Share

3. Suasana Baru

"Pak, meeting setengah jam lagi di mulai," kata Arven assisten Regantara.

"Kenapa mendadak meetingnya, Ven?" Regantara beranjak dari kursi kerjanya menutup laptop.

"Kurang tahu juga, Pak. Pak Wahyu meminta semua jajaran terkait untuk hadir, termasuk tadi saya lihat direktur perusahaan cabang kita di Semarang," terang Arven.

Regantara orang pertama yang hadir di rapat sore itu lalu di susul beberapa manager divisi dan para jajaran direksi perusahaan food and beverage yang sudah berdiri lebih dari 30 tahun itu. Dan terakhir sosok lelaki tua yang masih nampak gagah itu pun memasuki ruangan.

Rapat sore itu berjalan dengan baik, laporan dari semua cabang pun di terima Wahyu dengan garis bibir yang bangga, termasuk cabang baru mereka di Semarang.

"Ada satu hal yang ingin saya sampaikan, terkait dengan perkembangan cabang baru kita di Semarang. Pak Ramli ...." Sorot mata Wahyu berhenti menatap lelaki berumur 50 tahun itu. "Sebagaimana kita tahu kesehatan Pak Ramli belakangan ini sedang bermasalah meski pencapaian kinerja perusahaan baik-baik saja, tapi saya tahu Pak Ramli sedang tidak baik-baik saja."

Semua mata memandang lelaki yang memang terlihat nampak kurang sehat itu.

"Maka dengan ini, tanpa mengurangi rasa hormat saya pada Pak Ramli yang sudah membantu saya semenjak awal berdirinya perusahaan ini, per hari ini Pak Ramli saya tarik kembali ke kantor pusat dan untuk mengisi posisi yang kosong di Semarang maka dengan ini saya minta Regantara untuk menggantikan posisi Pak Ramli di sana."

Mata Regantara terbelalak, seingatnya dia belum memberikan keputusan pada Wahyu untuk menerima tawaran posisi itu.

"Tapi saya—" Regantara tercekat.

"Saya anggap semuanya tidak ada yang keberatan dengan keputusan ini." Satu per satu Wahyu menatap orang-orang kepercayaannya. "Dan untuk Regantara sendiri, semoga ini menjadi kesempatan baik untuk berkarir dan memajukan perusahaan kita."

Tepuk tangan pun terdengar riuh rendah, tatapan hangat begitu terasa. Regantara memang dikenal sebagai salah satu Manager Area yang patut di perhitungkan bukan karena dia menantu dari pemilik perusahaan tapi memang kinerjanya yang selalu baik.

"Pa," sahut Regantara membersamai langkah Wahyu sebelum menuju lift.

"Minggu depan kamu sudah harus berada di Semarang, Papa berharap besar sama kamu Regan."

"Tapi anak-anak, Pa. Regan belum membicarakan ini pada mereka."

"Pergunakan waktu kamu sebaik mungkin." Wahyu menepuk pundak lelaki bertubuh tinggi itu. "Papa pulang dulu, ketemu di rumah." Wahyu menarik sudut bibirnya sebelum pintu lift tertutup.

*****

"Papa pulang kapan?" Suara Arsa begitu nyaring di telinga Regantara.

"Minggu depan, Sayang."

"Berarti janji kemarin harus di tepati, ya?" Kali ini Kayma mendekatkan wajahnya pada layar ponsel.

"Iya ... iya, tiketnya sudah Papa booking. Minggu depan kita ke Dufan."

"Horeeee ...." Suara serta tarian kegirangan nampak dari layar ponsel.

Regantara tersenyum bahagia, sudah tiga minggu dia meninggalkan dua buah hatinya. Meski awalnya harus membuat perjanjian dengan kedua anaknya untuk pulang sebulan dua kali ke Jakarta. Dan kesepakatan itu dia setujui, meninggalkan buah hati tanpa ada sosok seorang ibu begitu berat bagi Regantara, apalagi dia merasakan sendiri saat dia berumur sama dengan anak-anaknya.

"Papa, dua bulan lagi libur sekolah loh. Kay sama Arsa boleh ya liburan di Semarang?"

"Boleh dong ... boleh banget. Jadi hari ini di sekolah ngapain aja?" Seperti biasa hal sepele yang selalu di tanyakan oleh Regantara menjelang tidur.

