Share

Part 2. Mencari Tahu

Author: Loyce
last update Last Updated: 2024-08-23 18:07:34

Lana menatap nota hotel itu berulang kali seperti dia baru saja melihat benda itu untuk pertama kalinya. Hari sudah malam, Kaisar sudah tertidur pulas di sampingnya, tetapi Yoga belum juga terlihat batang hidungnya. Lana mengira jika lelaki itu pasti tengah berada di kamar hotel bersama dengan perempuan yang dibawanya tadi.

Gigi Lana bergemeletuk mengingat perselingkuhan yang dilakukan oleh sang suami di belakangnya. Tidak pernah menyangka dia akan diperlakukan tidak adil oleh lelaki yang sudah memberinya satu anak tersebut.

Menatap jam di dinding kamar Kaisar, sudah pukul delapan malam. Perasaan Lana semakin tidak tenang dan emosi terasa menguap. Dia sudah menahan diri untuk tidak mengeluarkan amarahnya seharian ini karena tidak ingin membuat Kaisar bingung. Memutuskan untuk keluar dari kamar Kaisar setelah dia mengecup pipi putranya tersebut.

Hampir pukul sepuluh malam ketika Yoga masuk ke dalam rumah dengan ekspresi terkejut luar biasa. Lelaki itu tersenyum canggung.

“Sayang, maaf aku telat pulang.” Begitu katanya mendekati Lana.

Lana tidak menjawab dan mengarahkan tatapannya pada Yoga yang tampak lelah. Tidak juga bertanya kenapa suaminya itu baru pulang di jam ini. Lana tampak tenang, tetapi kepalanya seolah mengeluarkan asap amarah tak terbendung.

‘Tahan, Lana. Belum waktunya kamu bersuara,’ batinnya menyadarkan.

“Mas sudah makan?” tanya Lana mencoba menekan perasaannya sampai dasar.

“Sudah, Sayang. Aku ke kamar dulu, ya. Langsung istirahat.”

Tanpa menunggu Lana menjawab ucapannya, lelaki itu berlalu begitu saja meninggalkan sang istri yang tengah berdiri kaku di ruang keluarga. Lana terkekeh sinis, menertawakan dirinya sendiri. Meraba-raba tentang hidupnya yang tiba-tiba terasa tak berguna dan hancur.

Apa yang sebenarnya kurang darinya sampai sang suami berani mengambil cara kotor dengan mengkhianatinya? Selama ini dia merasa mampu menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya. Pakaian kantor Yoga selalu licin dan wangi, sarapan tidak penah telat, bahkan kalau lelaki itu menginginkan bekal makan siang, dia juga akan membawakannya.

Sayangnya, benar yang dikatakan oleh orang-orang di luar sana. Seorang lelaki yang memiliki banyak uang, dia seperti membutuhkan banyak wanita. Tidak peduli jika di rumah dia sudah memiliki istri sekalipun.

Memutuskan masuk ke kamar, Lana mendapati Yoga baru saja keluar dari kamar mandi dengan rambut basah. Senyum lelaki itu lagi-lagi merekah.

“Kamu nungguin aku lama ya, Sayang, tadi? Maaf, ya. Kerjaan di kantor sekarang lagi banyak-banyaknya. Jadi, mungkin aku juga akan banyak lembur kedepannya nanti.” Yoga memberikan penjelasan tanpa Lana meminta. “Naik jabatan sedikit aja, tanggung jawab juga udah bertambah.”

Yoga memang baru saja mendapatkan kenaikan jabatan menjadi kepala divisi di kantornya. Dia yang tadinya hanya karyawan biasa, pada akhirnya mendapatkan posisi yang menjanjikan. Mungkin karena itulah lelaki itu semakin banyak tingkah.

“Kalau memang lemburnya buat kerja, ya, aku doakan selalu lancar kerjaannya, Mas. Tapi, kalau lemburnya ngelakuin hal yang tidak-tidak, beda lagi ceritanya.” Lana santai ketika menjawab dan membuat Yoga terkejut seketika. Ekspresinya tampak gusar dan tidak tenang.

Lelaki itu tersenyum kecut berusaha menutupi kegugupannya. “Kamu ini ngomong apa sih, Lan. Tentu saja aku lembur untuk kerja. Aku bukan orang yang suka aneh-aneh. Aku kerja keras demi kehidupan kita lebih baik dan lebih baik lagi. Ingat ‘kan, kita punya mimpi-mimpi indah untuk hidup kita kedepannya.” Yoga mengelus rambat Lana dengan lembut sebelum berlalu dari hadapan perempuan itu untuk meletakkan handuk di sudut kamar.

