Share

Bab 2

Author: Miss Kay
last update Huling Na-update: 2024-12-10 15:25:00

Jujur, ada sedikit rasa hangat menyentuh hatinya mendengar ucapan pria yang berubah dingin semenjak mereka menjadi pasangan suami-istri.

Tapi, dia sadar posisinya dan tahu bahwa Raydan Han tidak pernah mengutarakan sesuatu tanpa alasan yang jelas. "Baiklah, aku akan menyiapkan segalanya," jawab Yoona akhirnya.

Mereka berdua pun segera mulai menyiapkan segala keperluan untuk meninggalkan rumah utama mereka. Raydan Han memeriksa barang-barang yang perlu dibawa, sementara Yoona mengatur segala dokumen penting yang harus dibawa.

Setelah semua persiapan selesai, mereka segera meninggalkan rumah utama mereka. Raydan menuju ke apartemennya sebagai tempat perlindungan bagi mereka sementara.

Namun, dalam perjalanan, mereka merasa dikejar-kejar oleh sekelompok orang yang tidak dikenal. "Sial! Kenapa mereka mengincar kita," ucap Raydan melihat sekelompok orang yang mengikutinya

Asisten Park dan beberapa mobil pengawal terus berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari kejaran tersebut. Mereka merasa terancam dan panik, namun mereka tetap berusaha untuk tetap tenang.

Setelah melewati berbagai rintangan dan bahaya di perjalanan , akhirnya mereka tiba di apartemen.

"Ternyata semua ini adalah rencana dari orang-orang yang tidak suka pada ku," ucap Raydan Han kepada Asisten Park. "Kita harus waspada dan berhati-hati kali ini."

Yoona dan Asisten Park mengangguk setuju. Mereka sadar bahwa dunia di sekitar mereka tidak selalu aman dan terpercaya.

***

Yoona menatap lembut suaminya, Raydan Han, yang baru saja membuka pintu apartemen miliknya. Udara dingin malam itu terasa menusuk tulang, namun suasana di dalam apartemen terasa lebih dingin lagi. Yoona merasa agak canggung dengan kehadiran Raydan Han setelah sekian lama tidak bertemu.

"Baru kali ini aku menginjakkan kakiku ke apartemen ini," ucap Yoona pelan.

Raydan Han tersenyum tipis. "Rumah keduaku, selain rumah utama kita sejak menikah. Aku tinggal di sini selama beberapa waktu sejak menjadi hakim ketua. Aku tidak lagi tinggal bersama ayahmu, dia memilih tinggal sendirian di rumah mendiang ibumu di pinggiran kota sebelum beliau meninggal."

Yoona mengangguk mengerti, menatap sekeliling apartemen yang elegan dan mewah. Mereka berjalan ke ruang tamu, duduk di sofa berwarna krem yang lembut. Udara hening, mereka sama-sama tidak tahu harus memulai pembicaraan dari mana.

"Tak keberatan tinggal di sini sementara?" tanya Raydan.

Yoona mengangguk. "Kampusku tidak terlalu jauh dari sini. Aku pikir ini akan lebih nyaman bagiku jika aku tinggal dekat denganmu."

Raydan Han mengangguk. "Terima kasih. Tapi jangan salah paham, semua ini kulakukan bukan karena aku ingin dekat denganmu. Aku hanya melindungi diriku sendiri dan orang-orang di sekitarku."

Yoona menatap Raydan Han dengan rasa heran, mencoba mencerna apa yang baru saja diucapkannya. "Apa yang sebenarnya terjadi?" tanyanya penasaran.

Raydan Han menarik napas dalam-dalam. "Ada sekelompok pemberontak yang mengancamku agar mengeluarkan ketuanya dipenjara. Mereka tidak segan-segan menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuannya. Kemarin malam, saat acara undangan perdana menteri, ada kerusuhan di luar gedung. Mereka mengancam akan melakukan hal yang lebih buruk jika aku tidak menuruti permintaan mereka."

Yoona terdiam sejenak, merasa sedikit terkejut dengan pengakuan Raydan. Dia tidak pernah membayangkan bahwa suaminya terlibat dalam konflik semacam itu. Tapi, dia tahu bahwa Raydan Han adalah seorang pejabat yang sangat berpengaruh, dan itu pasti membuatnya rentan terhadap ancaman dari berbagai pihak.

"Apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya Yoona.

Raydan Han menatap istrinya dengan tajam. "Kita harus waspada. Aku akan menyuruh pengawalku untuk mengawasi setiap gerak-gerikmu. Kita tidak boleh lengah sedikit pun. Kau harus tetap berada di sini, di apartemen ini, selama situasi ini belum terselesaikan. Istirahatlah, disana kamarmu," titah Raydan sambil menunjukkan kamar Yoona dengan dagunya.

