Share

Bintang
Bintang
Author: Mita

01. Awal

01. Awal

Gadis kecil menatap luar jendela dari mobil hitamnya, dikendarai oleh sang Pahlawan baginya. dialah sosok Ayah yang sangat di sayangi bernama ORLANO SUGENG. cinta pertama bagi gadis kecil itu. mereka menuju rumah barunya untuk meninggalkan rumah lama nya yang penuh dengan kebahagiaan bersama sang Bunda yang sudah meninggal dunia. Hingga membuatnya tidak akan lagi mendapatkan kasih sayang dari sang Bunda, malaikat tak bersayap.

Setelah lamanya perjalanan yang hanya dipenuhi dengan keheningan membuat sang Ayah menghela nafas kasar. Ia juga sangat terpukul saat kejadian yang menerpa kepada sang istri tercinta, hingga merengutkan nyawa.

Mobil berhenti di depan rumah yang sangat besar bewarna maroon gold, si gadis kecil langsung menoleh kearah sang Ayah yang membuka pintu mobil berjalan kearah kedua paruh baya dan satu bocah laki-laki yang seumuran dengannya.

“Assalamualaikum, bagaimana kabar keluarga Lo? Lo pasti kangen Gua kan?” Ujar Lano dengan gaya PD nya bersalaman ala laki-laki.

“Waalaikum salam Bro, narsis banget Lo.” Sahut paruh baya dengan kesal ke narsisan Lano.

Gadis kecil mengambil tas punggung bergambar Singa bewarna coklat, ia sampirkan ke punggung lalu membuka pintu mobil dengan pelan dan turun. Gadis kecil itu melompat dengan santai nya membuat semua menoleh menatapnya, memakai ikat rambut dua membuat itu bergoyang ke kanan dan ke kiri.

“Subhanallah, anak Lo cantik banget. dulu aja masih kecil, eh sekarang udah besar aja.” Puji paruh baya wanita dewasa dengan menggandeng tangan Gadis kecil itu dan disambut dengan senyum manis nya.

“Selamat siang Tante, Om.” Sapa nya dengan senyum manis membuat matanya menyipit berbentuk bulan sabit.

Kedua paruh baya itu tersenyum juga dengan gemas wanita itu mencubit pipi gembul Gadis kecil itu, sesekali menguyel nya.

“jangan panggil Tante atau Om, panggil aja Mama sama Papa, oke cantik.” Ujar wanita dewasa dan dibalas anggukan kepala dari Gadis kecil.

Mereka adalah, AMAR DARMAWAN dan INASYANA DARMAWAN.

Orang-orang dewasa saling berbincang. Gadis itu menatap sekeliling yang sangat bersih membuat mata nya nyaman. saat menoleh kearah Mama Ina, ia mendapati seorang cowok yang seumuran dengan nya berada di belakang tubuh itu, hanya menampilkan kepala nya.

Gadis kecil berjalan kearahnya membuat orang dewasa yang berbincang tadi menoleh kearahnya dan berhenti bicara, mereka ingin tau apa yang dilakukan Gadis kecil kepada Bocah pendiam itu. Gadis itu sudah berada di samping Bocah itu membuat nya menampakkan badan sepenuhnya. Gadis itu berbinar dan menampilkan senyum lebarnya, lalu mengeluarkan tangan kanan nya kepada Bocah itu.

“Cowok ganteng ini siapa Ma?” tanya Gadis kecil menunjuk Bocah, ucapannya membuat kedua dewasa itu tertawa kecuali Lano yang mendengkus kesal dengan putrinya.

“Kenalan dong, cantik.” goda Mama Ina dengan menjawil hidungnya.

Gadis kecil itu mengangguk dengan sumringah menatap Bocah laki-laki itu.

“Hai ganteng, kenalin namaku BULAN PURNAMA SUGENG. panggil aja Bulan, kamu siapa?” Ujar Gadis kecil yang bernama Bulan.

Bocah laki-laki itu kaget dengan raut wajah membuat Bulan bingung, ada apa? Bulan sengaja menggoyangkan tangan kanan nya yang berada di depan tubuh Bocah laki-laki itu agar dijabat. Mama Ina menyenggol lengan Bocah laki-laki itu agar tersadar dari lamunan nya.

“Namaku BINTANG SEBASTIAN DARMAWAN. panggil aja Bintang, nama kita sama, hehe.” Jawab Bocah laki-laki dengan nyengir membuat ketiga para  dewasa kaget dengan nya. kenapa bisa?