Meskipun pernikahan Lana dan Yoga atas dasar perjodohan, kehidupan pernikahan mereka sama sekali tidak melalui drama yang menyakitkan. Mereka seolah bisa langsung jatuh cinta dan menerima satu sama lain. Namun, kali ini justru Yoga yang berpaling lebih dulu dari istri cantiknya.

“Ayo, tidur.” Yoga bergumam tanpa menatap ke arah Lana sebelum menutup matanya bersiap untuk menyelami alam mimpi.

Lana menarik napasnya panjang, alih-alih menyusul Yoga tidur, dia justru masuk ke dalam kamar mandi. Mengecek kemeja Yoga yang tadi dipakai dengan menciumnya. Sayangnya, dia tak menemukan wangi lain selain wangi parfum sang suami yang masih menempel.

Lana melemparkan kemeja itu ke dalam keranjang cucian kotor. Napasnya naik turun karena rasa kesal yang menyerbunya.

***

“Mas hari ini lembur lagi?” tanya Lana pagi ini setelah menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya. Kaisar juga sudah tampan duduk dengan tenang di kursinya menyantap nasi goreng buatan sang bunda.

“Sepertinya iya, Sayang. Kerjaan benar-benar numpuk.” Begitu katanya setelah menelan makanannya.

“Mau dibawakan makan siang nggak? Atau nanti aku kirim pakai ojek online?”

“Oh, nggak perlu, Sayang. Kalau masalah makan sih nggak perlu khawatir.”

Lana tidak lagi menjawab dan memilih bergabung untuk sarapan. Ini sudah genap satu minggu setelah Lana mendapati sang suami bersama dengan kekasih gelapnya di minimarket saat itu. Lana masih berpura-pura bodoh dan mencari lebih jauh lagi aksi sang suami di belakangnya. Dia membutuhkan bukti yang akurat untuk bisa membalas lelaki itu dan juga si pelakor. Aksinya tidak boleh terburu-buru.

Sore itu, Lana menitipkan Kaisar di rumah temannya. Dia harus mulai bergerak untuk mencari tahu apa yang sebenarnya dilakukan oleh Yoga di kantor. Lana menunggu secara diam-diam di depan kantor lelaki itu saat waktu sudah menunjukkan pukul setengah lima sore. Ada warung tenda tak jauh dari sana, dan Lana menyembunyikan dirinya di tempat itu.

“Sekarang, kayaknya Ratri sedang dekat dengan Pak Yoga, ya.”

Satu kalimat itu membuat Lana menajamkan pendengarannya. Mendengar nama Yoga disebut, tentu saja membuat Lana bersikap awas.

“Jangan buat omong. Pak Yoga sama kita-kita kan memang baik.” Suara lain menimpali. “Pak Yoga udah punya istri dan anak, jangan sampai ini jadi fitnah.”

Sepertinya keberuntungan tengah Lana dapatkan hari ini. Menunggu selama satu minggu untuk bisa bergerak, ternyata ada sedikit celah yang dia dapatkan untuk mengulik sedikit demi sedikit tentang tingkah Yoga di luar rumah terutama di kantor. Jika ada dugaan seperti itu, sudah pasti hubungan Yoga sudah terendus oleh orang lain.

Namun, Lana tidak boleh gegabah menyimpulkan jika Yoga yang orang-orang itu bicarakan adalah Yoga suaminya. 

“Tapi beda kalau sama Ratri, kayak lebih gimana gitu. Coba deh sekali-kali kalian perhatikan cara mereka bekerja. Pokoknya ada yang aneh.”

Lana yang sejak tadi mendengarkan itu merasa yakin jika yang disebut oleh orang-orang itu adalah Yoga suaminya. Obrolan mereka memang tidak berlanjut setelah itu dan Lana tentu tidak bisa mendengarkan lebih banyak lagi tentang Yoga dan Ratri. Rasa penasaran tentu saja semakin meledak di dalam kepala Lana.

“Mbak!” Lana terkesiap ketika pemilik warung memanggilnya. “Mbak lagi nunggu seseorang, ya?” tanya perempuan paruh baya tersebut. Merasa aneh karena sejak tadi Lana hanya diam di sana dan hanya membeli sebotol air mineral.

