Share

TIDAK PUNYA PERASAAN

Ayra telah sampai kerumah mewah milik Rangga. Ayra terpana melihat halaman yang luas di kelilingi taman yang indah. ketika Ayra larut dalam kekaguman nya terhadap rumah calon suami terpaksanya itu, datanglah seorang pelayan laki-laki setengah baya yang menyambut kedatangannya.

"Nona, mari saya antarkan Anda ke kamar." Sapa Heri.

"B..baik." Jawab Ayra.

Ayra berjalan mengikuti Heri ke lantai atas. Dia tidak diberikan kamar utama. karena kamar utama itu di tempati oleh Tuan rumah, Rangga.

"Mulai sekarang inilah kamar anda Nona. jika Anda butuh sesuatu, Anda bisa meminta bantuan Saya." Heri mohon pamit.

"Baik, terimakasih, Tuan." Jawab Ayra.

"Jangan panggil Tuan, saya hanya pelayan di rumah ini." Ucap Heri.

"Tapi ..." Suara Ayra terhenti ketika ada seseorang yang memanggil Heri.

"Saya permisi Nona. saya harus menyelesaikan pekerjaan saya, permisi". Pamit Heri.

Setelah Heri keluar, Ayra merapihkan pakaiannya ke dalam lemari yang telah tersedia dan membersihkan diri.

Ayra mulai merenungkan nasib masa depannya kelak, cita-citanya harus Dia lupakan karena masalah yang menimpa Pamannya.

setelah merasa tenang, Dia mengakhiri acara mandi dan mengganti pakaiannya. Hari sudah mulai gelap, tidak ada yang bisa dia lakukan. Dia membuka pintu balkon kamarnya, terlihat halaman belakang yang sangat luas dan indah tentunya. Ada taman yang di pagar dengan tinggi seperti sangkar. Apakah itu penjara bagi orang-orang yang melawan Rangga? bukan kah Pria itu terkenal dengan kekejamannya? Ayra tak mau ambil pusing. Kehancuran hidupnya bahkan baru di mulai.

Ayra akhirnya masuk ke dalam kamarnya. Dia ingin beristirahat malam ini. Dia terlelap hingga tidak sadar jika hari sudah terang.

Tidur Ayra terusik dengan keributan yang terjadi di bawah.

"Maafkan saya Tuan, bukan saya yang melakukannya." Ayra mendengar suara seorang wanita memohon.

Ayra juga melihat seorang Pria tampan, sangat tampan. Namun bereskpresi dingin bagai es. Ayra bisa menebak, Dia adalah Rangga. Jika saja pernikahan ini di dasarkan cinta, Dia akan menjadi wanita yang paling beruntung karena memiliki suami yang kaya raya, terhormat , dan sangat tampan ini.

"Kamu memang tidak melakukannya, tapi kamu melindunginya. Siapa yang memberimu wewenang untuk melakukannya hah?" Pria itu mulai murka.

"T..T.. Tuan Kinan. Tuan Kinan mengancam saya, jika tidak keluarga saya akan di bunuhnya." Wanita tersebut melakukan pembelaan.

"S***T" Rangga Mengumpat.

"Bawa wanita ini ke tempat pasung." Perintah Rangga.

Ayra mulai ketakutan. Dia akhirnya bisa bersembunyi dibalik tembok besar dekat kamarnya. Hanya kesalahan kecil bisa membuat hidupnya terancam.

Ayra yang sedang memikirkan nasibnya tidak menyadari Rangga sudah berdiri di depannya.

"Siapa kamu?" Tatapan Rangga yang dingin membuat Ayra ketakutan.

Heri yang sedang membawakan koper milik Tuannya merasa kasihan dan memberanikan diri untuk menjelaskan.

"Dia adalah putri Tuan Rian yang diserahkan kepada anda tuan." Ucap heri.

Tanpa menjawab, Rangga langsung masuk ke kamarnya dan meminta Heri agar tidak menganggunya.

"Nona, sebaiknya anda tetap berada di kamar,jangan keluar kecuali Tuan meminta anda keluar." Ucap Heri.

"Tetapi saya bukan tahanan." Jawab Ayra.

