Share

Asa 2

Penulis: Amih Lilis
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-02 07:50:27

*Happy Reading*

Nissa [Asalamualaikum, By.]

Abyan [Waalaikumsalam

Aku lagi sibuk. Jangan ganggu!!]

Nissa [Sibuk apa?

Kencan di Foodcourt, ya?]

Nissa melihat Abyan menoleh ke kanan dan kiri sejenak. Sebelum terpaku beberapa detik saat menemukan keberadaannya di luar jendela, tak jauh dari sana. Kemudian pria itu pun langsung menghela napas panjang di sana. Bukan menghela napas panjang sih, tepatnya. Tetapi mendengus malas.

Lalu, Abyan pun terlihat mengetik di ponselnya, dan ....

Tring!

Sebuah notifikasi chat langsung muncul di ponsel Nissa.

Abyan [Tenang aja, dia cuma pacar aku!!]

Selalu! Itu terus yang Abyan katakan, tiap kali Nissa memergokinya kencan dengan seorang perempuan. Atau, saat Nissa melaporkan labrakan wanita-wanitanya.

Nissa bahkan sudah tidak bisa menghitung lagi, berapa banyak luka yang ada di hatinya, akibat ulah Abyan.

Tring!

Belum sempat Nissa membalas lagi. Sebuah chat dari Abyan kembali dia dapatkan.

Abyan [Awas kamu kalo coba-coba bikin drama di sini!! Lebih baik kamu Pulang, sana!!]

Kemudian, luka hati Nissa pun kembali bertambah untuk kesekian kalinya, dengan keacuhan Abyan padanya.

Padahal, tak sampai dua bulan lagi. Mereka akan menikah. Tetapi .... sepertinya Abyan benar-benar tidak bisa berubah sama sekali. Bahkan, semakin menjadi tiap harinya. Membuat Nissa makin ragu pada harapannya untuk bisa mengubah Abyan kelak.

Sayangnya, sesakit dan seragu apapun Nissa pada pernikahan ini. Nissa tetap tidak bisa melawan. Ataupun membatalkannya. Karena, kesehatan ayahnya akan terpengaruh dengan keputusannya nanti.

Karena itulah, kembali menelan luka di hatinya. Nissa menghela napas berat satu kali lagi. Guna meredakan sesak di dadanya yang kian menghimpitnya.

Setelahnya, Nissa pun beranjak pergi dari tempat di mana dia kembali menciduk sang calon suami yang lagi, lagi, dan lagi selingkuh.

Namun kali ini, sudah tidak ada Air mata pada Nissa. Karena mungkin Nissa sudah mulai kebal akan sikap Abyan padanya. Atau, mungkin malah air matanya yang sudah kering.

Entahlah yang mana yang lebih tepat. Yang jelas, untuk saat ini Nissa hanya bisa menahannya, dan ... memaafkan Abyan. Lagi.

******

"Assalamualaikum, Nissa pulang," seru Nissa dengan riang, sesampainya di Apartemennya.

Ah ralat, bukan Apartmennya, tapi lebih tepatnya Apartement sahabatnya, Naira. Sejak lulus kuliah dan mulai bekerja, Naira memang sudah keluar dari rumah orang tua tirinya, dan memilih hidup mandiri. Sambil menampung Nissa.

Kenapa menampung? Ya ... karena Nissa tinggal di Apartement ini tanpa harus bayar sama sekali. Bahkan, dibebaskan dari segala biaya yang ada. Pokoknya semua ditanggung Naira.

Baik hati sekali ya, Naira? Memang! Nissa tidak akan memungkiri itu. Karena kenyataannya, sahabatnya itu memang seperti malaikat untuk Nissa.

"Waalaikumsalam. Loh, Nisa? Kok, lo udah pulang?" Naira menjawab salam Nissa, seraya muncul sambil menenteng sepatu kets kesayangannya. Sepertinya Naira mau pergi main ke luar.

"Iya, gue gak jadi nyari barang. Lagi males," jawab Nissa, berbohong. Sambil menghempaskan tubuhnya disamping Naira.

Ya! Tadi Nissa memang berpamitan pada Naira akan ke Mall, untuk membeli barang perlengkapan pernikahannya. Tetapi, siapa sangka? Sampai di sana, Nissa malah dapet jackpot. Memergoki calon suaminya selingkuh lagi, untuk kesekian kalinya.