Celoteh dua bocah itu mewarnai malam, terkadang mereka sama-sama tertawa. Ada saja tingkah lucu kedua anak itu membuat Regantara terhibur.

"Ayo, sudah malam ... besok mau sekolah." Suara lembut Irma membuat kedua buah hati Regantara menunjukkan wajah lesu.

"Besok kita sambung lagi, ya." Regantara menampakkan wajah teduh. "Kay, Arsa ... jangan nakal, jagain Oma. Ok?"

"Siap Papa ... Papa hati-hati di sana. Bye ...." Kayma melambaikan tangannya sementara Arsa seperti biasa menunjukkan wajah cemberut.

"Arsa ... besok Papa telpon lagi ya. Papa nggak sabar mau dengerin cerita Arsa besok." Sudut bibir Regantara mengembang, berusaha menghibur putranya itu.

"Oke deh ... bye Papa." Arsa langsung memeluk guling dan menutup wajahnya.

"Enggak apa-apa ... nanti juga lupa," ujar Irma mengambil alih ponsel dari tangan Kayma.

"Iya, Ma. Titip anak-anak ya, Ma."

"Beres ... kamu tenang aja." Irma tersenyum.

"Regan tutup ya, Ma. Selamat malam, Ma."

"Malam, Regan."

Tirai putih jendela besar itu perlahan Regantara tutup, seperti biasa setiap malamnya Regantara hanya menghabiskan waktu jika tidak di depan laptopnya atau sekedarnmenonton televisi yang pada akhirnya televisi yang akan bergantian melihat dirinya yang tertidur pulas.

*****

Derap kaki Regantara melangkah tegas melewati kubikel - kubikel yang tersusun rapih di setiap ruangannya. Memasuki ruang kerjanya diikuti oleh Winda sekretarisnya yang sedari awal Regantara memasuki gedung kantor tidak berhenti membacakan jadwal lelaki 39 tahun yang harus dilakukan pada hari itu.

"Hari ini ada dua catering yang terseleksi, Pak," ujar wanita yang sudah mempunyai tiga orang anak itu. Winda meletakkan dua profil perusahaan catering di atas meja Regantara.

"Dari tujuh catering yang mengikuti tender kita, dua catering ini yang menurut saya sesuai. Mulai dari kualitas masakannya dan juga harganya," ujar Winda lagi.

"Kapan saya bisa mencicipi masakannya? Saya mau, karyawan menikmati makanan yang di hidangkan. Ini sebagai balas jasa kita untuk mereka yang sudah bekerja sangat keras untuk perusahaan," ujar Regantara.

"Rencananya hari ini, kedua catering akan datang membawa masing-masing dua masakan, Pak. Mungkin sekitar satu jam lagi ...." Winda melirik jam tangannya.

"Kamu juga sudah cek ruangan yang di renovasi menjadi kantin karyawan?" Regantara membolak-balik lembar profil perusahaan yang tadi diberikan oleh Winda.

"Sudah selesai, Pak. Desain sesuai yang Bapak mau."

Regantara mengangguk-angguk, "Hm ... Win, karena usulan kita sudah di setujui oleh orang pusat untuk merenovasi satu ruangan menjadi kantin karyawan serta kerjasama kita dengan pihak catering. Saya mau, kerjasama ini dioptimalkan ... bukan hanya sesaat. Saya mau semuanya merasa nyaman, kita buat suasana baru di kantor ini,," tegas Regantara.

"Baik, Pak."

"Kamu boleh kembali ke ruangan kamu." Regantara membuka laptopnya.

"Meeting dengan pihak Mall, siang ini pukul dua," ujar Winda mengingatkan dan Regantara hanya menjawab dengan anggukan.

Satu jam lebih berkutat dengan zoom meeting antara dia dan Wahyu, mertuanya.

"Jadi, Regantara ... kerjasama kita dengan salah satu Mall di Semarang itu sebaiknya langkah awal perusahaan kita semakin maju. Papa mengharapkan hasil yang luar biasa dari kinerja kamu. Tiga minggu saja kamu sudah membuat anak perusahaan kita ini sudah banyak perubahan. Good job, Regan." Senyuman Wahyu mengembang saat membaca laporan kemajuan perusahaan mereka.

