Share

Mulai Ketahuan

Author: Cucu Suliani
last update Huling Na-update: 2024-05-31 18:41:10

Hari ini dokter mengatakan kalau Hana sudah boleh pulang, dia merasa lebih baik kalau tinggal di rumah sendiri, karena pasti akan lebih nyaman daripada tinggal di rumah sakit.

Walaupun memang kakinya belum bisa lancar dalam berjalan, dia bertekad akan berusaha untuk belajar berjalan kembali. Dia juga akan berusaha sabar dalam menghadapi kenyataan hidup, dia akan berusaha untuk bisa melihat walaupun tanpa mata.

"Yang sabar ya, Nyonya. Kami akan segera menghubungi kalau ada pendonor mata untuk Nyonya," ujar Dokter sebelum Hana pulang.

"Ya," ujar Hana.

Setelah itu, Hana dibawa pulang oleh Bara menuju rumah mewahnya, kediaman Aditama. Hana langsung diantarkan ke kamar utama, Bara bahkan membantu wanita itu untuk merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.

"Mas, katanya kita mau ke kuburan? Mau nyekar ke makam putri kita, kok aku malah diajak pulang?'

"Aku tahu kalau kamu pasti merindukan putri kita, tapi saat ini keadaan kamu sedang tidak baik-baik saja. Nanti kalau sudah benar-benar sehat, aku akan mengajak kamu ke sana. Oiya, Sayang. Ada yang ingin aku kenalkan," ujar Bara.

"Siapa?" tanya Hana.

"Aku menyewa perawat untuk kamu, namanya Hesti. Sekarang dia ada di sini," ujar Bara.

"Perawat? Untuk apa kamu menyewakan aku perawat?"

"Maaf, Sayang. Kamu itu kan' kesehatan matanya sedang terganggu, aku sengaja menyewa perawat agar bisa memantau keseharian kamu. Kamarnya juga ada di sebelah kamar kita, jadi kalau mau apa-apa kamu tinggal memanggil dia saja."

"Maksudnya, Mas menyewa perawat untuk membantu aku agar mudah dalam menjalani hari-hariku?"

"Ya, Sayang."

Bara menolehkan wajahnya ke arah Hesti, Hesti yang paham langsung mendekat ke arah Bara dan juga Hana. Dia langsung menepuk punggung tangan Hana dengan begitu lembut.

"Selamat siang, Nyonya. Saya, Hesti. Saya perawat yang Tuan tugaskan untuk menjadi mata anda," ujar Hesti.

Sebenarnya Hana merasa kurang suka saat suaminya menyewa perawat untuk dirinya, dia merasa menjadi wanita yang tidak berdaya. Padahal, dia masih ingat seluk beluk rumahnya, walaupun memang saat ini matanya tidak bisa melihat.

Namun, dia takut kalau suaminya akan tersinggung, kalau dia mengutarakan rasa tidak nyamannya itu.

"Ah, iya. Saya, Hana. Kalau saya perlu kamu, pasti saya akan memanggil kamu."

"Siap, Nyonya. Kalau begitu saya permisi," ujar Hesti.

Terdengar derap langkah kaki yang semakin menjauh, Hana juga mendengar pintu kamar mereka tertutup. Itu artinya Hesti sudah keluar dari dalam kamar utama.

"Mas, seharusnya kamu tidak perlu menyewa perawat untuk aku. Walaupun saat ini aku sedang tidak bisa melihat, tetapi aku tahu betul seluk-beluk rumahku."

"Maaf, Sayang. Aku hanya khawatir saja dengan kamu," ujar Bara.

"Aku paham, tapi apa tidak keterlaluan menempatkan dia di kamar sebelah? Bukankah itu kamar yang dulu kita siapkan untuk Hani?"

"Yang, aku sengaja menempatkan dia di sebelah kamar kita. Dengan seperti itu, kamu bisa dengan mudah memanggil Hesti kalau kamu butuh."

"Oke, aku paham," ujar Hana pada akhirnya. Dia tidak mau berdebat dengan suaminya.

"Kalau begitu aku mau ke kantor dulu, ada meeting penting soalnya."

"Pergilah, Mas."

"Oiya, Sayang. Aku terkadang kesulitan, karena ada saja klien yang tidak percaya kepadaku. Bagaimana kalau kamu buat surat kuasa? Jadi, kamu mempercayakan perusahaan kepadaku agar aku bisa dengan mudah menandatangani program kerjasama dengan para klien baru."

Hana terdiam sejenak, dia memang pemilik perusahaan Aditama. Bara hanyalah asisten pribadinya, tetapi pria itu bersikap sangat baik, begitu perhatian dan pengertian kepada dirinya.

