Share

Bab~02.

Author: dhitwriter
last update Last Updated: 2025-12-25 18:56:52

Setelah semalam tak pulang, akhirnya Arumi dapat kembali melihat Leonard. Leonard pulang dengan sempoyongan, bajunya tampak berantakan dengan rambut kusut.

"Mas, kamu abis dari mana sih?" Arumi menghampiri dengan penuh khawatir. "Berantakan banget."

Leonard menepis tangan Arumi yang hendak menyentuh keningnya, "Diam, Arumi! Aku capek, biarkan aku istirahat."

Arumi perlahan mundur, ia takut mengganggu Leonard. Tugasnya sekarang hanyalah menyiapkan makan untuk suaminya itu.

Tok.. tok...

Arumi berjalan ke depan saat mendengar pintu diketuk.

"Loh, Indah? Ada apa?" tanya Arum.

Di depan pintu Indah tersenyum, di tangannya tampak ia membawa sebuah mangkuk berisi sup ayam. "Arumi, aku masak banyak hari ini. Ini sup dari aku!"

Dengan senang hati Arumi menerimanya, "Wah makasih banyak ya, masih anget lagi.."

"Haha iya, soalnya belum lama juga matangnya. Arumi, bisa tolong sekalian di ganti wadahnya? Mau saya bawa pulang sekalian."

Arumi mengangguk-anggukkan kepalanya, ia kemudian buru-buru ke dapur untuk mengganti wadahnya.

"Loh? Mas, katanya tadi mau istirahat." Arumi menatap heran, Leonard yang tadi sempat bilang ingin istirahat sekarang malah mengobrol bersama Indah.

"Iya capeknya sudah hilang, Arumi." Leonard menatap Indah, kemudian tersenyum kecil. "Makasih ya sup ayamnya."

"Ini wadahnya, makasih ya." Arumi tampak sedikit kesal melihat perlakuan Leonard terhadap Indah.

"Sama-sama Arumi, lain kali kalo aku masak lagi kamu nggak keberatan kan kalau aku kasih? Buat kasih komentar soal rasa masakan aku."

"Iya aman aja kok, tapi memangnya harus aku?"

"Kan kamu yang paling dekat Arumi. Aku juga ada rencana mau buka warkop."

Arumi tersenyum kecil, ia menganggukkan kepalanya.

"Mas, kamu kelihatannya akrab banget deh sama Indah. Kamu kenal sejak awal ya?" Arumi kini memberanikan dirinya untuk bertanya.

Leonard menggeleng, "Nggak juga, kenapa sih Arumi? Kamu akhir-akhir ini sensi banget. Ramah sama tetangga apa salahnya sih?"

"Ramah sama tetangga nggak salah sama sekali Mas, asal tau batasannya." Arumi menarik napas panjang. "Mas kan laki-laki, jadi seharusnya tidak terlalu akrab sama Indah."

Leonard mematikan handphone seketika, kini pandangannya tajam terhadap Arumi. "Jadi, maksudnya aku nggak tau batasan sama Indah? Pikiran kamu itu aneh sekali Arumi, jangan berasumsi yang tidak-tidak."

"Mas ak-"

"Sudah!" seru Leonard, "jangan banyak bicara, siapkan bajuku."

"Baju? Mas mau keluar?"

"Ada meeting malam ini, aku pulang terlambat. Tidur aja duluan, jangan nunggu aku pulang."

*****

Rembulan malam bercahaya dengan terangnya, sunyi menguasai setiap sudut rumah. Arumi duduk di tepi ranjangnya, anaknya sudah tertidur pulas. Jam sudah menunjukkan pukul setengah dua, Leonard tak kunjung pulang. Bahkan tak ada kabar darinya.

Merasa bosan, Arumi mencoba untuk membuka akun F******k-nya. Tak sengaja ia menemukan akun F******k Indah, matanya membulat seketika. Rasa penasaran Arumi benar-benar besar, ia tak bisa menahannya.

"Hah? Indah punya suami? Bukannya kata Ika dia.. single mom?" Arumi mengerutkan keningnya saat melihat postingan Indah. Di sana tertera potret Indah dengan seorang laki-laki, namun wajah laki-lakinya tertutup oleh stiker.

