Share

Asa 2

*Happy Reading*

Nissa [Asalamualaikum, By.]

Abyan [Waalaikumsalam

Aku lagi sibuk. Jangan ganggu!!]

Nissa [Sibuk apa?

Kencan di Foodcourt, ya?]

Nissa melihat Abyan menoleh ke kanan dan kiri sejenak. Sebelum terpaku beberapa detik saat menemukan keberadaannya di luar jendela, tak jauh dari sana. Kemudian pria itu pun langsung menghela napas panjang di sana. Bukan menghela napas panjang sih, tepatnya. Tetapi mendengus malas.

Lalu, Abyan pun terlihat mengetik di ponselnya, dan ....

Tring!

Sebuah notifikasi chat langsung muncul di ponsel Nissa.

Abyan [Tenang aja, dia cuma pacar aku!!]

Selalu! Itu terus yang Abyan katakan, tiap kali Nissa memergokinya kencan dengan seorang perempuan. Atau, saat Nissa melaporkan labrakan wanita-wanitanya.

Nissa bahkan sudah tidak bisa menghitung lagi, berapa banyak luka yang ada di hatinya, akibat ulah Abyan.

Tring!

Belum sempat Nissa membalas lagi. Sebuah chat dari Abyan kembali dia dapatkan.

Abyan [Awas kamu kalo coba-coba bikin drama di sini!! Lebih baik kamu Pulang, sana!!]

Kemudian, luka hati Nissa pun kembali bertambah untuk kesekian kalinya, dengan keacuhan Abyan padanya.

Padahal, tak sampai dua bulan lagi. Mereka akan menikah. Tetapi .... sepertinya Abyan benar-benar tidak bisa berubah sama sekali. Bahkan, semakin menjadi tiap harinya. Membuat Nissa makin ragu pada harapannya untuk bisa mengubah Abyan kelak.

Sayangnya, sesakit dan seragu apapun Nissa pada pernikahan ini. Nissa tetap tidak bisa melawan. Ataupun membatalkannya. Karena, kesehatan ayahnya akan terpengaruh dengan keputusannya nanti.

Karena itulah, kembali menelan luka di hatinya. Nissa menghela napas berat satu kali lagi. Guna meredakan sesak di dadanya yang kian menghimpitnya.

Setelahnya, Nissa pun beranjak pergi dari tempat di mana dia kembali menciduk sang calon suami yang lagi, lagi, dan lagi selingkuh.

Namun kali ini, sudah tidak ada Air mata pada Nissa. Karena mungkin Nissa sudah mulai kebal akan sikap Abyan padanya. Atau, mungkin malah air matanya yang sudah kering.

Entahlah yang mana yang lebih tepat. Yang jelas, untuk saat ini Nissa hanya bisa menahannya, dan ... memaafkan Abyan. Lagi.

******

"Assalamualaikum, Nissa pulang," seru Nissa dengan riang, sesampainya di Apartemennya.

Ah ralat, bukan Apartmennya, tapi lebih tepatnya Apartement sahabatnya, Naira. Sejak lulus kuliah dan mulai bekerja, Naira memang sudah keluar dari rumah orang tua tirinya, dan memilih hidup mandiri. Sambil menampung Nissa.

Kenapa menampung? Ya ... karena Nissa tinggal di Apartement ini tanpa harus bayar sama sekali. Bahkan, dibebaskan dari segala biaya yang ada. Pokoknya semua ditanggung Naira.

Baik hati sekali ya, Naira? Memang! Nissa tidak akan memungkiri itu. Karena kenyataannya, sahabatnya itu memang seperti malaikat untuk Nissa.

"Waalaikumsalam. Loh, Nisa? Kok, lo udah pulang?" Naira menjawab salam Nissa, seraya muncul sambil menenteng sepatu kets kesayangannya. Sepertinya Naira mau pergi main ke luar.

"Iya, gue gak jadi nyari barang. Lagi males," jawab Nissa, berbohong. Sambil menghempaskan tubuhnya disamping Naira.

Ya! Tadi Nissa memang berpamitan pada Naira akan ke Mall, untuk membeli barang perlengkapan pernikahannya. Tetapi, siapa sangka? Sampai di sana, Nissa malah dapet jackpot. Memergoki calon suaminya selingkuh lagi, untuk kesekian kalinya.

Akan tetapi, walau begitu Nissa tidak punya keinginan sedikit pun untuk bercerita pada Naira. Karena Nissa tahu. Bahwa Naira sendiri juga punya masalah pelik yang selalu membuatnya pusing.

Apalagi kalau bukan rongrongan ibu dan adik tirinya, yang masih tak mau menerima kenyataan status Naira yang sebenarnya.

