Beranda / Romansa / BENIH MAFIA MUDA / chapter 04 Salah Target

Share

chapter 04 Salah Target

Penulis: Bang JM
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-14 19:37:39

Chapter 04 Salah Target

------------------

Para anak buah Paman Ming pun langsung masuk ke mobilnya masing-masing. Ada empat mobil mewah mengekor di belakang mobil yang ditumpangi oleh Paman Ming.

Terhitung ada lima mobil melaju dengan kecepatan penuh meninggalkan klub malam tersebut. Empat mobil itu mengawal Paman Ming, mereka siap siaga dengan pistol di tangan, mengantisipasi sesuatu yang terjadi pada mobil yang membawa target. Mereka menjaganya dengan ekstra. Jangan sampai kepergian mereka dari klub malam tersebut dikuntit oleh musuh.

Target Jack adalah Nona Wang Yihan. Dia adalah anak kepala gangster. Sementara Paman Ming justru tak mengetahui bila yang dibawa olehnya bukanlah Nona Wang Yihan.

Selama menempuh perjalanan Hien tak sadarkan diri. Padahal perjalanan menuju ke kota Zhenzhou cukuplah lama. Pengaruh obat bius itu membuatnya benar-benar bak mayat hidup.

Hingga tubuh Hien pun terdorong kiri dan kanan karena mobil melaju dengan kecepatan luar biasa. Tak bisa dipungkiri, model gaun yang begitu seksi, bagian atas area belahan dada pemakainya akan terekspos, begitu pula dengan Hien . Dadanya yang terlihat montok dan kenyal dan itu mental, dan pemandangan itu sangat menggoda mata dua orang yang berada di jok belakang. Sampai-sampai keduanya melongkan kepala, ketika sesekali melepaskan kefokusan ke arah belakang. Karena tugas mereka melihat ke belakang, jangan-jangan terjadi sesuatu pada mobil yang mengekor mobil yang paling bawah target ini.

Sementara Paman Ming yang benar-benar menjaga Nona Wang Yihan terlihat membulatkan matanya. Ketika terlalu percaya pada dua orang yang bersamanya di mobil ini.

Paman Ming rupanya lengah, hingga matanya lepas dari pantulan kaca spion. Sehingga mata jelalatan dua orang yang di belakang sana pun lepas dari pantauannya.

Semenjak tadi Paman Ming lupa tak memperhatikan mereka, dan paman Ming langsung menengur perbuatan yang tidak terpuji itu, "Jaga mata kalian---- atau aku akan mencongkel!!" gertak Paman Ming ditujukan pada dua orang di belakang sana.

Sontak dua orang tersebut langsung terperanjat, mereka baru tersadar bila telah berlaku khilaf.

"Si-siap! Ja-jangan ,Paman Ming!!" jawab mereka serentak seraya menutup kedua bola mata masing-masing.

Ucapan paman Ming biasanya bukanlah isapan jempol belaka. Itulah sebabnya keduanya sangat ketakutan. Ketakutan bilamana benar-benar mata mereka dicongkel hidup-hidup. Hal itu sudah biasa terjadi di lingkup tempat mereka bekerja ini. Bila orang kepercayaan Jack tersebut marah besar.

Mendengar jawaban dari dua anak buahnya tadi tak lantas membuat Paman Ming merasa lega, "Dasar! Kalian !"

"Maafkan kami, paman Ming!!" imbuh mereka lagi, sembari mengepalkan tangan dan menundukkan kepala.

Paman Ming pun melanjutkan amarahnya, "Dasar penjilat! Kalian itu tak pantas memperhatikannya . Bahkan melihatnya pun kalian tak pantas! "

"Ja-jangan congkel mata kami Paman Ming!!" mohon keduanya, dengan gerakan yang sama memohon ampunan.

Keduanya sangat ketakutan ketika Paman Ming memutar tubuhnya, lalu menopang tubuhnya pada sandaran kursi mobil tempatnya duduk, dan satu tangan Paman Ming pun sudah memegangi gagang pistol yang terselip di pinggangnya, "Dasar pecundang!" maki Paman Ming, seraya meletakkan gagang pistol yang tadi sudah ditariknya.

"Nanti sudah sampai, jilati kencing kalian!!"tegas paman Ming.

"Si-siap!"

"Siap! Paman Ming!!" jawab keduanya terbata dan bersamaan.

Rupanya Paman Ming tak tega melihat dua orang yang sudah mengabdi lama padanya tersebut sangat ketakutan, dan bisa dipastikan oleh Paman Ming keduanya kencing di celana.

