Share

Berbagi Rahim
Berbagi Rahim
Penulis: Haniputrii

Bab 1. Berbagi rahim

"Aku ingin kau berbagi rahim denganku!" pinta Shella tegas.

Tubuh Aletta sedikit terhuyung ke belakang, kain lap yang ada digenggamannya pun terjatuh. Selama 4 tahun terakhir ini hidup Aletta bergantung pada Nyonya Risma dan Shella. Namun, gadis malang itu bukan sekadar ongkang ongkang kaki saja di rumah mewah berlantai dua tersebut.

Setiap hari Aletta harus melakukan semua pekerjaan rumah dengan baik. Ya, tak jauh berbeda dengan pembantu, bekerja hanya dibayar makan dan tumpangan tidur.

"A ... ku tidak mau," tolak Aletta dengan rasa ketakutan.

Nyonya Risma seketika murka mendapat penolakan dari anak tirinya, ia menarik kasar rambut Aletta tanpa kasihan. Tak hanya itu saja, Nyonya Risma juga menampar keras pipi Aletta hingga meninggalkan bekas kemerahan pada wajahnya.

"Ampunnnn, Ma. Sakitttt," mohon Aletta dengan air mata yang mengalir deras.

Di usia Aletta yang sudah menginjak 21 tahun, tak pernah gadis itu merasakan kebahagian. Kehidupannya selalu bergulat dengan kesedihan dan penderitaan. Sejak kecil ia tak pernah merasakan kasih sayang sosok seorang ibu lantaran Ibunya meninggal tepat setelah ia dilahirkan.

Ayahnya menikah lagi dengan Nyonya Risma, saat Aletta berusia 16 tahun. Namun, takdir seolah sedang mempermainkan dirinya, Ayahnya meninggal 1 tahun setelah menikah, dan sekarang Aletta tinggal bersama Mama dan Kakak tirinya, di rumah Nyonya Risma.

"Harusnya kau itu bersyukur masih kami tampung di sini, jika tidak kau bisa menjadi gembel jalanan," seru Nyonya Risma penuh penekanan. Kembali Nyonya Risma melanjutkan perkataannya, "Harusnya sejak dulu aku membuangmu! Ayahmu mati hanya meninggalkan hutang padaku. Kau tahu itu, hah?!"

"Tapi aku mohon jangan memintaku berbagi rahim dengan Mbak Shella, Ma. Aku mau melakukan apapun asal jangan itu," ucap Aletta memelas.

"Apa kau bilang?" tanya Nyonya Risma yang semakin geram pada Anak tirinya. Namun, tiba-tiba ide jahat terlintas di benaknya, "Bagaimana jika aku menjadikan kau pelac*r saja."

"Tidak, Ma. Jangan!" sela Aletta cepat.

"Jadi maumu apa? Hah!" pekik Shella yang mulai tersulut emosi.

"Sudahlah, Ma, kita jadikan dia pelac*r saja! Jika dia tidak mau berbagi rahim denganku," ujar Shella menatap lekat manik hitam keabuan Mamanya

"Tidak, Shella. Keluarga Bayu sangat kaya dan jika kau berhasil melahirkan penerus untuknya, maka hidup kita akan kaya selamanya."

Tujuan Nyonya Risma menikahkan putrinya dengan keluarga Bayu Adhitama, tentu demi harta. Karena Bayu adalah anak tunggal dari pemilik Perusahaan Adhitama group. Perusahaan terbesar di Kota Jakarta, dan keluarga yang disegani banyak orang karena kepiawaiannya dalam dunia bisnis.

Kesempatan emas ini tak ingin disia-siakan oleh Nyonya Risma. Ia tahu jika Shella sudah di vonis mandul oleh Dokter. Namun, keluarga Bayu tidak mengerti akan rahasia besar itu.

"Pokoknya kita tetap harus memaksa Aletta agar mau berbagi rahim denganmu," ucap Nyonya Risma menyeringai. Di dalam benaknya ia mulai merancang hal-hal buruk untuk Aletta.

"Tolong jangan, Ma!" Untuk kesekian kalinya Aletta memohon seraya menyatukan telapak tangannya.

"Dasar wanita tidak tahu diri, harusnya kau itu membalas budi kepada kami yang sudah berbaik hati menampungmu," seru Shella menatap nyalang Aletta.

"Haruskah dengan cara seperti ini aku membalas budi terhadap kalian? Kita ini keluarga, Mbak," kata Aletta.

Nyonya Risma kembali mencengkram dagu Aletta hingga gadis itu mengeryit kesakitan.

"Jika menyangkut uang, maka tidak peduli hubungan keluarga atau bukan. Paham!!" desis Nyonya Risma menekan setiap katanya. Tak lama ia melepaskan tangannya, melihat Aletta yang kesulitan bernapas.