Yoona mengangguk berjalan menuju kamar dengan perasaan sedikit tertekan dengan situasi yang mereka hadapi. Di dalam kamar apartemen milik Raydan Han, Yoona melihat desain kamar yang begitu aesthetic berwarna hitam elegan dan mewah. Yoona melangkahkan kakinya ke tempat tidur yang empuk, meresapi aroma harum parfum milik Raydan yang begitu kuat.

Tiba-tiba terlintas di benak Yoona. Suara ayahnya, Joe Aiden, terdengar jelas dalam ingatannya. "Kau akan menikah dengan Raydan, dia yang akan menjadi suamimu kelak, Yoona," ucap Joe Aiden dengan tegas. Yoona terkejut dan bingung dengan pernyataan ayahnya.

"Apa maksud ayah? Kenapa ayah ingin aku menikah dengan Raydan?" tanya Yoona heran. Joe Aiden tersenyum dan menjelaskan. "Kau akan aman hidup dengannya. Sebentar lagi, dia akan menjadi hakim ketua termuda yang disegani di negara ini."

Yoona terdiam sejenak. Dia ingat bahwa Raydan Han seorang pria yang tampan, cerdas, dan berbakat. Namun, dia juga tahu bahwa Raydan sudah memiliki kekasih. "Tapi bukannya Raydan sudah memiliki kekasih, ayah. Bagaimana jika dia tidak menerima pernikahan ini?" ujar Yoona dengan ragu.

"Ayah yang berhak mengatur dengan siapa Raydan Han akan menikah. Dia harus membalas budi karena ayah sudah membebaskan hidupnya dari kekejaman mafia yang telah menjadikannya sebagai tawanan," ujar Joe Aiden dengan tegas.

Yoona merenung sejenak. 'Dia dan Raydan sudah seperti saudara. Bagaimana mungkin mereka bisa menikah? Dia yakin Raydan akan membencinya. Itu tidak akan pernah terjadi. Raydan akan membenciku,' pikir Yoona mantap.

Joe Aiden memberikan senyuman puas. "Kau tenang saja, Yoona. Raydan tidak akan menolak keinginan ayahmu ini. Dia harus tahu diri," kata Joe Aiden meyakinkan.

Dengan hati yang bercampur aduk, Yoona akhirnya menerima takdir yang telah ditentukan oleh ayahnya. Namun, di balik rasa setuju yang dia tunjukkan di depan ayahnya, terdapat pertanyaan dan rasa takut yang menghantui pikirannya.

Malam itu, Yoona terbangun dari tidurnya, kemudian melangkah ke balkon apartemen Raydan Han. Terdapat pemandangan kota yang begitu indah di malam hari.

Yoona berjongkok di balkon, menghela nafas panjang. "Apa benar aku bisa bahagia dengan Raydan? Sedangkan dia sangat ingin menceraikanku," gumamnya pelan. Sebuah angin malam yang sejuk menyapu wajahnya, dengan lampu-lampu kota begitu terang seakan memberikan jawaban tersendiri.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • BUKAN PERNIKAHAN BISNIS   Bab 74

    Boy menyaksikan polisi memborgol Chloe. Suasana kafe sunyi, hanya terdengar suara langkah kaki polisi dan isakan Chloe yang teredam. Boy bergumam pada dirinya sendiri. "Selesai... akhirnya selesai." Ia menghela napas panjang, lega, namun terlihat kosong. "Aku... aku lega. Tapi..." Ia mengusap wajahnya, terlihat bingung. Rasanya aneh. Seperti kehilangan sesuatu. "Bukannya seharusnya aku merasa senang? Dia... dia adalah Chloe. Wanita yang pernah kucintai." Boy menyaksikan Chloe dibawa pergi, tatapannya dingin dan tenang. Tidak ada sedikitpun emosi yang terlihat di wajahnya. "Tersangka sudah diamankan, Tuan muda. Terima kasih atas kerjasamanya," ucap Yash. Boy dengan nada datar. "Bagus." Ia mengangguk pelan, tanpa ekspresi. "Semoga dia menda

  • BUKAN PERNIKAHAN BISNIS   Bab 73

    Raydan Han, mantan seorang hakimketua yang snagat terkenal di korea. Pria sukses yang telah berusia lanjut, duduk di kepala meja makan bersama keluarga besarnya. Dia tersenyum bahagia melihat anak, menantu dan cucunya berbicara dan tertawa bersama. "Aku sangat bersyukur bisa memiliki keluarga yang bahagia dan sukses seperti ini. Aku tidak pernah menyangka bahwa aku bisa mencapai usia seperti ini dan masih bisa beraktifitas memegang perusahaan." Yoona Ri, istri Han, tersenyum dan memegang tangan suaminya. "Kamu telah melakukan yang terbaik, Han. Kamu telah membangun perusahaan yang sukses dan memiliki keluarga yang bahagia. Aku sangat bangga dengan kamu." Mereka semua menikmati makan malam bersama, berbicara dan tertawa bersama. "Aku ingin mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah mendukung aku selama ini. Aku tidak bisa melakukan semua ini tanpa bantuan kalian semua." Semua orang di meja makan mengangguk dan tersenyum, menunjukkan rasa hormat dan penghargaan me