Kali ini mata Arumi membulat sempurna, saat ia membuka postingan terbaru Indah. "Loh? Ini Indah sama suaminya?"

Arumi mencoba memperhatikan foto tersebut dengan seksama, penuh dengan teliti. Tampak Indah hanya menggunakan dress pendek, rambutnya terurai. Dengan seorang laki-laki berkemeja putih di sampingnya, dan pastinya wajahnya tertutup oleh stiker.

"Kenapa kemejanya kayak nggak asing ya?" monolog Arumi, ia mencoba untuk mengingat-ingat. "Mas Leonard? Kemeja ini sama persis.."

Arumi kembali memperhatikan foto tersebut, kali ini ia harus lebih teliti. Ia tak mau pikirannya merusak semua.

"Ah, mungkin perasaanku saja. Toh yang punya kemeja putih seperti itu banyak."

Arumi mencoba mengusir pikirannya, ia tak mau berpikir negatif tentang suaminya.

****

"Hah? Jam berapa ini?" Arumi terkejut bukan main.

Cahaya matahari menembus masuk ke dalam kamarnya, ia tertidur semalam. Arumi menoleh ke samping, lagi, Leonard belum pulang.

"Jam tujuh, tapi mas Leonard sama sekali nggak balas chat aku. Bahkan dia nggak aktif."

Arumi masih belum bisa tenang, pikirannya masih tertuju pada kemeja putih yang ia lihat semalam. Selintas ide muncul di kepalanya, Arumi begitu penasaran dengan rumah Indah.

"Aku harus pergi ke rumah Indah," gumam Arumi.

Arumi segera merapihkan rambutnya, ia akan segera pergi ke rumah Indah.

"Indah!!" seru Arumi, ia mengetuk pintu beberapa kali.

"Eh! Arumi?"

Arumi menatap tajam, ia memperhatikan setiap tampilan Indah. Tak ada yang salah, semua normal. Rumahnya juga rapi, dan sepi.

"Arumi? Kenapa? Kok kayaknya ada yang aneh," ucap Indah.

"Eh, aduh! Aku sampai lupa, kamu ada kegiatan apa hari ini?"

"Hari ini nggak ada sih, ada apa memangnya?"

"Aku minta bantuan, datang ke rumahku ya nanti. Bantu masak-masak, anakku ulang tahun. Aku nggak mungkin masak semua sendiri."

Indah mengangguk, "Oh itu, bisa kok! Aku datang, tapi sekarang aku bersih-bersih dulu ya."

"Iya Ndah, makasih ya."

Arumi merasa sedikit lega, karena ia tak menemukan yang mencurigakan dari Indah sejauh ini. Namun perasaannya masih tetap sama, gelisah, takut, semua menjadi satu.

"Arumi."

"Mas? Kamu kok sudah di depan rumah?" Arumi bertanya heran, baru saja ia pergi sebentar ke rumah Indah dan sekarang Leonard sudah berdiri di depan rumahnya.

"Kan aku udah pulang, kamu kenapa di rumah Indah?"

"Minta tolong buat bantuin aku masak. Mas semalam kenapa nggak balas chat aku sama sekali, malah nggak aktif. Memangnya ini meeting dengan siapa?"

"Semalam nggak ada jaringan tiba-tiba. Sudah jangan banyak tanya, cuci baju aku."

Kini rasa penasaran Arumi semakin meningkat. Mana mungkin tak ada jaringan? Memangnya meeting di dalam hutan belantara? Begitu pikirannya.

Arumi segera menyisihkan baju-baju kotor, tampak lebih banyak kali ini. Kemeja putih. Saat akan memasukkan ke dalam mesin cuci, tangannya terhenti. Ia kembali teringat foto semalam.

Arumi mencoba untuk mencium baunya, tak ada yang aneh sejauh ini. Parfum yang dipakai Leonard masih sama, tak ada aroma lain yang menempel di kemeja itu.

Baru saja Arumi hendak membuka kancingnya, ia melihat sebuah noda. Matanya membulat sempurna, ia mencoba memperhatikan lebih teliti.

"Lipstik? Ya, benar. Ini noda lipstik." Arumi menggeleng, tak ingin ia menerima fakta yang menyakitkan. "Atau jangan-jangan semalam mas Leo..."