"Sebaiknya terima saja nasibmu yang buruk ini," cemooh Shella dengan gelak tawa merendahkan.

Aletta semakin ketakutan melihat seringai jahat dari wajah Nyonya Risma. Pikirannya mulai bergulat memikirkan cara untuk pergi dari rumah terkutuk itu. Ya, akan lebih baik jika ia pergi dan hidup sebatang kara di luar sana, daripada memiliki keluarga. Namun, tak memiliki kebahagiaan dan kebebasan.

"A ... ku akan pergi saja dari rumah ini, agar tidak menjadi beban kalian," ujar Aletta menutupi degup jantungnya yang tak beraturan.

"Permisi, assalamualaikum," pamit Aletta berbalik badan hendak menuju kamarnya, mengemasi pakaiannya di sana.

Namun tak disangka. Nyonya Risma dan Shella justru menghadang langkah Aletta.

"Enak saja mau pergi begitu saja. Kau harus membayar atas kebaikan kami sama kamu selama ini," seru Nyonya Risma dengan melipat kedua tangan di dada.

"Aku akan membayarnya nanti, Ma. Jika aku sudah mendapat pekerjaan," sahut Aletta.

"Aku tidak butuh uangmu, tapi ... rahimmu!" bantah Shella tegas.

"Ayo Shella, kita ikat dan kurung gadis ini sampai rencana kita berhasil!" perintah Nyonya Risma kepada anaknya.

"Tidak! Jangan lakukan itu padaku!" Aletta memberontak keras agar tangannya terlepas dari cengkraman Mama dan Kakak tirinya.

"Cepat Shella kamu ambil tali di dapur!"

"Siap, Ma." Shella bergegas berlari menuju dapur.

Sedangkan Nyonya Risma masih mencengkram kuat pergelangan tangan Aletta. Rupanya tenaga Nyonya Risma tak kuat menahan Aletta yang semakin brutal memberontak.

"Lepas!!!" Aletta mendorong tubuh Nyonya Risma, hingga wanita setengah baya itu jatuh terduduk.

Ada rasa tidak tega melihat Mamanya mengernyit kesakitan. Namun, Aletta enggan membantu karena harus segera kabur dari sana.

"Satpam!! Satpam!!" teriak Nyonya Risma memanggil satpam rumahnya.

Aletta urung melangkah keluar karena pasti akan berpapasan dengan satpam tersebut, dan berakhir tertangkap lagi. Ia berlari ke lantai atas untuk bersembunyi.

"Iya, Nyonya," seru seorang pria berkulit sawo matang dengan napas tersengal.

"Tutup semua akses rumah ini dan temukan keberadaan Aletta sekarang juga. Cepat!!" perintah tegas Nyonya Risma.

Meski satpam itu tidak paham dengan situasi yang ada, namun ia segera melakukan perintah sang majikan.

"Ada apa ini, Ma. Kemana Aletta?" Shella juga tampak bingung, saat kembali yang ia dapati hanya ada Mamanya terduduk di lantai.

"Aletta lari ke lantai atas, cepat bantu mama berdiri dan kita cari gadis sialan itu!" Tampak Nyonya Risma memegangi pinggangnya yang terasa sakit akibat terbentur lantai tadi.

"Memang dasar anak sial, awas jika bertemu nanti," geram Nyonya Risma mengepalkan kedua tangan.

Shella, Nyonya Risma serta satpam rumahnya itu pun mulai berpencar mencari keberadaan Aletta. Setiap sudut rumah itu mereka jelajahi satu per satu.

"Kalian cari setiap ruangan dan jangan ada yang terlewatkan!" titah Nyonya Risma dengan wajah datar.

Kemungkinan untuk Aletta bisa kabur sungguh kecil. Rumah mewah itu di kelilingi oleh tembok yang tinggi kokoh, tidak mungkin juga untuk Aletta kabur dengan memanjat tembok atau gerbang depan. Itu sungguh mustahil untuk ia lakukan.

"Semua ruangan sudah saya periksa dan tidak ada Non Aletta, Nyonya" ujar Pak Satpam memberitahu.

"Cuma kamar Mama yang belum di geledah," timpal Shella tiba-tiba.

"Ayo kita periksa!" ajak Nyonya Risma. Namun, tidak dengan Satpam itu, "Eh, Bahar, kamu tunggu saja di luar untuk jaga-jaga! Jangan ikutan masuk. Nanti barang-barang saya hilang lagi," celetuk Nyonya Risma dengan pandangan tak suka pada satpam tersebut.

'Ya Tuhan lindungi aku,' doa Aletta di hati, ia menekuk kedua lututnya dengan jantung berdebar-debar dan menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status