"Jika anda tidak ingin Tuan marah, sebaiknya Anda turuti perkataan Saya. Tuan akan menyayangi Anda jika Anda patuh dan menuruti apa kata beliau." Heri menjelaskan.

Ayra kembali masuk ke dalam kamar nya. karena merasa bosan, Ayra mengambil selembar kertas dan mulai menggambar sketsa pakaian.

Terdengar ketukan pintu kamarnya. Ayra membuka dan melihat seorang wanita muda dengan koper ditangan nya.

"Hai, saya Mishel, Tuan Rangga meminta saya melakukan fitting beberapa baju pernikahan untuk kalian besok." Ucap Mishel.

"Silahkan masuk." Ayra mempersilahkan Mishel masuk.

"Hei, apa ini?." Tanpa sengaja Mishel melihat coretan sketsa yang sedang di kerjakan Ayra.

"Itu hanya coretan-coretan biasa. saya membuatnya karena saya suntuk, tidak ada yang bisa saya kerjakan." Jawab Ayra.

"It's beautiful, sayang! kamu berbakat yaa." Puji Mishel.

"Terimakasih, itu bukan apa-apa karyamu pasti lebih bagus." Ayra merendah.

"Jangan seperti itu sayang, saya suka design kamu. mungkin kita bisa bekerja sama nanti aku akan meminta izin Rangga, boleh aku bawa?" Mishel meminta persetujuan Ayra.

"Silahkan saya senang karena anda menyukai karya saya, Apalagi anda adalah seorang Designer yang sangat terkenal di negara ini." Ucap Ayra.

"Well, mari kita lihat mana yang cocok untuk kamu? aku tidak menyangka ternyata Rangga sangat pintar dalam memilih istri." Puji Mishel.

Semuanya sangat cocok di tubuh Ayra. kulitnya yang putih bersih, bahkan wajah alami nya yang tidak ada polesan makeup sedikitpun dan bibir pink alaminya yang mungil membuatnya sangat cantik.

"Begini saja kamu sudah sangat cantik, bagaimana jika kamu makeup." Ucap Mishel terpana.

Tidak ada yang tahu jika Ayra dipaksa menikah dengan Rangga karena hutang Paman nya. dan Rangga juga tidak peduli dengan pernikahan ini.

Ketika Mishel masih sedang melihat penampilan Ayra, tiba-tiba Rangga masuk tanpa permisi.

"Apa ini bagus Rangga?" Ucap Mishel yang menyadari kehadiran Rangga.

"saya ingin berbicara dengan Nona ini jika kamu sudah selesai, kamu bisa pergi sekarang." Ucap Rangga.

"Hello, jika kamu tidak memaksa aku juga tidak akan datang." Mishel protes dengan sikap Rangga.

Hanya dia yang berani mengatakan hal itu. jika orang lain, Rangga pasti akan memotong lidahnya. Mishel membereskan semua pakaian dan barang-barangnya lalu pamit pada Ayra yang hanya berdiri mematung karena takut.

setelah kepergian Mishel, Rangga menarik kursi meja rias dan duduk tepat di hadapan Ayra.

"Saya tidak pernah menganggap pernikahan ini ada. Pamanmu memelas tidak ingin kehilangan perusahaannya, dan dia lebih memilih memberikanmu padaku. Jadi jangan pernah kamu berpikir bisa menjadi Nyonya dirumah ini. itu tidak akan pernah terjadi. Kamu hanyalah tahanan sebagai alat tukar hutang-hutang Pamanmu. Kamu adalah budak saya. Ingat itu! sekarang tanda tangani surat perjanjian ini!" Ucap Rangga.

Rangga menyodorkan sebuah surat perjanjian yang poin-poinnya sangat merugikan Ayra. Tetapi Ayra tidak punya kekuatan untuk melawannya. Dengan wajah tertunduk Ayra menandatangani surat itu.

Setetes cairan bening membasahi pipinya.

Rangga bangun dan meninggalkan Ayra yang masih menangis.

"Satu lagi, saya tidak suka berbicara dengan orang yang hanya menunduk dan saya tidak suka melihat wanita cengeng." Ucap Rangga tegas dan menutup pintu kamar dengan sangat keras

Ayra hanya bisa menangis. ternyata dia telah dijual oleh Pamannya sendiri kepada lelaki yang tidak punya perasaan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status