Share

BERI AKU KESEMPATAN SEKALI LAGI
BERI AKU KESEMPATAN SEKALI LAGI
Penulis: Wiks_elsakkakini

Bab 1

"Pergilah Mas, kejar saja kebahagiaan mu.." tutur perempuan berkerudung lebar itu, tanpa menatap wajah suaminya sama sekali, saat sang suami meminta izin kepadanya, untuk menikahi wanita yang telah menjadi cinta pertamanya dulu.

"Tapi aku ingin, kamu tetap disini Aisyah.." ucap lelaki tampan bertubuh tegap itu, menyentuh pundak istrinya pelan, yang berdiri membelakanginya, menyembunyikan sebak di wajahnya.

"Aku ingin kamu dan juga anak-anak, tetap disini, tetaplah menjadi istriku Aisyah, Gendis bersedia menjadi yang kedua, dan aku berjanji, akan tetap berlaku adil kepada kalian." ucap Farhan, tak mau di cap sebagai lelaki yang menelantarkan anak istri, karena kedatangan wanita yang lain, selain itu, sebenarnya ia juga tidak mau kehilangan anak dan istrinya, walau terpaksa harus menyakiti hati Aisyah seperti ini.

Gendis, wanita yang selama ini telah terpatri di hatinya, kisah cinta lama yang belum usai di antara keduanya, membuatnya kini nekat meminta izin kepada wanita cantik bernama Aisyah, yang telah memberikannya dua putra yang tampan dan pintar, persis seperti dirinya, untuk menikah lagi, begitu wanita itu datang lagi ke dalam hidupnya, dan mengusik ketenangan hatinya.

Lagipula Farhan merasa mampu jika beristri dua, karena perekonomiannya juga sudah sangat mapan.

Bekerja sebagai seorang manajer di sebuah perusahaan besar, dengan gaji tinggi pula.

Bahkan rumah dan mobil yang ia gunakan sekarang, juga fasilitas dari perusahaan itu.

Sebagai seorang muslimah yang telah lama hidup di pesantren, dan di besarkan di tengah keluarga yang kental dengan nuansa keagamaanya, Aisyah tahu, ia tidak berhak untuk melarang suaminya untuk menikah lagi, dan menerapkan poligami dalam kehidupan rumah tangga mereka, yang sudah mereka bina, hampir 10 tahun lamanya.

Tapi tetap saja, hatinya begitu sakit untuk menerima permintaan suaminya itu.

Tapi perempuan muda yang masih belum genap 30 tahun itu, sadar diri.

Cinta sang suami kepada dirinya telah berkurang drastis, bahkan bisa di bilang, binar cinta suaminya itu mulai meredup, menyisakan keremangan belaka.

Jadi, meskipun sudah ada dua orang anak di antara mereka, Aisyah tak akan mengemis cinta kepada sang suami, untuk meninggalkan perempuan itu.

Aisyah yakin, masih ada Allah yang akan selalu mencintainya, dengan apa adanya, dan tanpa batas 

Aisyah meremat benda panjang, kecil, dan tipis dalam genggamannya.

Awalnya ia ingin memberikan kejutan kepada sang suami, dengan menunjukkan alat pendeteksi kehamilan itu, sebagai hadiah ulang tahun sang suami yang ke 36 tahun.

Tapi begitu mendengar ucapan suaminya barusan, Ia urung memberi tahu kan, bahwa saat ini ia telah mengandung buah cinta mereka yang ke tiga.

"Aisyah..." suara lembut Farhan kembali membelai rungunya, suara yang selama ini begitu ia rindu di setiap sore, menjelang kepulangan sang suami dari kantornya.

Suara yang selalu memanggilnya dengan mesra, suara yang tak pernah menyakitinya, tak pernah membentaknya, apalagi mencacinya.

Tapi kini, suara itu bahkan menjadi seperti sepucuk pistol, yang menembak ulu hatinya hingga berdarah-darah.

Memang, pernikahan mereka dulu adalah hasil dari perjodohan.

Farhan yang gagal menikah dengan Gendis, karena wanita itu memilih untuk mengejar impiannya, dengan belajar ke luar negeri, meninggalkan Farhan yang terus di tuntut oleh keluarganya, untuk segera menikah.

