu yang tertutup. Kesempatan kini berada di tangannya. Dengan semangat yang kembali menyala, ia mulai mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan.Baiklah, saatnya mencari tahu siapa sebenarnya keluarga yang menampungku… dan seberapa dalam kekuatan mereka bisa membawaku ke Kerajaan itu.Rael

  • BAYANGAN PENASEHAT AGUNG   31. Tahap Penyembuhan

    “Aku ingin ke Kerajaan.”Halim sontak menoleh, seolah baru saja mendengar sesuatu yang mustahil. Ia mengira Rael tidak akan tertarik dengan Raja yang terkenal kejam, namun ternyata dugaan itu jauh meleset.“Kau ingin ke Kerajaan?” ulang Halim, memastikan. “Lalu apa yang akan kau lakukan di sana?”“Mengacau,” jawab Rael serius tanpa berkedip. Namun beberapa detik kemudian ia tergelak kecil, seakan ia sendiri tahu betapa gila kedengarannya. “Ayolah, Paman. Kau tahu aku disiksa. Tentu saja aku akan mengadu.”“Tapi apa kau yakin Raja akan percaya?” Halim mengerutkan alis, ragu.“Jelas Raja tidak akan percaya padaku,” balas Rael lugas. “Tapi aku akan urus itu nanti.”“Sepertinya kau tidak yakin,” Halim menimpali, mencoba membaca wajah Rael.“Tentu saja,” Rael mengangguk pelan, jujur pada ketidakpastiannya sendiri. “Karena aku belum pernah melihat Raja dan belum memahami sistem kerajaan. Jika diibaratkan berperang tanpa tahu medan… itu hanya akan membunuhku.”Halim tertegun, lalu tertawa pu

  • BAYANGAN PENASEHAT AGUNG   30. Rasa Percaya Diri

    Pagi hari itu, Rael terbangun. Tubuhnya terasa lebih ringan dibanding sebelumnya, meski masih ada sedikit nyeri di beberapa bagian. Ia menatap langit-langit ruangan yang asing, lalu menggerakkan kepala perlahan untuk melihat sekeliling.Ruang itu sederhana—hanya sebuah dipan kayu, meja kecil dengan beberapa ramuan, dan jendela yang membiarkan sinar matahari masuk lembut. Dari aroma kayu dan suara ayam berkokok di luar, Rael tahu ia berada di rumah salah satu penduduk desa.“Syukurlah kau sadar…”Mak Risa muncul di ambang pintu sambil membawa mangkuk berisi air hangat. Senyum lega terpancar di wajahnya. “Bagaimana perasaanmu, Nak?”Rael mencoba duduk, meski sedikit goyah. “Lebih baik… dari semalam.”“Jangan memaksakan diri dulu,” ujar Mak Risa menahan bahunya pelan. “Kau masih perlu banyak istirahat.”Tak lama kemudian, Halim menyusul masuk. Wajahnya yang semalam penuh kecemasan kini tampak tenang. “Kau membuat kami khawatir, Rael. Kami menemukanku di hutan dalam keadaan pingsan.”“Apa

  • BAYANGAN PENASEHAT AGUNG   29. Rasa Penasaran

    Mak Risa berjalan pelan mendekati suaminya yang masih duduk di sisi ranjang. Ia bisa melihat jelas kegelisahan di wajah Halim—alis yang berkerut dan tangan yang tak henti mengepal.“Kenapa kau terlihat begitu resah?” tanya Mak Risa perlahan, duduk di sebelahnya. “Apakah ada informasi penting yang kau dapat hari ini?”Halim menghela napas panjang, seolah menimbang apakah ia harus mengatakannya atau tidak. Namun pada akhirnya ia menatap istrinya dengan sungguh-sungguh.“Iya… aku mendapati keluarga itu benar-benar mencurigakan,” ucapnya lirih namun tegas. “Banyak hal yang mereka sembunyikan. Mulai dari ladang yang sengaja dibakar hingga bau kimia yang menguar di bekas gudang.”Mak Risa terpana. Jemarinya yang tadi ia letakkan di pangkuan kini saling menggenggam lebih erat.“Tapi…” Halim memalingkan wajahnya, suara berat menahan kekesalan, “raja sudah percaya sepenuhnya pada keluarga Devan. Mereka sudah lama menyumbang hasil panen dan membantu kerajaan. Sulit bagiku mengungkapkan kecurigaa

  • BAYANGAN PENASEHAT AGUNG   28. Kecurigaan Yang Belum Terbukti

    Cukup lama Halim berada di sana sehingga ia mulai menyadari sesuatu. Ada bau bahan kimia yang menusuk hidungnya, meninggalkan kecurigaan bahwa ada hal yang sengaja ditutupi. Namun, ia memilih mundur untuk sementara.“Baiklah, aku tidak akan ke sana,” ujarnya, pura-pura menurut sebelum melangkah menuju bagian lain dari area yang terbakar.Ia memeriksa ladang yang juga hangus dilalap api. Kali ini, aromanya berbeda—jelas, bau minyak tanah tercium kuat di setiap sudut. Halim mengernyit, tubuhnya menegang oleh dugaan yang semakin mendekati kebenaran.Apakah ladang ini sengaja dibakar? pikirnya. Kenapa bau minyak tanah ada di mana-mana?Ia melirik pekerja-pekerja yang sibuk merapikan puing. Tatapan mereka kosong, menyiratkan tekanan besar yang tak terlihat. Bertanya pada mereka hanya akan memancing jawaban yang sama: pura-pura tidak tahu.Halim menarik napas panjang.“Kalau aku bertanya pada mereka, tak akan ada yang berani bicara,” gumamnya pelan. “Sebaiknya aku tunggu Rael siuman. Mungki

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status