Akan tetapi, walau begitu Nissa tidak punya keinginan sedikit pun untuk bercerita pada Naira. Karena Nissa tahu. Bahwa Naira sendiri juga punya masalah pelik yang selalu membuatnya pusing.

Apalagi kalau bukan rongrongan ibu dan adik tirinya, yang masih tak mau menerima kenyataan status Naira yang sebenarnya.

"Lo sendiri tumben udah rapih. Mau kemana lo?" tanya Nissa. Sengaja mengalihkan topik. Sambil memindai tampilan Naira yang sangat ... cantik.

Pantas dua bule London itu klepek-klepek. Naira emang terlalu sayang sih, kalah di lewatkan. Batin Nissa berbisik

"Mau jalan gue," jawab Naira sambil memakai sepatu kesayangannya.

Nah, kan? Bener dugaan Nissa.

"Kemana?" tanya Nissa lagi.

"Gak tau. Raid sih, yang ngajakin tadi."

Degh!

Seketika, Nissa pun menyesal telah bertanya pada Naira. Karena, diakui atau tidak. Jawaban Naira tadi membuat sudut hatinya tiba-tiba kembali merepih sakit.

Kali ini bukan karena kekecewaan. Melainkan karena kecemburuan. Kecemburuan yang sering hadir dengan kurang ajarnya.

"Eh, atau ... gimana kalo kita jalan bertiga aja? Mayan kan, buat ngilangin suntuk di weekend gini. Sekalian ngerjain Raid. Gimana? Udah lama nih, gak ngerjain tuh bule," usul Naira riang. Karena menyadari perubahan mimik wajah Nissa tadi.

"Gila lo!! Ya gak bisa, lah! Yang di ajak kan, elo. Ngapa jadi ngajak gue juga? Sengaja ya, lo? mau bikin gue kaya nyamuk, nanti di sono?" tolak Nissa. Seraya sedikit berkelakar. Berusaha sekuat mungkin menyembunyikan luka hatinya.

"Ck, kaya sama siapa aja dah lo, Nis? Lo kan tau hubungan kami kaya gimana? Dia gak suka sama gue Nissa. Gak percayaan banget sih, jadi orang." Naira berdecak kesal. Sekaligus memberi bantahan keras.

"Dia yang gak suka sama lo? Atau lo gak suka sama dia?" Pancing Nissa.

"22-nya. Lo tau kan hati gue udah dimiliki siapa?"

"Gak tahu gue."

"Iihhh elo mah," cebik Naira. Membuat Nissa langsung tergelak renyah.

"Ya, lagi, gue tuh gemes tahu sama lo! Udah tahu yang di sono udah gak bisa diraih. Masih aja ngarepin. Giliran ada yang tulus di depan mata. Malah lo cuekin. Kejam, tau gak sih, elo tuh! Bae-bae kena karma lo!" ucap Nissa dengan enteng, yang langsung membuat Naira cemberut sambil mengedikan bahu acuh.

"Namanya juga hati, Niss. Mana bisa gue atur-atur. Apalagi gue paksa. Kalo hati ibarat ponsel. Udah dari kapan tahu kali, gue instal ulang. Terus gue ganti sama yang lain. Lo pikir hidup kaya gini tuh enak? Repot tau!" balas Naira kemudian. Membuat Nissa akhirnya hanya bisa tersenyum miris melihat Naira.

Karena Nissa paham betul apa yang Naira rasakan saat ini. Juga, sebenarnya itu pula yang Nissa rasakan saat ini terhadap Raid.

Ya!! Kadang takdir memang selucu ini. Kita cintanya sama siapa? Tetapi yang kita cintai malah mencintai orang lain. Parahnya, orang lain itu juga mencintai orang lain lagi. Membuat kisah percintaan Naira dan Nissa bagai rantai makanan di ilmu biologi.

Atau, bagaimana kalo kita sebut saja ini rantai cinta? Soalnya, tautannya mirip banget seperti rantai makanan?Gimana? Setuju, kan?

Walaupun begitu. Nissa tetap berdoa, kok. Semoga suatu hari Naira bisa menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya.

Entah itu dengan Raid, atau dengan si orang asing-- yang namanya tidak boleh Nissa sebut-- pokoknya siapapun itu. asal Naira bahagia. Nissa juga akan ikut bahagia.