Kemudian Paman Ming pun duduk, dan membuka kancing jas yang dikenakannya, lalu kembali memutar tubuh, untuk menutupkannya jas miliknya tadi pada tubuh perempuan yang masih dianggapnya itu adalah Nona Wang Yihan.

Mobil pun terus melaju. Dengan kecepatan tinggi. Suara iring-iringan mobil tersebut membelah kesunyian malam jalanan yang sangat sepi. Kiri kanannya hanya hutan-hutan. Dan mereka menuju ke sebuah kota yang dijuluki kota mati.

Terlihat Paman Ming merogoh saku, lalu mengetik pesan, [15 menit lagi sampai depan villa] Kemudian dikirimnya pada nomor Jack.

Benar kata paman Ming, 15 menit tak lebih, akhirnya mobil yang ditumpangi Paman Ming sudah sampai di depan villa berpagar beton tinggi , dan dikelilingi pagar kawat berduri. Tidak sampai di situ, pagar besi berdiri menjulang ke langit Itu dialiri sengatan listrik bertegangan tinggi.

Tak sampai di situ saja keamanan villa tersebut, kedatangan iring-iringan mobil itu pun langsung disambut gonggongan anjing-anjing penjaga keamanan. Dan juga senapan laras panjang , dari para penembak jitu, yang sudah mengintai di atas sana. Jika yang datang itu bukanlah orang bos mereka, tentunya siap melesatkan peluru. Dan mayat mayat mereka akan jadi santapan anjing-anjing hitam berbadan tegap, yang terlihat sangat kelaparan.

👇👇

Sementara itu, Jack masih geming di kamar pribadinya, setelah membaca pesan dari Paman Ming. Ketika sorot lampu menembus tempatnya berada, Jack pun berjalan ke arah jendela, dan melihat kedatangan Paman Ming, sudah memasuki pelataran villa, lalu gerbang tinggi itu pun langsung ditutup kembali oleh para anak buah Jack.

Melihat iring-iringan mobil anak buahnya Jack memilin senyum, kemudian merogoh saku jas yang dikenakannya, dan jari jemarinya mengetik papan keyboard, [Langsung bawa ke kamarku] Ketik Jack, kemudian langsung melemparkan begitu saja handphone miliknya di atas ranjang.

Kemudian Jack pun membuka jas yang masih melekat pada tubuhnya, kini menyisakan kemeja berwarna putih. Kemudian menuju ke arah pintu, sejenak Jack terhenti di ambang pintu sana, dan meregangkan otot lehernya hingga terdengar tulang patah, setelah itu barulah Jack keluar.

Sementara itu di dalam mobil, "Uhh--" keluh Hien, ketika tubuhnya disentuh oleh Paman Ming, lalu dibopong oleh Paman Ming pula. Dengan sangat hati-hati pria tersebut melakukannya, karena tak mempercayakan tubuh perempuan seksi itu pada dua anak buahnya yang tadi sudah khilaf, dengan tanpa sadar terpukau melihat kesaksian Nona Wang Yihan.

Untuk tugas kali ini pria paruh baya tersebut tak mempercayakan tubuh seksi itu pada dua orang anak buahnya. Paman Ming memilih memanggul seorang diri menuju ke tempat di mana Jack berada.

Paman Ming masih cukup tangguh untuk memanggul tubuh ramping Hien---Nona Wang Yihan, menaiki anak tangga , sebelum akhirnya masuk lift untuk menuju ke kamar Jack.

Sementara itu Jack sudah menunggu di depan pintu lift, dan ketika lift terbuka Paman Ming tepat berada di depan Jack .

"Bos Jack," sapa paman Ming, tidak percaya Jika bos muda tersebut sudah menunggunya di sini dan tak sabar bertemu target yang dibawanya.

Jack cuma mengangguk-anggukkan kepalanya, dan memilin senyum tipis , "Kerja bagus paman Ming," puji Jack untuk paman Ming.

Tidak ada jawaban atas pujian tadi dari bibir Paman Ming. Cuma senyum tipis tersungging di sudut bibir pria paruh baya tersebut.

"Apakah tidak baiknya bila aku mengantarkannya sampai ke kamarmu?" tawar Paman Ming.

Jack cuma menggeleng, kemudian Paman Ming pun menyerah terimakan target.

"Apakah bius yang Paman Ming memberikan, aman untuknya?" tanya Jack, seraya mempersiapkan diri memanggul perempuan seksi tersebut.

"Aman. Tidak akan membuatnya mati, cuma akan tertidur tanpa bisa berbuat apa-apa. Meskipun kamu lakukan sesuatu padanya."