Mulai sekarang Arumi akan lebih berhati-hati, terutama terhadap Indah. Laki-laki mana yang langsung akrab dengan tetangga barunya, terlebih itu seorang perempuan. Lalu, perempuan mana yang tak akan cemburu jika melihat suaminya akrab dengan wanita lainnya?

"Lihat saja mas, aku nggak akan tinggal diam kalau sampai kamu bermain api di belakangku!" seru Arumi, ia penuh tekad akan menyelidiki suaminya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bermain Api Dengan Tetangga    Bab~05.

    Dada Arumi terasa sesak, matanya panas hingga perih. Ia tak lagi mampu menahan air mata yang luruh begitu saja. Dunianya hancur hari ini, detik ini, pada waktu yang bahkan tak sempat ia siapkan. Semua yang selama ini ia pertahankan runtuh dalam satu kenyataan pahit yang menghantam tanpa ampun. Dua insan itu masih belum menyadari kehadiran Arumi. Mereka bercumbu mesra, seolah tak ada batas, seolah tak ada dosa yang sedang mereka lakukan. Tanpa memikirkan dengan siapa mereka berbuat, dan tanpa peduli akibat yang akan mereka tinggalkan. Tangan Arumi bergetar hebat. Ia menutup mulutnya dengan sekuat tenaga, menahan isak yang hampir lolos dari bibirnya. Tangan itu, yang dulu mengusap lembut air mata Arumi kini mengusap perempuan lain. Tawa itu, yang selama ini akrab di telinga Arumi kini menjadi milik orang lain. Semua itu seharusnya milik Arumi. Hanya miliknya. "MAS LEONARD!" Dengan langkah penuh amarah, Arumi maju sambil menggenggam segelas air di tangannya. Byurr! Air itu

  • Bermain Api Dengan Tetangga    Bab~04.

    Arumi buru-buru mencari kontak dengan nama "Tetangga" ia membuka semua pesan-pesannya.Dada Arumi bergemuruh, emosinya naik-turun. Napasnya tersengal-sengal, ia tak tahan lagi menahan ini semua. Pesan yang Arumi baca membuatnya tak bisa menahan tangis, ternyata dugaannya benar. Leo berselingkuh dengan Indah.Arumi buru-buru meletakkan handphone Leonard kembali, setelah itu ia kembali tidur. Tak mau ia ketahuan jika sedang membuka handphonenya."Arumi, bisa kamu masakan aku sup ayam?" Sapu lantai yang dipegang Arumi hampir lepas dari genggamannya, setelah sekian lama akhirnya Leonard kembali meminta menu makanan. "Eh, sup ayam?"Leonard mengangguk, "Iya sup ayam, tapi buatkan yang sama persis seperti masakan Indah ya."Hampir saja Arumi senang, kini ia kembali merasa kesal. "Memangnya harus banget Mas, kan beda orang beda rasa. Walau resepnya sama.""Makanya itu kamu belajar sama Indah, buat sup ayam yang enak!" seru Leonard.Arumi terdiam, ia sebenarnya ingin membantah suaminya itu s

  • Bermain Api Dengan Tetangga    Bab~04.

    Suara itu bak petir di siang bolong, jantung berdegup kencang, napasnya tersengal-sengal. Tangan Arumi bergetar hebat, ia memegang pipinya yang terasa panas. Tamparan itu, adalah tamparan pertama kalinya ia rasakan. Selama ini Leonard tak pernah bermain tangan dengannya, namun kali ini ia sepertinya sudah benar-benar emosi. Mata itu berkaca-kaca, perlahan bulir bening mengalir membasahi pipi Arumi. "Mas..." ucapnya bergetar. "Kamu keterlaluan Arumi, kesabaran ku sudah benar-benar habis. Akhir-akhir ini kamu buat aku emosi." "Di mana salahku, Mas?" "Di mana? Kamu seharusnya berpikir Arumi, kamu tadi mau buka handphone aku kan? Itu privasi, aku juga mau dihargai. Jangan asal-asalan." Leonard berkata dengan tegas. Arumi mencoba menenangkan dirinya, ia kembali menarik napasnya dalam-dalam. "Mas aku cuma mau pinjam sebentar, apa salahnya? Aku cuma mau minta hotspot." "Kenapa nggak bilang? Kenapa lancang banget, tiba-tiba mau buka handphone aku?" "Bukannya kamu yang selalu bilang Mas

  • Bermain Api Dengan Tetangga    Bab~03.

