Pagi menyapa ..."Mumpung Ibu lagi ke tukang sayur, aku mau tanya-tanya sama Bi Sumi!" gumam Ardhan yang sejak tadi memperhatikan Atikah, dia menunggu waktu yang tepat mendekati Bi Sumi.Kebetulan sekarang Bi Sumi sedang anteng di depan mesin cuci."Ssst ... Bi ..." panggil Ardhan hati-hati, takut tiba-tiba Atikah datang."Ada apa Mas?" "Sini, saya mau ngomong." Bi Sumi menghampiri Ardhan yang memanggilnya."Ada apa?""Saya mau nanya sesuatu Bi, mungkin Bi Sumi tahu sesuatu.""Bibi tahu gak soal perempuan bernama Rahayu?"'Waduuuh ... buat apa Mas Ardhan nanya-nanya soal Rahayu?' Bi Sumi bingung harus menjawab apa."Biii ... Bibi tahu gak, kok gak jawab sih?" tanya Ardhan lagi."Hmmm ... gimana yah ngomongnya, Bibi bingung, Mas," Bu Sumi terlihat gusar, dia sudah berjanji pada Atikah tidak menceritakan soal Rahayu pada siapapun."Bingung kenapa, tinggal bilang kenal gak sama yang namanya Rahayu?"'Gimana ini, kok aku jadi pusing, gak dijawab salah, dijawab juga makin salah! Kalau ke
Dengan janji-janji manis dan kata-kata indah serta perhatian yang hangat dari Revan, Jelita takluk oleh semua pesona Revan.Cintanya yang dulu sempat kandas, kini bersemi kembali, dia rela menjalani hubungan terselubung dengan Revan, dia tidak memikirkan lagi dampak dari hubungan terlarangnya dengan Revan, memang sedikit gila kelihatannya, tapi Jelita seolah menikmati dua peran yang bertolak belakang itu.Yang satu dia mencoba menjadi istri yang baik buat Arman dan satu lagi menjadi kekasih gelapnya Revan tanpa diketahui siapapun.Dia sepertinya bahagia bisa dicintai dua orang laki-laki sekaligus tanpa memikirkan bagaimana bila suatu hari nanti hubungan gelapnya akan diketahui seseorang.Terkadang bila libur, Jelita main ke apartemen Revan, memasakkan untuknya makan siang ataupun sekedar bercengkrama, bercanda tawa dengan orang yang dicintai sejak remaja itu, seolah kini dia sedang mengganti waktunya yang dulu sempat hilang bersama Revan, kini dia nikmati kebersamaannya dengan penuh
"Foto?" tanya Rima, berpura-pura tak mengerti pertanyaan Arman."Iya Foto Jelita berdua dengan seorang lelaki, Hmmm ... sepertinya itu foto Jelita udah lama, Ma ... Di Foto itu Jelita masih kelihatan sangat belia, aku yakin kalau laki-laki di foto itu pasti orang yang sangat istimewa buat Jelita, apa Mama mengetahui soal ini?" tanya Arman menatap sang mertua berharap mertuanya itu mengetahui sesuatu tentang identitas laki-laki dalam foto itu.'Apa yang harus aku katakan, aku saja baru tahu soal foto itu setelah sekian tahun, baiklah aku akan katakan apa yang aku tahu saja, soal perasaan Jelita pada Revan, aku pun tak tahu menahu soal itu,' gumam Rima bergelut dengan perasaannya."Yang Mama tahu, Jelita gak pernah menjalin hubungan dengan pria manapun, Ar. Jelita memang dekat dengan seorang teman laki-lakinya, dan setahu Mama mereka hanya bersahabat, Ar. Mama betul-betul gak tahu kalau Jelita menyukai laki-laki itu. Dan anak itu gak pernah muncul lagi sejak mereka lulus sekolah, Ar," t
Setelah kedatangan orang tua Jelita, Jelita kini termenung memikirkan usulan atau lebih tepatnya perintah Papanya untuk pergi berbulan madu."Kenapa sih kamu kok melamun gitu, Jel?" tanya Hanny tidak biasanya Jelita melamun di tempat kerja, padahal akhir-akhir ini dia jarang dia lihat wajah Jelita ditekuk."Aku lagi pusing Han, Papa aku maksa aku bulan depan katanya aku harus ngajuin cuti.""Memangnya kenapa Jel, Papa kamu ngotot gitu nyuruh kamu cuti, emang ada acara keluarga yang sangat penting yah?" "Bukan, Papa aku nyuruh aku cuti biar aku bisa bulan madu.""Hahaha ... beneran Papa kamu nyuruh kamu cuti hanya untuk berbulan madu!' Hanny tergelak."Iya, makanya aku males ngomongnya, padahal kan aku sudah bukan pengantin baru lagi, Han. Di mana coba aku taro muka aku pas aku ngajuin cuti nanti, malu tahu!!" tutur Jelita dengan wajah sedikit memerah, jujur sebenarnya dia juga malu bercerita pada Hanny, tapi Jelita butuh teman curhat saat ini."Hahaha ... gak apa-apa lagi Jel. Gak us