"Lo sendiri tumben udah rapih. Mau kemana lo?" tanya Nissa. Sengaja mengalihkan topik. Sambil memindai tampilan Naira yang sangat ... cantik.

Pantas dua bule London itu klepek-klepek. Naira emang terlalu sayang sih, kalah di lewatkan. Batin Nissa berbisik

"Mau jalan gue," jawab Naira sambil memakai sepatu kesayangannya.

Nah, kan? Bener dugaan Nissa.

"Kemana?" tanya Nissa lagi.

"Gak tau. Raid sih, yang ngajakin tadi."

Degh!

Seketika, Nissa pun menyesal telah bertanya pada Naira. Karena, diakui atau tidak. Jawaban Naira tadi membuat sudut hatinya tiba-tiba kembali merepih sakit.

Kali ini bukan karena kekecewaan. Melainkan karena kecemburuan. Kecemburuan yang sering hadir dengan kurang ajarnya.

"Eh, atau ... gimana kalo kita jalan bertiga aja? Mayan kan, buat ngilangin suntuk di weekend gini. Sekalian ngerjain Raid. Gimana? Udah lama nih, gak ngerjain tuh bule," usul Naira riang. Karena menyadari perubahan mimik wajah Nissa tadi.

"Gila lo!! Ya gak bisa, lah! Yang di ajak kan, elo. Ngapa jadi ngajak gue juga? Sengaja ya, lo? mau bikin gue kaya nyamuk, nanti di sono?" tolak Nissa. Seraya sedikit berkelakar. Berusaha sekuat mungkin menyembunyikan luka hatinya.

"Ck, kaya sama siapa aja dah lo, Nis? Lo kan tau hubungan kami kaya gimana? Dia gak suka sama gue Nissa. Gak percayaan banget sih, jadi orang." Naira berdecak kesal. Sekaligus memberi bantahan keras.

"Dia yang gak suka sama lo? Atau lo gak suka sama dia?" Pancing Nissa.

"22-nya. Lo tau kan hati gue udah dimiliki siapa?"

"Gak tahu gue."

"Iihhh elo mah," cebik Naira. Membuat Nissa langsung tergelak renyah.

"Ya, lagi, gue tuh gemes tahu sama lo! Udah tahu yang di sono udah gak bisa diraih. Masih aja ngarepin. Giliran ada yang tulus di depan mata. Malah lo cuekin. Kejam, tau gak sih, elo tuh! Bae-bae kena karma lo!" ucap Nissa dengan enteng, yang langsung membuat Naira cemberut sambil mengedikan bahu acuh.

"Namanya juga hati, Niss. Mana bisa gue atur-atur. Apalagi gue paksa. Kalo hati ibarat ponsel. Udah dari kapan tahu kali, gue instal ulang. Terus gue ganti sama yang lain. Lo pikir hidup kaya gini tuh enak? Repot tau!" balas Naira kemudian. Membuat Nissa akhirnya hanya bisa tersenyum miris melihat Naira.

Karena Nissa paham betul apa yang Naira rasakan saat ini. Juga, sebenarnya itu pula yang Nissa rasakan saat ini terhadap Raid.

Ya!! Kadang takdir memang selucu ini. Kita cintanya sama siapa? Tetapi yang kita cintai malah mencintai orang lain. Parahnya, orang lain itu juga mencintai orang lain lagi. Membuat kisah percintaan Naira dan Nissa bagai rantai makanan di ilmu biologi.

Atau, bagaimana kalo kita sebut saja ini rantai cinta? Soalnya, tautannya mirip banget seperti rantai makanan?Gimana? Setuju, kan?

Walaupun begitu. Nissa tetap berdoa, kok. Semoga suatu hari Naira bisa menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya.

Entah itu dengan Raid, atau dengan si orang asing-- yang namanya tidak boleh Nissa sebut-- pokoknya siapapun itu. asal Naira bahagia. Nissa juga akan ikut bahagia.

Sementara untuk dirinya sendiri. Nissa tidak berani berharap lebih. Karena jujur saja, Nissa sudah hilang harapan pada Abyan. Yang sepertinya tak akan pernah bisa berubah lagi.

Miris, ya?

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Puput Assyfa
miris bgt hidup km nissa, gk jauh beda sm naira tp ikuti takdir dan rencana Tuhan aja karena kebahagiaan itu pasti ada.
goodnovel comment avatar
Kiki Sulandari
Situasi yg simalakama untuk Nissa...
goodnovel comment avatar
Sindy Septi
siapa orang asing yg gak boleh disebut sama nissa
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status