Melihat perempuan itu, Lana tiba-tiba memiliki ide di kepalanya. Dia mengangguk sebelum berbicara serius dengan perempuan tersebut.

“Bu, saya butuh bantuan Ibu.”

*** 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
ilmu apa yg dimiliki oleh seorang wanita yg menikah muda tentang laki2? si lana kebanyakan drama dan pantas aka diselingkuhi. krn dia cuma pantas jd pengurgs rumahtangga alias babu dimata suaminya.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Bill Hotel Di Kemeja Suamiku   Part 41. Berkunjung

    “Dia tidur.” Tirta mengantarkan Kaisar ke kediaman orang tua Lana sambil menggendong bocah itu. Sengaja tidak membangunkannya.“Kan, jadi ngrepotin kamu kalau gini.” Lana membimbing Tirta ke kamar Kaisar agar bisa membaringkannya di kasur. “Dia udah mandi?”Lana baru menyadari kalau pakaian Kaisar sudah berganti. Tadi hanya mengenakan seragam sekolah, tetapi sekarang sudah pakai kaos biasa.Tirta tidak segera menjawab dan memilih untuk keluar kamar Kaisar lebih dulu. Mereka turun ke lantai satu, lalu duduk di ruang keluarga. “Kok sepi? Ibu sama Bapak ke mana?” tanya Tirta.“Mereka ada pengajian di komplek sebelah. Sebentar lagi mungkin pulang.” Lana beranjak. “Aku ambilkan minum.”“Nggak usah.” Tirta menarik tangan Lana. “Di sini aja. Aku nggak haus.”“Tapi, aku tadi buat bakso lho. Serius nggak mau?” Tirta berkedip pelan sebelum tersenyum kecil.“Mau dong. Yang pedes, ya.” Lana terkekeh melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh Tirta. Begitu menggelikan.Alih-alih menunggu di ruang kelu

  • Bill Hotel Di Kemeja Suamiku   Part 40. Memberi Kesempatan

    “Apa kabar, Lan.”Setelah ibunya yang datang, kini Tirta pun muncul setelah tidak pernah lagi menemui Lana. Lelaki itu terlihat masih sama dan tidak ada yang berubah dari penampilannya. Hanya sedikit lebih dewasa dibandingkan terakhir kali Lana melihat Tirta.“Tirta.” Lana sedikit terkejut melihat lelaki itu yang kini berdiri di depannya. Dia baru saja datang ke sebuah kafe ketika Tirta muncul. “Lama nggak ketemu. Kabarku baik, kamu gimana?”“Aku juga baik.” Lelaki itu mengulas senyum kecil. Tatapan mereka beradu dan getaran di dada itu tak bisa dipungkiri, jika rasa cinta yang dimiliki oleh Tirta memang begitu besar.Lana mengajak Tirta untuk masuk ke dalam kafe agar mereka bisa mengobrol di sana. Lana memesan dua cangkir kopi dan dua cake coklat untuk dirinya dan Tirta. Untuk beberapa saat, tidak ada yang mereka bicarakan. Tirta bahkan sama sekali tidak mengalihkan tatapannya pada perempuan yang ada di depannya seolah dia tengah menumpahkan segala rasa rindunya yang sudah lama dipen

  • Bill Hotel Di Kemeja Suamiku   Part 39. Tentang Perasaa

    “Maaf kalau membuat kamu terkejut, Lana. Saya datang tiba-tiba,” lanjut perempuan paruh baya dengan senyum lembutnya tersebut.Lana dan perempuan paruh baya tersebut sudah duduk berhadapan di salah satu meja meninggalkan Yoga di meja yang berbeda. Lana sebenarnya juga penasaran dengan apa yang ingin dikatakan oleh perempuan paruh baya tersebut. Ini adalah untuk pertama kalinya Lana bertemu denganya, tetapi seperti ada hal yang sangat serius yang ingin disampaikan.“Tidak masalah, Tante. Kalau boleh tahu, apa yang ingin Tante bicarakan?”Perempuan paruh baya itu menyodorkan tangannya dan diterima oleh Lana. “Saya Tari. Ibu Tirta,” katanya.Sedikit terkejut, Lana mengangguk kecil. “Saya Lana.”Ibu Tirta itu tersenyum menatap sosok cantik yang ada di depannya. Perempuan paruh baya itu menatap Lana seolah tengah memuji ibu Kaisar itu dengan tatapannya.“Pantas saja kalau Tirta sangat mencintai kamu. Kamu ternyata sangat cantik, Lana.”Lana semakin terkejut dengan ucapan terus terang Tari.