'Haaa ... gawat ini, emangnya Mama nyuruh aku sama Mas Arman ke rumah! Aduuh ... kenapa bisa kebeneran gini!' gerutu Jelita."Iya, iya Mas, aku udah dikasih tahu sama Mama, tapi aku gak tahu Mama sama Papa ada perlu apa sama kita!" jawab Jelita bohong."Ya udah kita ketemuan di sana, aku juga udah OTW ke sana!" kata Arman mengakhiri panggilannya."Iya Mas."Tut.'Kayaknya aku harus batalin acaraku bertemu Revan, ini lebih penting bisa curiga mereka kalau aku tidak datang!' Jelita segera putar balik, tujuannya kini menuju rumah orang tuanya. "Lho, lho ... Jelita kok putar balik, dia sebenarnya mau ke mana sih!" Hanny makin heran melihat mobil Jelita yang berbalik arah, Hanny segera meminggirkan mobilnya, mencari tempat parkir di area tak terlihat oleh Jelita, takut ketahuan Jelita, karena Jelita berganti haluan ke arahnya.Setelah merasa aman, dan setelah keadaan benar-benar aman, Jelita telah melewati tempatnya parkir, Hanny melanjutkan penyelidikannya. "Untunglah aku masih bisa me
"Maaa ...!" Raut wajah Jelita berubah pias, kepanikan melanda hatinya, Rima sang Ibu menciduk dirinya sedang asyik bertelepon mesra dengan laki-laki lain."Jelitaaa ... apa kamuuu ..." Rima menatap tajam putrinya."Maaa ... ini gak seperti Mama bayangkan!" ujar Jelita sambil menggelengkan kepala."Mama udah curiga saat kamu tadi begitu gugup saat Arman kira kamu ke sini karena Mama yang suruh, Mama yakin ini ada yang gak beres, kamu hanya salah bicara kan, apa kamu sedang janjian dengan seseorang, hah!" selidik Rima."Aaah ... enggak kok Ma, aku memang mau ke sini kok, kebetulan aja Mas Arman bilang katanya mau ke sini juga!" Jelita menyangkalnya, "Kamuuu ... jangan coba berbohong Jelita, Mama tahu, kamu mungkin ada rencana bertemu seseorang tapi karena Arman keburu menghubungi kamu, kamuuu ... beralasan mau ke sini kan! Tapi takdir berkata lain, ternyata Arman juga mau ke sini, kamu gak bisa berbohong sama Mama Jelita!!" tegas Rima.'Mama kok kayak peramal aja bisa tahu kayak gitu,
"Maaa ... lagi apa, itu anak sama menantu kita mau pamitan pulang!"tegur Rudi yang menghampiri Rima."Iya Pa, bentar Mama ke sana," jawab Rima malas, dia belum selesai menginterogasi Tuti."Papa tunggu di depan!""Iya."Tuti dan Bi Inah merasa lega, Rima dipanggil Rudi itu artinya mereka akan terbebas dari pertanyaan Rima yang menyudutkan Tuti."Kalian jangan senang dulu! Setelah mereka pulang, aku akan kembali menanyakannya!!" ancam Rima sepertinya tahu apa yang mereka pikirkan sekarang.Rasa lega itu hanya sementara ternyata, wajah mereka kembali memucat."Gimana ini Bu?" tanya Tuti panik."Ibu juga bingung," jawab Bi Inah menggeleng pasrah.*****"Ma, kami permisi pulang dulu!" ucap Arman sambil mencium punggung tangan Rima takzim."Iya, Ar. Hati-hati yah!" Arman melangkah duluan ke depan mobilnya."Maaa ...! Aku juga mau pulang!"Rima tidak langsung mengizinkan Jelita pulang, dia menarik tangan Jelita menjauh dari Arman."Ada apa sih Ma, kok tanganku ditarik-tarik gini?""Denger
"Ardhan!! Kamu apa-apaan ngomong begitu, gak sopan kamu!!" teriak Atikah, tak terima Rahayu dikata-katain oleh anak bungsunya."Alah Ibu, kenapa sih suka amat cari masalah, udah Bu, Mas Arman itu udah cinta mati sama Mbak Jelita. Gak usah harepin lagi perempuan itu jadi menantu Ibu!""Ardhan kamu gak tahu apa-apa, sebaiknya diem aja yah! Udah sana masuk, anak kecil itu tugasnya belajar jangan ngurusin urusan orang dewasa!" gertak Atikah seraya mengusir Ardhan."Terserah Ibu deh, awas kalau ada apa-apa, jangan nyesel yah!!" ancam Ardhan sebelum pergi meninggalkan mereka."Bu, itu anak Ibu kok sifatnya beda banget sama Arman!" ucap Rahayu kesal."Gak tahu tuh, pulang dari luar kota sifatnya bukannya tambah baik malah tambah kurang ajar!" Omel Atikah."Ya udah yu, keburu siang, nanti keburu mereka pergi ke kantor."Atikah belum pernah sekalipun mengunjungi rumah baru Arman, tapi dia pernah diberi alamat oleh Arman.Atikah sengaja tidak memberi tahu Arman dulu, dia langsung mendatangi rum