    Sama seperti yang telah direncanakan Arumi, kali ini ia sengaja meminta bantuan Indah untuk memasak di rumahnya. Sebenarnya Arumi bisa saja menyelesaikan semua masakan sendiri, sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun kali ini Arumi ingin lebih dekat dengan Indah, bukan untuk lebih akrab, tapi ingin membuka perlahan-lahan apa yang sebenarnya terjadi."Arumi, anak kamu lucu banget sih!" Indah berjongkok, ia mencubit pelan pipi Cella. "Dia gemas, mirip kayak kamu."Arumi terkekeh, "Hahah bisa saja, oh ya anak kamu mana? Kenapa nggak diajak ke sini?""Kay sama neneknya, dia lebih nyaman tinggal di sana. Jadi di rumah aku sendiri.""Oh kamu sendirian? Suamimu memangnya ke mana Ndah, kok aku nggak pernah lihat." Ini adalah kesempatan bagi Arumi, ia benar-benar penasaran dengan kehidupan Indah sebenarnya."Dia.. pergi merantau, suamiku jarang banget pulang. Dia mungkin pulang dua tahun sekali."Arumi manggut-manggut mendengar ucapan Indah, namun ia baru teringat kembali. Postingan Indah d

  • Bermain Api Dengan Tetangga    Bab~02.

    Setelah semalam tak pulang, akhirnya Arumi dapat kembali melihat Leonard. Leonard pulang dengan sempoyongan, bajunya tampak berantakan dengan rambut kusut. "Mas, kamu abis dari mana sih?" Arumi menghampiri dengan penuh khawatir. "Berantakan banget."Leonard menepis tangan Arumi yang hendak menyentuh keningnya, "Diam, Arumi! Aku capek, biarkan aku istirahat." Arumi perlahan mundur, ia takut mengganggu Leonard. Tugasnya sekarang hanyalah menyiapkan makan untuk suaminya itu. Tok.. tok... Arumi berjalan ke depan saat mendengar pintu diketuk. "Loh, Indah? Ada apa?" tanya Arum. Di depan pintu Indah tersenyum, di tangannya tampak ia membawa sebuah mangkuk berisi sup ayam. "Arumi, aku masak banyak hari ini. Ini sup dari aku!" Dengan senang hati Arumi menerimanya, "Wah makasih banyak ya, masih anget lagi.." "Haha iya, soalnya belum lama juga matangnya. Arumi, bisa tolong sekalian di ganti wadahnya? Mau saya bawa pulang sekalian." Arumi mengangguk-anggukkan kepalanya, ia kemudian buru

  • Bermain Api Dengan Tetangga    Bab~01.

    Aroma masakan perlahan memenuhi dapur, bercampur dengan uap hangat yang mengepul dari panci di atas kompor. Arumi bergerak cekatan, tangannya terampil mengolah bahan-bahan yang telah ia siapkan sejak tadi. Di luar, langit tampak kelabu, awan menggantung rendah seolah menahan hujan agar tak jatuh. Hari itu terasa lebih tenang dari biasanya, terlebih karena suaminya sedang tidak bekerja. Leonard memang memutuskan untuk tinggal di rumah. Tidak ada jadwal kantor, tidak pula panggilan mendadak. Hari itu, mereka sepakat menghabiskan waktu bersama, seperti pasangan rumah tangga pada umumnya. Arumi menjalani perannya, membereskan rumah sambil sesekali melirik jam dinding, memastikan semuanya berjalan seperti biasa. Ia melangkah ke ruang tengah, meletakkan segelas kopi hangat di atas meja. "Mas, hari ini ada rencana mau keluar nggak?" tanyanya pelan. Leonard menggeleng sambil menyandarkan punggungnya. "Nggak deh. Kayaknya mau di rumah aja." Arumi mengangguk kecil, lalu bertanya lagi,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status