Begitu ia di jodohkan dengan gadis belia yang baru berusia 18 tahun kala itu, gadis yang baru menyelesaikan pendidikannya di sebuah pondok pesantren, ia langsung setuju begitu saja.

Dalam pikirannya kala itu, ia hanya menganggap Aisyah sebagai pelariannya saja, dari rasa kecewanya terhadap Gendis, gadis cantik yang telah mencuri hatinya, walau sebenarnya, Aisyah juga tak kalah cantik dari Gendis 

Suara ponsel terdengar, membuyarkan lamunan Aisyah, yang masih merasa betah menatap ke luar jendela, menyembunyikan air matanya yang sudah siap tumpah.

Farhan segera beranjak mengambil ponselnya yang terus berdering.

"Iya Sayang..aku segera kesana ya, iya, bersabarlah.." lamat-lamat Aisyah mendengar apa yang di ucapkan oleh suaminya itu, meskipun sebenarnya Farhan telah berusaha melirihkan suaranya.

"Sayang, aku pergi dulu ya? Ada pekerjaan mendadak yang harus segera Mas tangani." ucap lelaki itu, kemudian mengucap salam dan pergi.

Lihatlah, belum menikah saja, kebiasaannya mencium kening sebelum pergi, sudah ia lupakan..

Lalu bagaimana ketika sudah menikah nanti??

Aisyah tak mampu menjawab salam dari suaminya itu.

Hatinya terlalu sakit...

"Abi! Abi mau kemana? Akbar ikut...!" terdengar suara putra bungsunya yang baru berusia 5 tahun, berteriak memanggil sang Ayah yang terlihat tergesa.

Tak lama terdengar pekik jerit putra bungsunya itu menangis, pertanda lelaki yang ia panggil Abi itu, telah pergi, tanpa membujuk putranya terlebih dahulu.

Tak tahan mendengar jerit tangis putranya itu, Aisyah mengusap kasar wajahnya yang basah, dan beranjak keluar dari kamar.

Segera ia peluk putranya itu, untuk meredakan tangisnya.

"Mau ikut Abi, Umi..!" serunya masih terus menangis.

"Tidak bisa Adek, Abi kan harus kerja, gak boleh bawa anak kecil ke tempat kerja.. mendingan sekarang Adek main sama Kakak dulu ya.." tiba-tiba si sulung Alraz sudah berada bersama mereka, membantu sang ibu menenangkan adiknya.

Alraz anak sulungnya itu, begitu dewasa walau usianya baru masuk 9 tahun.

Terbukti, kini Akbar kembali tenang, dan asik bermain bersama kakaknya itu.

"Umi ke dapur dulu, jagain adeknya ya Kak.." pamit Aisyah, lantas pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam, yang hampir saja ia lupakan.

Dapur adalah tempat favorit perempuan berwajah cantik dan manis itu, untuk melupakan setiap masalahnya.

Dengan membuat masakan yang lezat, biasanya rasa lelah dan kecewa akan dapat segera ia obati.

Tapi nyatanya kali ini, air matanya tetap tak dapat ia bendung...

Hatinya terlalu sakit dan meradang..

Suaminya belum resmi menikah saja, rasanya sudah sesakit ini, melihat lelaki itu lebih memilih pergi untuk menemui cintanya, dan mengabaikan putra mereka yang menangis, tanpa membujuknya.

Lalu bagaimana dengan janjinya tadi? Yang mengatakan akan bersikap adil?

"Hamba tidak akan sanggup ya Allah..hamba tidak sanggup, ampuni hamba jika harus menyerah nantinya...." tubuh Aisyah merosot, dengan bersandar di dinding dapur, menangis sambil menekan dadanya yang terasa sangat sakit...

Sakit ya Allah... membayangkan pasangan berbagi kemesraan dengan wanita lain saja sudah sesakit ini, lalu bagaimana jika sampai melihatnya?

Aisyah menggelengkan kepalanya kuat-kuat.

"Maafkan aku Mas...aku tidak bisa..." 

Bersambung.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
halah sombong baru jdi manajer berspa besar gajinya pas"an juga walaupun perusahaan besar standar
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status