  • BUKAN PERNIKAHAN BISNIS   Bab 72

    Perjalanan bulan madu mereka di Rusia sangatlah indah dan penuh kenangan. Mereka berdua menikmati setiap momen bersama, dari mengunjungi tempat-tempat wisata hingga menikmati keintiman mereka. Cinta mereka semakin kuat dan dalam setiap hari, dan mereka berdua tahu bahwa cinta mereka akan bertahan selamanya. Mereka berdua sangat bahagia dan puas dengan kehidupan mereka bersama. Sementara itu, Stevani dan Crush juga sangat bahagia bermain bersama. Mereka berdua seperti saudara yang terpisah, dan mereka sangat menyukai kebersamaan mereka. *** Stevani berlari ke arah Scot dan Preya dengan senyum lebar. "Ayah! Ibu! Selamat datang kembali!" Scot memeluk Stevani dengan h

  • BUKAN PERNIKAHAN BISNIS   Bab 71

    Setelah tiba di Korea, Scot langsung melamar Preya dengan cincin yang indah dan lamaran yang romantis. Preya terkejut dan tersenyum, lalu menerima lamaran Scot. keluarga Preya pun menerima Scot dengan baik. Seminggu kemudian, mereka menikah dalam sebuah upacara yang indah dan romantis. Banyak tamu yang hadir, termasuk Maria dan Park, yang datang dari Dubai untuk merayakan hari bahagia Scot dan Preya. Raydan dan Yoona juga datang, mereka membawa hadiah yang indah dan menyampaikan ucapan selamat kepada pasangan baru itu. Rayno dan Bella juga datang bersama anaknya, Crush, yang gendut dan lucu. Crush yang berusia tiga tahun itu, langsung berlari ke arah Stevani dan memeluknya. "Kakak Stevani!" teriak Crush dengan suara yang kencang. Stevani tersenyum dan memeluk Crush. "Adik Crush! Aku

  • BUKAN PERNIKAHAN BISNIS   Bab 70

    Pagi harinya, Stevani memanggil-manggil ayahnya dengan suara yang keras sambil mengetuk-ngetuk pintu. "Ayah! Ayah!" Scot yang masih berbaring di tempat tidur, berpelukan dengan Preya dan selimut yang masih menutupi tubuhnya, tersentak kaget karena kesiangan. Dia membuka mata dan melihat jam di atas meja, lalu dia terkejut karena sudah terlambat. "Ahh, kita kesiangan!" Scot berkata dengan suara yang panik, sambil melempar selimut ke samping dan berusaha untuk bangun dari tempat tidur. Preya juga terbangun dan memandang Scot dengan senyum. "Pagi, Scot. Kita hanya kesiangan?" Scot mengangguk dan berusaha untuk bangun dari tempat tidur. "Ya, jangan terlambat. Kita harus pergi sekarang dan menikmati hari bersama Stevani!" Stevani masih memanggil-manggil ayahnya dari luar kamar. "Ayah! Ayah! Ayo kita sarapan! Kita bisa telati ke taman nasional Hulhumale!"

  • BUKAN PERNIKAHAN BISNIS   Bab 69

    Scot dan Preya berjalan di pantai, menikmati pemandangan laut yang indah dan angin yang sejuk. Stevani berlari di depan mereka, bermain dengan pasir dan air laut. Scot memandang Preya dengan senyum dan membalas. "Aku senang bisa membuat Stevani bahagia," katanya. Preya tersenyum dan membalas. "Aku juga senang, Scot. Stevani sangat menyenangkan dan aku senang bisa menjadi bagian dari hidup kalian." Scot memandang Preya dengan lebih serius dan berkata. "Aku juga senang kamu bisa menjadi bagian dari hidup Stevani, Preya. Kamu sangat baik dengan dia dan aku senang bisa melihatnya." Preya tersenyum menatap Scot. "Terima kasih, Scot. Aku senang bisa membantu dan menjadi bagian dari hidup Stevani." Scot memandang Preya dengan lebih dalam. "Aku rasa aku mulai menyukaimu, Preya. Kamu sangat berbeda dan aku senang bisa memiliki kamu di sampingku." Preya terkejut dan tidak siap untuk mendengar ungkapan cinta Scot. Dia memandang Scot dengan mata yang lebar dan tidak bisa mengucapkan ap

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status