Bulan langsung menggandeng tangan Bintang memasuki rumah besarnya dengan gembira, Bintang hanya menuruti sesekali tersenyum kecil melihat Bulan tersenyum senang.

“Semoga Bulan betah disini.” Ujar Mama Ina dengan tatapan teduh ke punggung Bintang dan Bulan.

“Amin.” Jawab Amar dan Lano penuh harap lalu mereka mengikuti Bintang dan Bulan memasuki rumah mewahnya dengan membawa koper.

***

Bintang dan Bulan sekarang berada di kamar yang bernuansa Hitam dan Abu-abu, yang kesan nya indah dan nyaman. Bintang membantu menata barang-barang ke tempatnya agar rapi, kecuali Bulan yang hanya rebahan di kasur dengan mengoceh, hanya dijawab oleh Bintang seadanya. Sesekali Bintang geleng-geleng kepala melihat foto Bulan yang di dalam figura, sangat lucu baginya.

Terdengar suara dengkuran halus dari atas kasur yang empuk, Bintang menoleh dan mendapati Bulan yang sudah tertidur pulas dengan gaya yang tidak bagus-bagusnya. kaki kanan ditekukkan, kaki kiri yang berselonjar kebawah, kedua tangan yang terlentang, dan rambut yang acak-acakan.

Selesai beres-beres barang nya Bulan, Bintang membenarkan tidur Bulan dengan pelan. sangat berat badan Bulan yang mungil membuat Bintang harus ekstra mengangkatnya. Sudah benar dengan tidur Bulan, Bintang langsung merebahkan badannya disamping tubuh Bulan lalu terdengar dengkuran teratur.

Mereka berdua telah ke alam bawah sadarnya dengan tenang dan nyaman.

Ceklek...

Pintu kamar terbuka, menampilkan Lano yang menatap di ambang pintu. Ia tersenyum menatap keduanya yang tertidur pulas dengan tenang, tiba-tiba dari matanya mengeluarkan cairan bening yang rasa asin dan langsung diusap dengan kasar.

Ia Bahagia!

“Ayah selalu berdo’a kepada Allah, semoga anak Ayah selalu bahagia dan tersenyum bersama Bintang. Ayah percaya ke Bintang kalau ia akan menjaga kamu dan menyayangi kamu melebihi Ayah. Ayah sudah kehilangan bidadari dan Ayah tidak mau kehilangan malaikat kecil Ayah. Ayah janji ke kamu, Ayah akan selalu disamping kamu apapun itu. Ayah sayang kamu, Bulan Purnama Sugeng. Malaikat kecil ku.” Ucap Lano dengan air mata yang terus membasahi pipi nya dan mengusapnya terus-menerus dengan punggung tangan kanan nya.

Ceklek...

Pintu ditutup oleh Lano dengan pelan agar tidak mengganggu tidur nyenyak Bintang dan Bulan.

Lano berjalan ke ruang tamu yang ada Amar dan Ina yang mengandung besar dengan mengelus perutnya.

Amar sangat tidak tau situasi, ia mencium perut besar itu dengan mencium pipi Ina membuat si empu tersenyum geli. berbeda dengan Lano yang mendudukan bokongnya ke sofa, sesekali mendengkus kesal dan juga iri. Amar ataupun Ina tidak mempedulikan Lano yang kesal, seperti dunia ini milik berdua, yang lainnya ngontrak.

“Heh, Bagong.” Panggil Lano dengan nada ketus membuat kedua dewasa yang melanda asmara itu menoleh dan tersenyum mengejek.

“Apa? iri ya Lo?” Tanya Amar diikuti tawa mengejek kepada Lano sang sahabatnya yang sudah menjadi Duda.

“Monyet, Dugong, Kambing Lo.” Cibir Lano kesal dan melemparkan bantal sofa kearahnya, tapi malah melesat dan tidak mengenai Amar sedikitpun.

Amar makin tertawa sangat kencang sampai-sampai mengeluarkan air mata, Ina yang dari tadi cuman tersenyum tipis dengan pertengkaran keduanya. Ia senang melihat kedua nya dan ia juga sedih tidak bisa seperti itu dengan sahabatnya.

Ina merindukan sahabatnya, sangat rindu. Ina masih mengingat semua kejadian waktu mereka menjadi sahabat dan menikah bersama di hari itu juga. Hingga mendapatkan suami yang sama-sama bersahabatan.

Ina berharap, semoga Bintang dan Bulan bisa menjadi Sahabat selamanya. meskipun maut memisahkan.

___________________________________

Follow I*******m: sayyidamita

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status