Maka dari itu dia jatuh cinta kepada pria itu, pria yang sederhana tetapi mampu membuat dirinya selalu merasa bahagia saat bersama dengan pria itu.

"Boleh, Sayang. Cepatlah buat, biar aku bisa menandatanganinya."

"Tapi aku buru-buru, Sayang. Kamu tanda tangan aja dulu di atas materai, nanti aku tinggal ngetik surat kuasanya."

"Boleh," jawab Hana tanpa ragu.

Selama ini suaminya itu tidak pernah mengecewakan dirinya, dia sungguh percaya dengan pria itu. Pada akhirnya Hana menandatangani materai yang menempel di atas kertas kosong yang sudah disiapkan oleh Bara.

"Aku pergi bekerja dulu, jangan menunggu aku. Aku akan pulang saat malam tiba, Mas sayang kamu." Bara mengecup kening istrinya.

"Iya, Mas. Selamat bekerja, yang semangat kerjanya."

"Ya, Sayang. Kalau kamu butuh apa-apa, langsung panggil Hesti saja."

"Hem," ujar Hana.

Bara langsung pergi dari kediaman Aditama setelah berpamitan kepada istrinya, sedangkan Hana tidak langsung beristirahat. Wanita itu malah berusaha untuk berjalan, walaupun dengan begitu perlahan dan harus menumpukan tangannya ke tembok.

"Aku harus bisa berjalan dengan normal kembali, setidaknya aku masih bisa berjalan walaupun mata ini tidak berfungsi untuk saat ini."

Hana nampak menangis, tetapi sedikit pun semangatnya surut. Dia bertekad akan berusaha berjalan sampai dia bisa berjalan walaupun dengan tertatih, dia tidak ingin lemah.

"Lelah sekali, aku ingin istirahat."

Hana akhirnya merebahkan tubuhnya, dia nampak begitu kelelahan karena terlalu lama belajar berjalan. Wanita itu bahkan sampai melewatkan makan malamnya.

"Jam berapa ini?" tanya Hana ketika dia terbangun dari tidurnya.

Bukan tanpa sebab dia terbangun, tetapi dia terbangun karena dia mendengar suara mobil yang masuk ke kediaman Aditama.

"Sepertinya ini sudah sangat malam, pasti mas Bara pulang. Aku akan menunggunya," ujar Hana.

Hana turun dari tempat tidur dengan begitu perlahan, dia bahkan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi dengan sangat perlahan. Dia mencuci mukanya dan kembali berjalan untuk duduk di atas sofa.

Sebuah senyum menghiasi bibirnya, dia merasa bahagia karena walaupun dia tidak bisa melihat, tetapi dia masih bisa berjalan dengan begitu lancar tanpa harus memanggil sang perawat.

"Loh! Kok mas Bara tidak kunjung masuk ke dalam kamar? Padahal aku sudah cukup lama menunggu," ujar Hana.

Karena merasa begitu penasaran, Hana akhirnya memutuskan untuk keluar dari dalam kamarnya. Tentunya dia berjalan dengan meraba-raba tembok agar tidak jatuh.

Wanita itu berniat untuk pergi ke dapur, karena dia mengira kalau suaminya berada di sana. Dia mengira kalau suaminya kehausan, makanya ingin pergi ke dapur terlebih dahulu.

Namun, langkahnya terhenti ketika dia berada di depan kamar Hesti. Dia samar-samar mendengar obrolan antara Hesti dan juga Bara, dia sangat yakin jika itu adalah suara suaminya dan juga suara Hesti.

Hana menajamkan pendengarannya, tetapi sebisa mungkin dia bersembunyi agar tidak ketahuan oleh Bara dan juga Hesti.

"Mas, kenapa pulangnya lama?"

Hesti berbicara dengan begitu manja sekali, Hana sampai mengernyitkan dahinya. Dia bingung kenapa wanita itu memanggil suaminya dengan sebutan 'mas', seharusnya wanita itu memanggil Bara dengan sebutan tuan.

"Mas habis mengurusi surat pengalihan harta Hana atas nama aku, jadinya lama."

Terdengar suara Bara kali ini, Hana merasa tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh pria itu. Pantas saja pria itu tadi siang meminta tanda tangan dari dirinya, ternyata tanda tangan itu digunakan untuk mengalihkan harta miliknya kepada Bara.

"Uuh! Mas memang pintar, kalau begitu kita udah jadi orang kaya dong?"

"He'em, Sayang. Sebentar lagi kita tinggal membuang wanita buta itu, wanita itu juga sudah tidak berguna. Tapi, bagaimana caranya ya?"