"Regan berusaha sebaik mungkin, Pa. Mudah-mudahan produk kita mampu bersaing dengan banyaknya perusahaan food and beverage yang bermunculan beberapa tahun belakangan ini."

Ketukan di pintu sesaat membuat keduanya terdiam, Winda masuk memberitahukan pihak catering sudah datang.

"Kamu ada pertemuan?" tanya Wahyu.

"Dengan pihak catering, Pa."

"Oh ya, Papa salut dengan ide kamu. Semoga karyawan semakin betah dan nyaman bekerja dengan perusahaan kita."

"Regan hanya mencontoh cara kerja Papa," ucap Regantara menarik sudut bibirnya.

Setelah mengakhiri zoom meeting dengan Wahyu, Regantara meminta Winda membawa salah satu dari pihak catering untuk masuk ke dalam ruangannya.

"Selamat siang," sapa lelaki bertubuh tambun, berkulit putih dan bermata sipit, berjalan menuju pintu.

"Selamat siang, silahkan duduk," pinta Regantara.

"Perkenalkan saya Gunawan dari perusahaan catering Sejahtera," ujar lelaki itu sambil tersenyum.

"Bapak Gunawan ...." Regantara meraih profil perusahaan catering Sejahtera. "Menurut profil perusahaan Anda, catering ini sudah berdiri sejak tahun 2015. Lebih banyak bekerjasama dengan wedding organizer, dan acara seminar beberapa perusahaan."

"Benar, Pak. Kami salah satu perusahaan catering yang cukup di kenal di kota Surabaya ini. Kalo untuk kualitas makanan Bapak jangan khawatir, semua di olah dari bahan berkualitas dan higienis."

"Kalo itu saya percaya." Regantara menarik satu sudut bibirnya. "Hanya saja, perusahaan ini kan meminta jumlah besar, untuk setiap harinya ada lebih dari 150 karyawan pabrik yang akan menikmati hidangan catering Anda yang jika nanti Anda terpilih. Anda siap? Karena ini bukan perkara acara satu hari atau dua hari tetapi setiap hari hingga Sabtu."

"Siap, Pak." Gunawan bersemangat.

"Tapi ...."

"Tapi apa, Pak?"

Regantara diam sejenak.

"Harga Anda masih terlalu mahal."

Gunawan tercekat. "Untuk kota Semarang, Saya rasa masih di harga standar, Pak. Bagaimana kalau Bapak coba dulu masakan yang kami masak."

Gunawan membuka dua paper box, satu paper box berisi daging giling berbentuk bulat dilumuri saos kental berwarna kecoklatan. Sementara satu paper box lagi berisi telur balado.

"Saya coba ya," ujar Regantara meraih sendok plastik yang disodorkan oleh Gunawan.

"Bagaimana, Pak?" Gunawan mencoba menguraika arti raut wajah Regantara.

"Enak ... enak," ujar Regantara sambil mengangguk angguk lalu kembali menyuapkan sedikit daging giling ke mulutnya. "Hanya saja ...."

"Gimana, Pak?" Gunawan mulai gelisah.

"Mengingat ini adalah kompetisi tender, maka ada dua calon dan salah satunya yang akan memenangkan tender ini. Jadi, masih ada satu perusahaan catering yang akan saya nilai." Regantara menutup paper box yang ada di hadapannya.

"Baik, Pak. Saya berharap mendengar kabar baik dari Bapak," ujar Gunawan mencoba menahan perasaan tak menentu di hatinya.

"Sekretaris saya akan menghubungi Anda," ucap Regantara.

"Baik .... Terimakasih, Pak Regan." Gunawan mengulurkan tangannya dan di sambut baik oleh Regantara.

Winda masuk membawakan beberapa berkas yang harus Regantara tandatangani sebelum meeting berlanjut setelah makan siang.

"Kompetitor selanjutnya, mana Win?" tanya Regantara.

"Belum dat—"

Ketukan di pintu membuat Regantara dan Winda menoleh ke arah asal suara.

"Selamat siang, maaf Saya terlambat ...."

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Taufik Hidayat
Akhirnya bertemu juga dengan jodohnya setelah sekian lama
goodnovel comment avatar
Aam Aminah
sepertinya disini awal pertemuan Regan dan Rubby
goodnovel comment avatar
Devi Pramita
eyak eyak yg bakal ketemu sama calon jodoh wkwkwk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status