Mendengar jawaban Paman Ming, Jack pun memilin senyum tipis lagi, dan kini tubuh target pun berpindah pada pundak Jack.

Kemudian Paman Ming pun mendudukkan badannya , tanda hormat sebelum pergi.

Jack memerhatikan Paman Ming, hingga pria itu lenyap masuk ke dalam lift kembali, barulah Jack berbalik, melangkah menuju ke kamarnya.

Jak mengayun langkah lebar, dan masih terlihat amarah pada wajah Jack, atas kebohongan Nona Wang Yihan, yang sudah sudah menerima cintanya. Dan memakai gaun darinya pula, tapi justru ingkar janji, dan malah keluyuran di bersama pria lain di klub malam, ketika dirinya mengajak dinner private.

Sesampainya di dalam kamarnya, 'Jangan pernah mempermainkan aku,' batin Jack , langsung mematikan saklar lampu kamar tersebut.

Kemudian Jack menuju ranjang, dengan posisi masih memanggul tubuh ramping nona Wang Yihan, yang masih dengan kepala tertutup kain hitam, dan kedua tangannya terikat kebelakang , begitu juga kakinya.

Sementara itu, Paman Ming yang sudah ada di bawah sana, langsung berucap , "Semoga saja benihmu jadi janin, Jack ."

Continued .... Bang JM ✍️

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • BENIH MAFIA MUDA    39

    Malam semakin larut ketika Jack, Hien, dan putra mereka akhirnya tiba di sebuah vila terpencil di pinggiran kota. Zhou memastikan area aman sebelum mereka masuk. Jack menutup pintu dan berbalik menatap Hien yang masih memeluk anaknya erat. Bocah kecil itu tertidur, wajahnya pucat karena kelelahan dan trauma. "Aku akan menyiapkan kamar," kata Jack pelan, mencoba meredakan ketegangan. Hien tidak menjawab. Dia hanya duduk di sofa, masih menggenggam tangan putranya seolah takut kehilangan lagi. Jack menghela napas dan berbalik ke Zhou. "Kita harus memperketat keamanan. Musuh pasti tidak akan tinggal diam." Zhou mengangguk. "Aku akan menyiapkan orang-orang kita di sekitar area ini." Setelah Zhou pergi, Jack berjalan mendekati Hien. Dia ingin berbicara, ingin menjelaskan semuanya, tetapi tatapan penuh kebencian dari perempuan itu membungkamnya. "Jangan mendekat," suara Hien bergetar, tetapi penuh ketegasan. Jack berhenti. "Aku hanya ingin memastikan kalian aman." Hien mena

  • BENIH MAFIA MUDA    39

    Malam semakin larut ketika Jack, Hien, dan putra mereka akhirnya tiba di sebuah vila terpencil di pinggiran kota. Zhou memastikan area aman sebelum mereka masuk. Jack menutup pintu dan berbalik menatap Hien yang masih memeluk anaknya erat. Bocah kecil itu tertidur, wajahnya pucat karena kelelahan dan trauma. "Aku akan menyiapkan kamar," kata Jack pelan, mencoba meredakan ketegangan. Hien tidak menjawab. Dia hanya duduk di sofa, masih menggenggam tangan putranya seolah takut kehilangan lagi. Jack menghela napas dan berbalik ke Zhou. "Kita harus memperketat keamanan. Musuh pasti tidak akan tinggal diam." Zhou mengangguk. "Aku akan menyiapkan orang-orang kita di sekitar area ini." Setelah Zhou pergi, Jack berjalan mendekati Hien. Dia ingin berbicara, ingin menjelaskan semuanya, tetapi tatapan penuh kebencian dari perempuan itu membungkamnya. "Jangan mendekat," suara Hien bergetar, tetapi penuh ketegasan. Jack berhenti. "Aku hanya ingin memastikan kalian aman." Hien menat

  • BENIH MAFIA MUDA    38

    Mobil hitam melaju kencang menembus malam. Di belakang mereka, vila Wang Zhen kini hanya tinggal bayangan, penuh dengan suara sirene dan jeritan. Jack Lee duduk di kursi belakang, menekan luka di bahunya yang terus mengeluarkan darah, tapi matanya tidak lepas dari Hien yang duduk di sampingnya, memeluk putra mereka dengan erat.Hien tidak berbicara sepatah kata pun sejak mereka masuk ke mobil. Wajahnya tegang, matanya penuh kebencian dan ketakutan. Jack tahu, baginya, dia bukan penyelamat—dia masih monster yang menghancurkan hidupnya.“Kita akan pergi ke tempat aman,” kata Jack pelan, mencoba menenangkan suasana.Hien tidak merespons. Dia hanya menatap lurus ke luar jendela, seakan berharap bisa melarikan diri kapan saja.Ming yang mengemudi melirik Jack melalui kaca spion. “Bos, kita punya masalah. Sepertinya ada yang mengikuti kita.”Jack mengangkat kepalanya. “Siapa?”“Dua mobil hitam. Mereka mulai mendekat.”Jack mengumpat pelan. Wang Zhen pasti tidak tinggal diam. Dia pasti sudah