Sementara untuk dirinya sendiri. Nissa tidak berani berharap lebih. Karena jujur saja, Nissa sudah hilang harapan pada Abyan. Yang sepertinya tak akan pernah bisa berubah lagi.

Miris, ya?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Puput Assyfa
miris bgt hidup km nissa, gk jauh beda sm naira tp ikuti takdir dan rencana Tuhan aja karena kebahagiaan itu pasti ada.
goodnovel comment avatar
Kiki Sulandari
Situasi yg simalakama untuk Nissa...
goodnovel comment avatar
Sindy Septi
siapa orang asing yg gak boleh disebut sama nissa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Bertahan Dalam Asa Hampa   Asa 139

    Suara sirene ambulans memecah keheningan malam, membawa Nissa yang tak sadarkan diri menuju rumah sakit terdekat. Raid mengikuti dari belakang dengan perasaan kalut, bayangan Nissa yang terbaring berlumuran darah terus menghantuinya.Di ruang tunggu rumah sakit, Raid mondar-mandir dengan gelisah. Setiap detik terasa seperti siksaan, menunggu kabar dari tim medis yang tengah berjuang menyelamatkan istrinya. Pikirannya dipenuhi penyesalan; andai saja ia tidak asal tarik tadi, mungkin semua ini tak akan terjadi.Faktanya yang terjadi hanyalah kesalahpahaman semata. Raid yang tadi sedang menunggu Nissa di ruang vvip, tiba-tiba matanya ditutup sebuah tangan yang lembut. Raid kira itu Nissa, makanya dia main tarik saja tangan itu hingga jatuh dalam pangkuan. Raid pun syok saat akhirnya tau tangan tadi ternyata milik Nichole, bukan istrinya.Sialnya, Nissa malah datang di saat tidak tepat. Raid yang masih syok pun butuh beberapa detik menyadari kesalahpahaman itu hingga akhirnya gegas mengej

  • Bertahan Dalam Asa Hampa   Asa 138

    "Sayang, hari ini Abang ada urusan di knightsbridge. Kamu mau ikut nggak?""Di mana itu, Bang? Jauh nggak dari sini?""Knightsbridge terletak di jantung kota London yang modis, menggabungkan jalur Hyde Park yang dilalui kuda, kedutaan besar Belgravia, museum Kensington, dan kediaman seniman Chelsea. Saat ini, lingkungan itu dipenuhi dengan berbagai toko, restoran, townhouse bersejarah kelas dunia, dan merupakan rumah bagi dua properti Jumeirah . Di sana, kita juga bisa melihat sejarah Knightsbridge dan bagaimana ia bisa mempertahankan reputasi yang dimilikinya saat ini." Raid menjelaskan dengan sabar dan panjang lebar. "Nggak tahu ah, Bang. Nggak ngerti juga. Udahlah, Abang aja yang pergi. Nissa lagi mager," sahut Nissa kemudian dengan malas. Raid mengerutkan keningnya bingung. Beberapa hari ini entah kenapa Nissa memang berubah jadi pemalas. Tak seperti biasanya yang selalu antusias jika di ajak ke tempat baru. Apa mungkin Nissa sudah bosan tinggal di sini? Akan tetapi, mereka baru

  • Bertahan Dalam Asa Hampa   Asa 137

    Sebenarnya enggan sekali untuk Nissa menerima tawaran Naira pergi ke London. Bukan hanya karena dia tidak suka naik pesawat, tapi juga karena malas ketemu Nichole. Gimana ya, jelasinnya? Semua orang memang bilang Nichole itu sudah berubah. Tetapi sebagai sesama wanita, jelas Nissa tahu dan bisa merasakan kalau sebenarnya Nichole itu belum menyerah tentang perasaannya pada Raid. Wanita itu masih mendamba Raid meski tidak terang-terangan seperti dulu. Di depan Naira dan suaminya, Nichole memang akan bersikap biasa saja dan seolah acuh pada keberadaan Raid. Tetapi Nissa tahu betul, kadang dia masih mencuri pandang pada Raid, dan mencoba mendekati pria-nya dengan gaya halus.Ah, pokoknya Nissa tidak suka sama Nichole!"Sayang, kita nggak akan lama, kok. Hanya mengantarkan Naira saja ke rumah mertuanya.""Abis itu langsung pulang, ya?""Uhm ... tinggal dulu beberapa hari, ya? Soalnya Abang juga ingin menengok Damien dan juga harus mengecek usaha Abang yang ada di sini. Kita juga bisa sek