  • Bill Hotel Di Kemeja Suamiku   Part 38. Mulai Dari Awal

    Ruko dua tingkat dihadiahkan sang ayah untuk Lana. Mereka bilang agar Lana punya tempat untuk bekerja. Jika ada klien, mereka hanya perlu datang ke kantornya dan tidak perlu ke sana-kemari.“Ibu dan Ayah itu lihat kamu capek banget. Jadi, meskipun kecil, kamu harus memiliki kantor sendiri.”Begitu ibu Lana mengatakan kepada putrinya ketika mengajak mengurus sertifikat bangunan tersebut atas namanya. Lana sudah ditawari oleh kedua orang tuanya untuk membuat kantor sendiri, tetapi Lana terus saja menolak. Maka tanpa sepengetahuan Lana, ayahnya bertindak.Membelikan ruko di tengah kota yang ramai, mereka berharap Lana bisa mudah mendapatkan klien. Bagaimanapun, Lana adalah perempuan berbakat dengan hasil kerja yang selalu memuaskan.“Sebenarnya Ayah dan Ibu nggak perlu melakukan semua ini. Aku lagi ngumpulin uang untuk buat kantor sendiri.”“Kenapa harus kumpulin uang kalau ayahmu ini punya banyak duit?” Itu sebenarnya keseriuasan yang dibalut dengan candaan. Mau tak mau, itu membuat Lan

  • Bill Hotel Di Kemeja Suamiku   Part 37. Sosok Teman yang Baik

    “Hai.”Lana menoleh dan mendapati Tirta ada di belakangnya. Lana tersenyum kecil membalas senyuman Tirta.“Dari mana?” tanya Lana sambil menerima minuman yang disodorkan oleh penjual.Lana sekarang benar-benar menikmati waktunya seperti dia adalah perempuan lajang yang tidak memiliki tanggungan anak. Dia hanya ingin mencoba untuk menggantikan waktu masa mudanya yang telah hilang.“Dari kantor. Nggak sengaja lihat kamu.”Tirta duduk di samping Lana. Mencomot satu risoles lalu memasukkan ke dalam mulutnya sebelum mengunyahnya.“Mau aku pesankan minum?” tanya Lana.“Boleh. Tapi nggak usah pakai boba. Geli lihat hitam-hitam bulat begitu.”Lana hanya terkekeh mendengar ucapan Tirta sebelum kembali berdiri dan memesankan minum untuk lelaki itu. “Rasa moca ya?” Lana menoleh menatap Tirta.“Iya.”Akhir-akhir ini, Tirta intens mendekati Lana. Tidak henti-hentinya dia mengambil kesempatan agar Lana benar-benar merasakan ketulusan hatinya. Tentu dia tak mendesak karena tahu Lana belum siap mener

  • Bill Hotel Di Kemeja Suamiku   Part 36. Tirta

    “Kamu nggak perlu menghindariku, Lan.”Langkah Lana terhenti ketika mendengar suara Tirta dari arah belakang. Perempuan itu menyadari keberadaan Tirta ketika dia mengambil langkah cepat. Berusaha agar tidak perlu beramah tamah dengan lelaki itu. Sayangnya, dia tetap ketahuan.“Aku sudah pernah bilang sama kamu kalau kamu nggak perlu memikirkan tentang ucapanku tempo hari.”Tirta kini berdiri di depan Lana untuk melihat perempuan cantik itu dengan jelas. Mereka sama-sama baru saja meeting bersama dengan klien mereka masing-masing yang kebetulan berada di restoran yang sama.Lana menatap Tirta dalam sebelum dia menjawab, “Tir, kenapa kamu kemarin ke rumah nggak bilang-bilang dulu sama aku?”Tirta tersenyum kecil. “Mau mengobrol sebentar? Kebetulan aku sudah selesai meeting. Jangan bicara sambil berdiri begini, takutnya kamu capek.”Jika Lana tidak mengenal Tirta sebelumnya, dia pasti akan menganggap lelaki itu hanya mencari perhatian saja kepadanya. Nyatanya, Lana masih ingat betul baga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status