"Nanti aku pikirkan, lagian wanita itu adalah wanita buta. Kita bisa mengatur pembunuhannya dengan baik, kita bisa mengatur seolah-olah dia kecelakaan. Padahal, nyatanya dia, kita bunuh."

Deg!

Jantung Hana berdebar dengan begitu kencang, dia tidak menyangka jika Bara dan juga Hesti bisa merencanakan hal sekeji itu. Jika sudah seperti itu, Hana yakin kalau Hesti bukanlah perawat, tapi kekasih gelap dari suaminya.

"Kamu benar, Sayang. Seperti dulu, kita akan merencanakan pembunuhan. Padahal, dulu saja aku sudah merencanakan hal ini dengan begitu matang. Tapi, kenapa bisa gagal?"

Hana memegangi dadanya yang tiba-tiba saja berdebar dengan begitu kencang, jika dulu kecelakaan yang terjadi adalah rencana dari Bara, itu artinya hubungan Bara dengan Hesti sudah sangat lama.

"Sabar, Sayang. Kita bisa merencanakannya kembali, tenang saja. Ada aku yang akan membantu," ujar Hesti.

"Ya, Sayang. Kamu benar,'' ujar Bara.

Ingin sekali Hana berteriak dan memaki Bara, tetapi bibirnya malah tertutup rapat. Semua kata-kata makian malah tercekat di tenggorokannya, Hana hanya bisa berdiri terpaku di depan pintu kamar itu.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Balasan Istri Buta    Aku pacarnya, cepat buka pintu.

    Selama satu minggu di Villa, Hana benar-benar menikmati harinya bersama dengan Bertrand dan juga Hani. Dia selalu bisa menyenangkan hati suaminya, dia juga selalu bisa menyenangkan hati Hani. Awalnya dia mengira jika Bertrand akan egois, suaminya akan meminta banyak waktu darinya hanya untuk berduaan saja dengan Bertrand. Karena pada kenyataannya mereka memang pasangan pengantin baru. Namun, justru Bertrand selalu ingin pergi ke manapun untuk menikmati hari bersama dengan Hani. Pria itu seolah mengerti keinginan dari Hana yang memang sudah sangat lama tidak bertemu dengan putri cantiknya. Bertrand selalu mendahulukan keinginan putri cantiknya, dia selalu memanjakan putri cantiknya karena pria itu berpikir jika dia memanjakan putrinya, maka Hana akan semakin mencintai dirinya. "Sudah satu minggu loh, mau nambah waktu atau mau pulang ke Jakarta aja?" Bertrand memeluk Hana yang kini sedang berada di depan jendela kamar yang terbuka, wanita itu sedang menikmati udara segar di sana.

  • Balasan Istri Buta    Penyatuan

    Saat mendapatkan pemeriksaan ternyata Hana dinyatakan baik-baik saja, hanya saja dia perlu beristirahat dan diberikan vitamin oleh dokter.Bertrand juga mendapatkan tindakan, wajah tampannya langsung diobati dan diolesi salep luka. Kini keduanya sudah terlihat baik-baik saja, keduanya sudah pulang ke Villa."Bagaimana keadaan kalian?" tanya Helma dengan cemas.Semalaman dia tidak bisa tidur pulas, karena terus saja memikirkan bagaimana nasib menantunya itu. Dia sangat tahu kalau Hana adalah wanita baik, dia begitu gelisah saat mengetahui Bara menculik menantunya itu."Kami baik, Mom. Mana Hani?" tanya Hana.Padahal dia yang sudah diculik, tetapi tetap saja dia mengkhawatirkan kondisi putri cantiknya. Helma menghela napas panjang lalu memeluk Hana."Hani baik, dia sama Bobby. Kita langsung pulang ke ibu kota saja, Mom khawatir akan terjadi hal yang tidak diinginkan lagi." Helma mengurai pelukannya, lalu dia mengusap puncak kepala Hana."Jangan khawatir, Mom. Bara sudah ditangkap polisi