  • BENIH MAFIA MUDA    37

    Suara deru mesin mobil terdengar menggema di sepanjang jalanan sepi menuju vila Wang Zhen. Jack Lee duduk di kursi belakang, matanya menatap lurus ke depan dengan ekspresi dingin. Di sisinya, Ming dan Zhou menunggu perintah."Begitu kita masuk, cari Hien dan anakku. Jangan biarkan mereka dibawa pergi," perintah Jack.Ming mengangguk. "Mengerti, Bos."Jack menghela napas pelan. Pikirannya terus dipenuhi bayangan Hien. Jika saja ia tidak membuat kesalahan lima tahun lalu, mungkin semuanya akan berbeda. Tapi sekarang, dia tidak bisa lagi mundur.---Di Vila Wang ZhenHien berdiri di tepi ranjang, membenahi selimut putranya yang tertidur lelap. Dadanya terasa sesak melihat wajah kecil itu yang begitu mirip dengan Jack Lee.“Apa aku benar-benar harus pergi?” gumamnya dalam hati.Di luar, Wang Zhen tengah berbicara dengan seseorang di telepon. Ekspresinya serius."Pastikan pesawatnya siap dalam satu jam," katanya. "Aku tidak ingin ada kesalahan. Jack Lee bisa datang kapan saja."Setelah men

  • BENIH MAFIA MUDA    36

    Jack Lee menatap langit-langit kamar yang asing baginya. Wajah Hien dan anak mereka terus berputar dalam pikirannya. Ia ingin melihat mereka, ingin memastikan mereka baik-baik saja. Namun, tubuhnya masih lemah, dan ibunya tidak akan membiarkannya pergi begitu saja."Di mana mereka sekarang?" tanya Jack, suaranya parau karena kelelahan.Nyonya Xien menghela napas panjang, lalu menatap putranya dengan sorot tajam. "Mereka aman. Itu yang perlu kau tahu."Jack mengerutkan kening, lalu mencoba bangkit. "Ibu, aku harus menemui mereka. Aku harus bicara dengan Hien dan—""Untuk apa?" potong Nyonya Xien dengan nada dingin. "Untuk meminta maaf? Untuk memohon agar dia menerimamu kembali? Jack, kau pikir semudah itu?"Jack mengepalkan tangannya. "Aku sudah melakukan kesalahan besar. Aku ingin memperbaikinya. Aku ingin bertanggung jawab atas anakku."Nyonya Xien tersenyum miring. "Terlambat, Nak. Dia membencimu. Dan sekarang, dia berada dalam perlindungan Wang Zhen."Mata Jack melebar. "Apa?""Iya

  • BENIH MAFIA MUDA    35

    Jack Lee tak punya waktu untuk berpikir panjang. Ledakan di luar semakin mengguncang rumahnya, membuat kaca-kaca jendela pecah dan debu berterbangan di seluruh ruangan. Hien menjerit sambil memeluk erat anak mereka yang ketakutan.Jack menarik tangan Hien dengan kuat. “Ikut aku! Kita harus keluar dari sini sebelum tempat ini hancur!”Hien menolak. “Tidak! Aku tidak bisa ikut denganmu!”Jack menatapnya tajam. “Ini bukan tentang aku atau kamu. Ini tentang anak kita. Kau ingin dia mati di sini?”Hien menggigit bibirnya, hatinya berkecamuk. Ia membenci pria ini, tapi ia tak bisa membiarkan anaknya mati dalam baku tembak mafia.“Baik, tapi jangan sentuh aku,” ucap Hien dingin.Jack menghela napas dan menarik mereka keluar dari kamar.Di luar, Paman Ming sudah menunggu di lorong dengan beberapa anak buah yang tersisa. “Bos, mobil sudah siap. Tapi mereka mengepung dari dua sisi!”Jack menyumpah dalam hati. Wang Zhen benar-benar ingin menghabisinya malam ini.“Bawa mereka lewat jalur belakang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status