  • Bertahan Dalam Asa Hampa   Asa 136

    Raid mengulas senyum manis sambil menatap Nissa yang terlelap paska percintaan panas mereka. Panas dan menegangkan seperti permintaan wanita itu. Sungguh, Raid selalu dibuat kagum setiap kali bercinta dengan Nissa. Wanita itu banyak kejutan. Gadis alim itu sudah tidak ada. Wanita polos, cengeng, dan menyusahkan itu sudah sirna. Berubah menjadi wanita dewasa yang mengagumkan.Ia adalah Anissa fatih Zhakia. Wanita lemah yang awalnya tak pernah Raid inginkan dan terus ia hindari. Merepotkan! Beban! Titel itu sering Raid sematkan pada Nissa. Apalagi jika Nissa sudah mulai menunjukan sifat cengengnya. Rasanya ingin Raid cekik saja lehernya agar berhenti menangis selamanya. Namun, siapa sangka? Gadis yang awalnya tak pernah Raid inginkan ini justru mampu mencuri hatinya. Membuat seorang Raid bertekuk lutut hingga rela menyerahkan seluruh hidupnya hanya untuk seorang Nissa yang cengeng. Terlebih setelah berhasil memiliki Nissa seutuhnya, Raid dibuat tergila-gila. Jatuh cinta setiap hari da

  • Bertahan Dalam Asa Hampa   Asa 135

    Setelah urusan ngisi perut kelar, maka waktunya ... tidur. Eh, ya enggak, dong! Itu mah kaum rebahan yang makin menggemoy kayak Amih. Kalau Nissa sama Raid mah, abis makan mereka belanja. Soalnya, inget kan, kalau mereka perginya tadi dadakan dan tanpa tujuan. Jadi ya mereka nggak ada persiapan apa pun sebelumnya. Bahkan baju saja, mereka hanya bawa beberapa lembar. Raid membawa Nissa ke salah satu pusat pembelanjaan yang ada di sana. Membeli keperluan yang dibutuhkan sekaligus jalan-jalan cuci mata. Ya, anggap aja ng'date setelah nikah."Abang, cukup! Ngapain sih beli sebanyak ini? Abang mau buka toko atau gimana?" tegur Nissa saat melihat Raid memasukan banyak sekali barang. Bukan barangnya yang membuat Nissa keberatan, tapi jumlahnya. Masalahnya, Raid beli satu jenis barang dalam jumlah besar. Padahal, mereka di sana hanya akan liburan, bukan menetap. Tetapi Raid belanja seolah mereka akan lama saja. "Nggak papa, sayang. Abang sanggup kok bayarnya.""Ck, ini bukan masalah sanggu

  • Bertahan Dalam Asa Hampa   Asa 134

    Brak!Nissa terkesiap kaget saat tiba-tiba saja Nita menggebrak meja. Wajahnya merah padam menatap Raid. Pasti dia sangat marah sekali saat ini. Tentu saja, ucapan Raid barusan memang terlalu kejam. Bahkan Nissa yang mendengarnya saja merasa sakit hati barusan. Ah, suaminya ini kalau sudah mode julid memang tak kaleng-kaleng. Akibat ulah Nita barusan. Kini, mereka jadi pusat perhatian di tempat makan tersebut. "Kurang ajar!" sentaknya keras. "Berani sekali kamu menghinaku seperti itu. Apa kamu tidak tahu siapa aku?!""Tahu, kok. Kamu sampah, kan?" Raid tak gentar sama sekali. Berucap santai sambil sebelah tangannya mengusap lembut punggung Nissa demi menenangkan kekagetan yang sempat dirasakan. "Diam!""Ah, atau kau lebih suka ku panggil jalang?""Kurang ajar!"Grep!"Akh!"Nita yang murka pun berniat melayangkan tangannya. Namun, dengan cepat Raid tahan dan gantian mencekal tangannya hingga wanita itu meringis kesakitan. "Bang?" Tahu keadaan sudah tak kondusif. Nissa pun mencoba

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status