  • Balasan Istri Buta    Pertolongan

    Hana menjerit-jerit karena ketakutan, dia takut akan dinodai oleh mantan suaminya. Karena wajah Bara terlihat diselimuti kabut hasrat, dia takut pria itu akan nekat dan melakukan hal yang di luar dugaannya.Pria itu pernah mencoba membunuh dirinya beberapa kali, sungguh Hana takut jika Bara akan memperkosa dirinya, setelah itu dia akan dibunuh dan dilempar ke jurang. Hani pasti tidak akan pernah lagi mendapatkan kasih sayang dari dirinya, walaupun pada kenyataannya Bertrand pasti memanjakan putri kecilnya itu. Namun, dia tidak mau mati konyol."Tolong jangan melakukan hal yang aneh, Mas!"Hana kembali berteriak ketika dia melihat Bara yang kini sudah berada di atas tubuhnya, pria itu menatap dirinya dengan tatapan lapar dengan tangannya yang terus saja mengurut miliknya. "Mana mungkin aku menyia-nyiakan kesempatan emas ini," ujar Bara yang nampak memosisikan miliknya agar sejajar dengan milik Hana.Jika saja dia memiliki kekuatan, Hana rasanya ingin menendang pria itu. Sayangnya, di

  • Balasan Istri Buta    Aku akan memberikan kenikmatan, Hana.

    Hana menggeliatkan tubuhnya, dia lalu berusaha untuk menggerakkan kedua tangannya tetapi tidak bisa. Dia juga berusaha untuk menggerakkan kedua kakinya tetapi tidak bisa. Hana merasakan kepalanya begitu berat, dia juga merasakan kalau matanya begitu sulit untuk terbuka. Namun, wanita itu berusaha untuk membuka matanya.Sinar matahari yang menerobos masuk lewat celah membuat dia silau. Namun, Hana berusaha untuk melawan silaunya cahaya dengan matanya yang memicing. "Ini di mana? Kenapa badan aku sakit semua? Kenapa juga kedua tangan dan kedua kakiku begitu sulit untuk digerakkan?"Hana merasakan tubuhnya begitu sakit, dia jadi berpikir apakah tadi malam dia sudah melakukannya atau belum bersama dengan Bertrand.Namun, jika dia sudah melakukannya dengan Bertrand, Kenapa dia tidak mengingatnya sama sekali. Wanita itu mencoba untuk mengedarkan pandangannya, tiba-tiba saja matanya melotot karena dia berada di tempat yang asing. "Di aman ini?" tanya Hana yang tiba-tiba saja merasa panik.

  • Balasan Istri Buta    Kamu harus merasakan apa yang aku rasakan di penjara, Hana.

    Beberapa hari yang lalu. Bara baru saja melakukan makan siangnya, pria itu berjalan sambil menunduk dan tak berani menatap orang-orang yang ada di sana. Setiap kali dia menatap mata orang yang ada di sana, dia pasti akan menjadi sasaran empuk untuk dipukuli. Wajah Bara yang tampan sudah berubah, banyak luka bekas pukulan. Bukan hanya di wajahnya, tapi juga di beberapa bagian tubuhnya. Ada juga luka sayatan di pipinya. Tubuhnya yang dulu begitu gagah, kini nampak kurus kering. Kalau Hana bertemu dengan pria itu, pasti Hana tidak akan mengenalinya. Bara benar-benar tersiksa berada di penjara, sayangnya dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia juga merasa tersiksa karena mengetahui Hesti yang sedang hamil, usia kandungan wanita itu sudah memasuki usia dua puluh empat minggu. Perut Hesti sudah menonjol, tetapi sayangnya wanita itu tak kunjung bisa keluar dari dalam penjara. Padahal, Hesti sudah melakukan berbagai cara. Dia sudah berpura-pura sakit, dia sudah melakukan hal agar bisa kelu

  • Balasan Istri Buta    Sekarang aja ya, Sayang?

    Bertrand terus aja berusaha untuk menggoda Hana, tentu saja rayuannya begitu manjur karena wajah Hana kini sudah memerah. Tubuh wanita itu bahkan sudah menegang, meremang dan merasakan panas dingin akibat sentuhan yang dilakukan oleh Bertrand terhadap dirinya.Berkali-kali Hana mencoba melepaskan diri dari pria itu, tetapi sayangnya jerat cinta pria itu benar-benar di luar dugaannya."Bear, tunggu sebentar. Jangan sekarang, aku mau mandi dulu. Aku bau banget loh, nanti kamu boleh melakukan apa pun setelah aku mandi."Hana merasa tidak pede jika harus melakukan malam pertamanya tanpa mandi terlebih dahulu. Karena takut kalau Bertrand tidak merasa nyaman."Sekarang aja, gak usah nanti." Bertrand malah mengecupi leher jenjang Hana."Bear! Please," ujar Hana memelas.Akhirnya Bertrand melepaskan kungkungannya, dia langsung bangun dan duduk di tepian tempat tidur."Untuk apa sih kamu mandi? Padahal kamu itu udah wangi banget," ujar Bertrand sambil menatap miliknya yang kini sudah berdiri d

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status